Kisah Desa Para Pengembara di Wonogiri, Dulunya Jadi Tempat Bertapa Raden Mas Said
Di desa itu ada sebuah gua yang dulunya sebagai tempat bertapa Raden Mas Said
Di desa itu ada sebuah gua yang dulunya sebagai tempat bertapa Raden Mas Said
Kisah Desa Para Pengembara di Wonogiri, Dulunya Jadi Tempat Bertapa Raden Mas Said
Di tengah kawasan hutan pinus yang berada di Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, terdapat sebuah kampung tua. Dulunya kampung itu dihuni oleh para pengembara.
Desa itu bernama Temboro. Perangkat Desa Temboro, Pak Ratikno, mengatakan bahwa nama “Temboro” artinya tempat orang mengembara.
-
Di mana Desa Sade berada? Desa Sade merupakan sebuah kampung adat yang berada di Kabupaten Lombok Tengah.
-
Dimana letak Desa Madiredo? Desa wisata ini jadi tempat yang cocok untuk kabur dari hiruk-pikuk perkotaan.
-
Bagaimana Desa Madiredo disebut? Desa ini disebut-sebut bak AC alami
-
Kenapa Prabu Siliwangi bertapa di Desa Pajajar? Suasana yang asri ini lantas dijadikan tempat beristirahatnya Raja Prabu Siliwangi, salah satunya untuk melakukan pertapaan.
-
Kapan Desa Madiredo ada? Mengutip situs resmi Pemkab Malang, Desa Madiredo sudah ada sejak sekitar 150 tahun lalu.
-
Di mana Prabu Siliwangi bertapa? Lokasi ini konon jadi tempat pertapaan Raja Prabu Siliwangi. Sri Baduga Maharaja Prabu Siliwangi merupakan salah satu raja paling berpengaruh sepanjang masa kerajaan Sunda Pajajaran.
Pada zaman dulu, Desa Temboro menjadi salah satu tempat persembunyian Raden Mas Said (Pendiri Keraton Mangkunegaran) dari kejaran pasukan Belanda.
Di Desa Temboro, Raden Mas Said mengajari para warga bercocok tanam. Hingga pada akhirnya banyak warga yang bercocok tanam di Desa Temboro.
“Sawah itu dulunya perkampungan. Karena dibuat lahan pertanian masyarakatnya pindah agak ke sana,” kata Pak Ratikno dikutip dari kanal YouTube Wonogiren.
Pak Ratikno bercerita, dulu di sawah tersebut ada sebuah tongkat. Tongkat itu ditancapkan di bagian tengah-tengah sawah.
Saat bersembunyi di Desa Temboro, warga gotong-royong memberi makan Raden Mas Said. Hingga kini tak jauh dari sawah itu terdapat sebuah batu yang dulu difungsikan sebagai tempat perapian.
“Dari dulu batunya memang seperti ini. Walaupun hujan api yang dinyalakan di batu ini tetap menyala,” kata Pak Ratikno.
Menurut Pak Ratikno, hingga saat ini masih ada peninggalan Raden Mas Said berupa saluran irigasi dan sebuah dam yang dinamakan “Dam Poro Wali”.
Hingga kini, di desa itu ada beberapa tempat yang dianggap sebagai petilasan Raden Mas Said. Salah satunya adalah sebuah goa kecil tempat dia dulu bertapa.
Suasana sejuk terasa di sepanjang perjalanan menuju goa melewati jalan setapak yang sedikit mendaki.
Pak Ratikno mengatakan kalau tempat pertapaan itu sering dikunjungi warga, terutama bagi warga yang hendak mencalonkan diri sebagai kepala desa.