Kisah Kampung Kedung Glatik, Desa Jawa Kuno Berusia Ratusan Tahun yang Akan Ditenggelamkan
Konon Desa Kedung Glatik sudah berdiri sejak abad ke-15
Konon Desa Kedung Glatik sudah berdiri sejak abad ke-15
Kisah Kampung Kedung Glatik, Desa Jawa Kuno Berusia Ratusan Tahun yang Akan Ditenggelamkan
Kampung Kedung Glatik yang berada di Kecamatan Pringapus, Kabupaten Semarang merupakan sebuah kampung kuno berusia ratusan tahun. Rumah-rumah di sana masih bergaya tradisional dengan bahan kayu jati.
-
Apa yang menjadi ciri khas Desa Kedung Glantik? Di Desa Kedung Glantik, masih banyak dijumpai rumah tradisional yang terbuat dari kayu. Bahan kayu tersebut memudahkan warga jika sewaktu-waktu harus dipindahkan terutama saat musim penghujan tiba.
-
Dimana lokasi Desa Kedung Glantik? Desa itu lokasinya tepat berada di tengah-tengah proyek pembangunan Bendungan Jragung yang menjadi salah satu Proyek Strategis Nasional Pemerintah.
-
Mengapa Desa Kedung Glantik akan tenggelam? Apabila proyek itu telah selesai, bisa dipastikan Desa Kedung Glantik akan ikut tenggelam di dasar bendungan.
-
Bagaimana cara rumah di Desa Kedung Glantik dipindahkan? Setiap rumah selalu diberi tumpukan batu kali kecil sebagai penompang, sehingga mudah untuk diangkat.
-
Kapan Desa Panggungharjo dibentuk? Desa Panggungharjo dibentuk berdasarkan maklumat monarki Yogyakarta tahun 1946 yang mengatur tentang tata kalurahan saat itu.
-
Di mana Desa Kedungmulyo berada? Salah satu desa yang dilalui deretan Pegunungan Kendeng itu adalah Desa Kedungmulyo yang berada di Kecamatan Sukolilo, Pati.
Namun tak lama lagi kampung kuno itu hanya akan jadi kenangan karena akan ditenggelamkan untuk pembangunan waduk Jragung.
Konon Desa Kedung Glatik sudah ada sejak abad ke-15. Gaya arsitektur rumah di sana masih dipertahankan dari dulu sampai sekarang.
Salah satu keunikan bentuk rumah itu adalah model panggung di mana lantainya yang terbuat dari kayu dibuat tidak menyentuh tanah.
Pak Anwar, salah seorang warga Desa Kedung Glatik, bercerita dulunya ada perantau bernama Mbah Wongso yang tinggal di tempat itu.
Suatu hari ada sebuah pohon jati yang roboh dan jatuh di atas sungai atau kedung. Pohon jati yang roboh itu kemudian menjadi tempat bertengger burung gelatik.
Terkait kabar bahwa desa tersebut sudah berdiri sejak abad ke-15, Pak Anwar mengaku tidak tahu menahu mengenai hal tersebut.
Foto: YouTube Jejak Tempo Doeloe
Ia mengatakan, warga setempat menggantungkan perekonomian pada hasil hutan. Dengan adanya pembangunan waduk Jragung, nantinya sebanyak 180 kepala keluarga (kk) akan dipindahkan ke sebuah desa yang letaknya sekitar 3 km dari tempat mereka sekarang.
Namun sebelum mereka dipindahkan, rencananya masjid dan makam di desa tersebut akan dipindahkan terlebih dahulu.
- Kisah Hidup Penyadap Getah Pinus, Tinggal di Pelosok Desa dengan Penghasilan Minim
- Kisah Perselingkuhan Zaman Jawa Kuno, Nyawa Pasangan Melayang Berbuntut Penyesalan
- Dulu Ladang Luas Pemandangannya Indah, Begini Kisah Kampung Bersejarah Hadiah Raja di Tengah Kota Surabaya
- Kisah Desa di Pesisir Karawang Hampir Hilang Ditelan Abrasi, Warga Pilih Tetap Bertahan
Dulu lingkungan di sekitar Desa Kedung Glatik adalah hutan belantara. Bahkan saat hutan itu masih lebat, warga sering menjumpai Harimau Jawa.
Pak Anwar berkisah, dulu ada seorang warga bernama Mbah Sastro. Dia punya seekor ayam dan pada malam hari ayamnya dimakan harimau. Tanpa kenal takut, Mbah Sastro membunuh sendiri harimau yang telah memangsa hewan ternaknya.
“Dulu banyak di sini harimau Jawa. Apalagi babi hutan,” kata Pak Anwar dikutip dari kanal YouTube Jejak Tempo Doeloe.
Tentang pembangunan waduk, Pak Anwar mengatakan bahwa dulu pernah ada sesepuh yang meramalkan. Ia mengatakan bahwa warga setempat sebenarnya tidak ingin kampung mereka dijadikan waduk. Namun mereka hanya bisa pasrah karena sudah keputusan pemerintah.
“Tempat kami pindah sudah disediakan, dan warga nanti pindah sendiri-sendiri. Tapi kami pindah menunggu ganti untung dulu dari pemerintah,” kata Pak Suhadi, warga Kedung Glatik yang lain, dikutip dari kanal YouTube Jejak Tempo Doeloe pada Kamis (29/2).