Kisah Hidup KRT Wiroguno, Seniman Besar Keraton Yogyakarta Pencipta Ratusan Gending
Bakat alaminya dalam hal karawitan telah terlihat sejak ia masih belia.
Bakat alaminya dalam hal karawitan telah terlihat sejak ia masih belia.
Kratonjogja.id
Kisah Hidup KRT Wiroguno, Seniman Besar Keraton Yogyakarta Pencipta Ratusan Gending
Pada abad ke-19, banyak seniman besar yang lahir dari lingkungan keraton. Bila di Keraton Surakarta ada nama pujangga Ronggowarsito, di Keraton Yogyakarta ada KRT Wiroguno.
Sebagai seorang seniman, KRT Wiroguno telah berjasa besar bagi Keraton Yogyakarta. Semasa hidupnya ia menciptakan lebih dari seratusan gending, merancang kostum Langendriya, menggeluti foto painting hitam putih, dan berbagai kesenian lainnya.
Berkat berbagai hal tersebut, layak rasanya apabila ia disebut sebagai salah satu seniman besar Keraton Yogyakarta.
-
Kenapa KWT Srikandi dibentuk? Mengatasi Masalah Kenaikan Harga Pangan KWT Srikandi dibentuk pada awal tahun 2023 lalu. Saat itu, peruntukannya adalah membantu mengatasi kenaikan harga pangan dan memenuhi kebutuhan masyarakat setempat.
-
Bagaimana proses kepergian Wibowo Wirjodiprodjo? Di akhir hidupnya, Ari dan Ira Wibowo menceritakan bahwa sang ayah pergi dengan tenang, tanpa rasa sakit, dan dikelilingi oleh keluarga tercinta.
-
Apa yang dimaksud dengan KDRT? Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) adalah salah satu bentuk pelanggaran hak asasi manusia yang sering terjadi di Indonesia. KDRT dapat berupa kekerasan fisik, psikis, seksual, atau ekonomi yang dilakukan oleh anggota keluarga terhadap anggota keluarga lainnya.
-
Kapan Wibowo Wirjodiprodjo meninggal? Di akhir hidupnya, Ari dan Ira Wibowo menceritakan bahwa sang ayah pergi dengan tenang, tanpa rasa sakit, dan dikelilingi oleh keluarga tercinta.
-
Siapa yang menjadi korban KDRT? Bagaimana tidak, seorang gadis di Sulawesi Utara menjadi korban KDRT oleh sang suami.
-
Siapa yang memimpin KWT Srikandi? Di bawah kepemimpinan KWT oleh Mimin Suminar, sebanyak 15 emak-emak di sana berhasil menanam hampir 100 tanaman meliputi pakcoy, kangkung, daun singkong, jahe, lengkuas, cabai, terong, dan berbagai jenis buah-buahan.
Dilansir dari website Kratonjogja.id, KRT Wiroguno terlahir dengan nama Raden Mas Subardjo. Ia adalah cucu Sri Sultan Hamengkubuwono VI. Ayahnya yang bergelar Pangeran Adipati Mangkubumi merupakan adik Sri Sultan Hamengku Buwono VII.
Saat kecil, KRT Wiroguno mendapat julukan Raden Mas Deblung karena suka memainkan berbagai alat musik seperti perkusi, kendang, ketipung, bahkan batu. Bakat alaminya dalam hal karawitan telah terlihat sejak ia masih belia.
Saat menjabat di sekolah tari Krida Beksa Wirama, KRT Wiroguno dititahkan untuk mendokumentasikan gending-gending gagrak Yogyakarta. Untuk keperluan itulah ia menciptakan sistem notasi khusus, yaitu notasi andha.
Tak hanya itu, KRT Wiroguno juga menciptakan gending-gending penting yang masih telantun hingga sekarang, seperti Prabu Mataram dan Raja Manggala untuk mengiringi kehadiran Sultan. Selain itu juga ada Tedhak Saking dan Sri Kondur untuk untuk mengiringi kembalinya Sultan ke dalam Kedhaton.
Ia juga diperintah untuk menulis gending dakwah untuk sekaten sebagai tambahan empat gending yang sudah ada dan ia beri judul Gending Salatun, Sahadatun, Supiyatun, dan Ngayatun.
Sebagai direktur karawitan saat itu, tugas KRT Wiroguno sangatlah berat. Namun ia dibayar dengan gaji yang sangat besar.
Ia memiliki mobil, kereta beserta kudanya, hingga sopir dan saisnya sendiri. Ia bersama keluarga besarnya tinggal di sebuah area yang sangat luas bernama Dalem Kaneman.
- Pernah Disinggahi Pendiri Muhammadiyah hingga Tokoh Komunis, Ini Fakta Menarik Ndalem Sopingen Kotagede
- Catat! 35 Ribu Warga KTP Jaksel Tapi Tak Tinggal di Jakarta NIK-nya Segera Dihapus
- Kisah Para Petani di Yogyakarta yang Terjebak Kemiskinan Ekstrem, Kini Sudah Bisa Kelola Lahan dan Beli Sapi Sendiri
- Kisah Joglo Berusia 200 Tahun di Yogyakarta, Pernah Jadi Kantor Kelurahan hingga Rumah Sakit Gerilyawan Kini Masih Berdiri Megah
Perancang Busana
Sebagai seorang seniman, KRT Wiroguno punya banyak bakat. Ia merancang busana untuk drama tari Langendriya yang menjadi salah satu mahakaryanya.
Ia membuat keseluruhan kostum termasuk aksesorisnya dari kepala hingga kaki. Motif bordirannya juga ia pilih sendiri.
Dari semua proses perancangan itu, semua arsipnya masih tersimpan rapi termasuk nota-nota pembelian dari Toko Van Arcken & Co, toko kelas satu yang menjual barang-barang bermutu tinggi pada zaman itu.
Di kemudian hari, rancangan ini digunakan sebagai busana Beksan Golek Menak ciptaan Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Karya rancangan ini juga membawa KRT Wiroguno mendapat penghargaan oleh Menteri Pengajaran pada waktu itu.
Wafat pada 1937
KRT Wiroguno wafat dan disemayamkan di makam raja-raja Imogiri pada tahun 1937. Semasa hidupnya ia berada di lingkungan terdalam Sri Sultan Hamengkubuwono VIII.
Bahkan Sultan memberinya jabatan sebagai Bupati Pepatih Dalem Kadipaten, sebuah jabatan khas yang hanya ada pada periode itu dan setelah ia tiada jabatan itu ditiadakan.
Atas jasa-jasa selama hidupnya, dibangun Ruang Arsip dan Dokumentasi Seni KRT Wiroguno. Wali Kota Yogyakarta Herry Zudianto, saat menjabat tahun 2008, mengatakan KRT Wiroguno meninggalkan warisan keilmuan yang tinggi khususnya dalam bidang seni karawitan.
“Kalau kita bicara melestarikan, disini kita tidak melestarikan benda mati, ini adalah pelestarian warisan keilmuan khususnya dalam bidang seni karawitan, kita tidak sekedar pernah mengingat dan menyimpan namun bagaimana bisa disebarkan, diikuti, ditindaklanjuti dan disambung oleh generasi selanjutnya,”
kata Herry dikutip dari website Jogjakota.go.id.