Mahasiswa KKN UGM Berhasil Turunkan Angka Stunting di Jepara, Begini Caranya
Keberhasilan mereka mendapat apresiasi dari berbagai pihak.
Keberhasilan mereka mendapat apresiasi dari berbagai pihak.
Mahasiswa KKN UGM Berhasil Turunkan Angka Stunting di Jepara, Begini Caranya
Pengentasan stunting merupakan salah satu misi besar pemerintah guna mewujudkan Indonesia Emas 2045. Sayangnya hingga kini angka stunting di Indonesia masih tinggi.
-
Kenapa stunting bisa terjadi? Faktor penyebab stunting meliputi pola makan yang tidak sehat, kekurangan gizi, akses terbatas terhadap asupan makanan bergizi, serta infeksi kronis seperti diare dan penyakit pernafasan.
-
Kenapa Kemenkominfo gencar mengkampanyekan pencegahan stunting? Menurut Marroli, pola asuh yang baik kepada anak dapat dilakukan seperti dengan memberi kasih sayang. Ia menambahkan, pemerintah saat ini gencar mengkampanyekan pencegahan stunting guna menghadapi bonus demografi, yaitu masa di mana penduduk usia produktif akan lebih besar dibanding usia nonproduktif.
-
Apa itu stunting? Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak akibat kurangnya asupan makanan yang bergizi dan infeksi kronis pada periode pertumbuhan mereka.
-
Bagaimana cara Kemenkes menekan angka stunting di Indonesia? 'Harus ada upaya yang inovatif, perlu memperkuat intervensi yang ada targetnya agar bisa sama-sama menurunkan angka stunting,' ujar Laila Mahmuda di acara Media Gathering yang diselenggarakan oleh Halluu World & Sensitif di Mall of Indonesia (MOI), Kamis (24/08).
-
Apa dampak stunting bagi masa depan Indonesia? Anak yang mengalami stunting berisiko menghadapi keterbatasan dalam aspek akademis dan sosial, yang pada gilirannya mengurangi peluang mereka untuk berkontribusi optimal bagi masyarakat dan perekonomian negara.
-
Kenapa stunting di Kudus harus diturunkan menjadi nol? “Kami akan berupaya agar target zero (nol) kasus stunting di Kudus pada tahun 2024 bisa terwujud. Untuk itu kami juga membutuhkan komitmen bersama dari semua pihak,” kata Bupati Kudus, Hartopo, dikutip dari ANTARA pada Selasa (27/6).
Hal ini pula yang menjadi keprihatinan dunia akademisi, salah satunya dari Universitas Gadjah Mada (UGM). Mengutip Liputan6.com pada Jumat (11/8), dua desa di Kecamatan Mlonggo, Jepara, Desa Jambu dan Desa Sekuro, diketahui jumlah angka stunting-nya mencapai 144 anak. Namun setelah tim KKN-PPM UGM mengadakan program KKN di sana selama 45 hari, jumlah angka stunting menurun jadi 123 anak.
Atas keberhasilan ini, Camat Mlonggo, Sulistyo, mengapresiasi kerja mahasiswa KKN dalam membantu pemerintah kecamatan menurunkan angka stunting. “Sudah banyak program yang dilaksanakan oleh adik-adik mahasiswa KKN di antaranya penanganan stunting yang menjadi isu strategis baik nasional dan daerah,” kata Sulistyo, dikutip dari Liputan6.com.
Sulistyo menilai jika ilmu yang diberikan mahasiswa KKN UGM benar-benar dirasakan masyarakat. Sehingga permasalahan stunting di beberapa desa berhasil dipecahkan. “Apa yang dilakukan ini sangat membanggakan sekali. Apa yang menjadi inovasi dan gagasan kreatif bersama dengan masyarakat selama ini akan terus bisa menurunkan angka stunting. Mahasiswa KKN benar-benar telah melakukan apa yang didapat dari kampus dan diimplementasikan di wilayah kecamatan Mlonggo,” kata Sulistyo.
Mahasiswa Kormanit KKN Unit Mlonggo, Nicolas Kriswinara, mengatakan bahwa program penurunan stunting menjadi salah satu dari empat program unggulan yang dilakukan oleh 27 mahasiswa. Program tersebut terbagi ke dalam empat kluster yaitu kluster sosial humaniora, agro, medika, dan saintek.
Pada program penurunan stunting, tim melakukan pemetaan di setiap rumah dengan bekerja sama dengan delapan posyandu lewat penyuluhan serta edukasi soal stunting melalui pemberian makanan tambahan. “Kita melakukan program social mapping penyebab masalah yang terjadi dengan mengukur tinggi badan per umur balita, kerja sama interdisipliner untuk pencegahan seperti dari farmasi mengenai saran obat untuk ibu-ibu, sosialisasi gemar makan ikan, kacang kedelai, dan pisang,” kata Nicolas.
Tak hanya itu, pihak KKN UGM juga membagikan makanan tambahan secara gratis. Tim juga mengajarkan cara mengolah makanan dari sumber yang bisa didapat dari lingkungan sekitar. “Kami memberikan makanan tambahan secara fisik gratis dan mengajarkan cara mengolah makanan yang cocok untuk mengatasi stunting,” kata Nicolas.
Sementara itu Kasubdit KKN DPKM UGM, Nanung Agus Fitriyanto mengatakan bahwa inovasi dan keberhasilan program kerja yang dilakukan mahasiswa KKN menjadi salah satu kriteria penilaian dari kegiatan KKN yang dilakukan mahasiswa. Selain melaksanakan program lapangan, mahasiswa juga diharapkan bisa mempraktikkan ilmunya serta memahami nilai etika serta norma yang berlaku di masyarakat. “Di samping bisa mengimplementasikan ilmunya, mahasiswa juga memahami etika, norma dan adat istiadat masyarakat sehingga tujuan KKN untuk meningkatkan rasa empati dan kepedulian sangat diutamakan,” ujar Nanung.