Kisah Joglo Berusia 200 Tahun di Yogyakarta, Pernah Jadi Kantor Kelurahan hingga Rumah Sakit Gerilyawan Kini Masih Berdiri Megah
Rumah Joglo ini jadi ikon Desa Wisata Tanjung di Kabupaten Sleman DIY.
Rumah Joglo ini jadi ikon Desa Wisata Tanjung di Kabupaten Sleman DIY.
Kisah Joglo Berusia 200 Tahun di Yogyakarta, Pernah Jadi Kantor Kelurahan hingga Rumah Sakit Gerilyawan Kini Masih Berdiri Megah
Rumah joglo di Dusun Tanjung, Desa Donoharjo, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman ini didirikan sekitar tahun 1800-1900 yakni masa kolonial Belanda. Kini usianya sudah lebih dari 200 tahun dan tetap berdiri kokoh.
-
Apa fungsi utama bangunan joglo di rumah tua tersebut? Tempat Pertemuan Menurut Suwardi, bangunan Joglo di rumah tua itu dulunya menjadi tempat pertemuan para perangkat desa.
-
Dimana elemen tradisional rumah joglo tetap dipertahankan dalam desain modern? Desain ini mempertahankan gaya otentik dari rumah joglo, menciptakan suasana nyaman dan hangat yang khas dengan nuansa jadul.
-
Mengapa desain rumah joglo modern diminati untuk diterapkan di kawasan perkotaan? Desain rumah joglo modern minimalis memungkinkan Anda memiliki hunian yang tradisional namun tetap kompak, bahkan di kawasan perkotaan yang padat.
-
Kapan TB Simatupang menggunakan rumah joglo tua di Kulon Progo sebagai markas gerilya? Rumah itu dulu digunakan TB Simatupang sebagai markas perang gerilya, tepatnya pada masa tahun 1948-1949.
-
Apa yang membuat desain rumah joglo modern unik? Namun, anggapan terkait rumah joglo tidak sepenuhnya benar. Faktanya, rumah joglo dapat dihadirkan dengan sentuhan modern tanpa menghilangkan keaslian dan keindahannya.
-
Apa ciri khas desain Joglo klasik yang membedakannya dengan jenis desain Joglo lainnya? Struktur bangunannya terbuat dari kayu jati yang kokoh, lengkap dengan ukiran-ukiran yang artistik. Atap rumah berbentuk tajug atau piramida, terdiri dari empat tiang utama yang disebut "soko guru" yang menopang keseluruhan rumah. Ciri khas dari rumah Joglo klasik ini adalah ruang terbuka di bagian tengah rumah, yang dikenal sebagai "pendopo."
Fungsi
Pada masa kolonial Belanda, rumah joglo ini berfungsi sebagai kantor kelurahan Tanjung. Selanjutnya, saat terjadi agresi militer II, bangunan ini beralih fungsi menjadi rumah sakit untuk para gerilyawan. Adapun saat ini, Rumah Joglo Tanjung yang juga dikenal dengan sebutan Rumah Joglo Prawiro Wihardjo tinggal keluarga keturunan alm. Prawiro Wihardjo. Selain itu, bangunan ini juga sering jadi tempat pertemuan warga dan tempat kegiatan sosial.
Mengutip situs Cagar Budaya Pemprov DIY, pada tahun 2001, Tanjung tetapkan sebagai desa wisata. Hal ini membuat Joglo Tanjung sering digunakan untuk kepentingan umum.
Rumah Joglo TanjungMasih Berdiri Megah
Rumah joglo ini memiliki corak arsitektur tradisional Jawa. Ada empat saka guru yang kokoh menopang atapnya. Meskipun usianya sudah lebih dari dua abad, namun keanggunan dan keindahannya tak berkurang sama sekali.
Bentuk tumpangsari joglo masih terawat. Struktur usuk yang berbentuk paniyung, mengerucut ke satu titik, memberikan karakteristik khas pada rumah joglo ini.
Pintu penutup ruangan menggunakan kayu jati dan pintu masuk bergaya krepyak menggambarkan kekayaan detail arsitektur Jawa. Sementara itu, lantai bangunan sudah diganti dengan tegel.
Apresiasi
Pada tahun 2004, pemilik/pengelola bangunan ini menerima penghargaan Pelestari Warisan Budaya/Cagar Budaya dari Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta.
Daya Tarik
Desa wisata ini memiliki daya tarik di bidang kebudayaan dan pendidikan. Selain keberadaan Rumah Joglo Tanjung yang punya peran penting di masa lalu, ada sejumlah kebudayaan lokal yang menarik dipelajari. Seperti kesenian Pekbung, kenduri, among-among, dan lain sebagainya.