Melihat Menara Air Peninggalan Kolonial di Kota Tegal, Bukti Kecanggihan Belanda dalam Mengelola Air Tanpa Mesin
Jalur airnya dibuat menggunakan pipa dari baja yang didatangkan langsung dari negeri Belanda.
Jalur airnya dibuat menggunakan pipa dari baja yang didatangkan langsung dari negeri Belanda.
Melihat Menara Air Peninggalan Kolonial di Kota Tegal, Bukti Kecanggihan Belanda dalam Mengelola Air Tanpa Mesin
Kota Tegal merupakan salah satu kota yang menyimpan banyak bangunan bersejarah yang masih berdiri kokoh hingga saat ini. Salah satu bangunan itu adalah sebuah Menara air bernama “Waterleideng”.
-
Dimana lokasi menara air Waterleiding di Tegal? Tinggi menjulang dengan bentuk segi delapan menjadi ciri dari menara air raksasa Waterleiding di Kelurahan Panggung, Kecamatan Tegal Timur, Kota Tegal, Jawa Tengah.
-
Apa yang dimaksud dengan air? Pengertian air adalah suatu zat yang tersusun dari unsur kimia hidrogen dan oksigen dan berada dalam bentuk gas, cair, dan padat.
-
Bagaimana cara Menara Air Pandeglang menyalurkan air? Saat itu, menara ini berfungsi untuk menyalurkan air melalui pipa-pipa yang ditanam ke rumah-rumah warga.
-
Di mana sampel air Sungai Winongo diambil? “Kalau kita lihat sedimen di Sungai Winongo kandungan logamnya lebih tinggi di sekitar Kota Yogya. Kita mengambil sampel sampel di sedimen air sungai yang dekat dengan buangan bengkel,” kata Lintang.
-
Kenapa Hari Air Sedunia penting? Peringatan ini menyoroti tantangan-tantangan besar yang dihadapi dunia dalam hal krisis air, termasuk polusi air, perubahan iklim, dan ketidaksetaraan akses terhadap air bersih.
-
Di mana letak Air Terjun Grenjengan Kembar? Air Terjun Grenjengan Kembar merupakan surga tersembunyi di lereng Gunung Merbabu. Air terjun ini letaknya berada di tengah kawasan hutan pinus Dusun Citran, Desa Muneng, Kecamatan Pakis, Magelang.
Menara itu berfungsi untuk mencukupi kebutuhan air bersih bagi masyarakat sekitar. Tingginya mencapai 36 meter dengan tampungan air mencapai 500 meter kubik.
Sumber airnya diambil dari Bumiayu, Kabupaten Brebes, yang jaraknya mencapai 60 km dari Menara itu. Dilansir dari kanal YouTube Jejak Siborik, jalur airnya dibuat menggunakan pipa dari baja yang didatangkan langsung dari negeri Belanda.
Operasional Waterleideng itu dijalankan tidak menggunakan mesin sama sekali. Sistemnya menggunakan tekanan air yang mengalir dari dataran tinggi ke dataran rendah.
Menara air itu aktif beroperasi pada tahun 1931 hingga 1980-an. Saat ini Waterleideng sudah tidak berfungsi karena beberapa faktor, di antaranya debit air yang semakin berkurang dan kebocoran di bagian penampung air.
Dilansir dari kanal YouTube Jejak Siborik, Menara air itu disebut bisa menampung air tanpa mesin dengan kapasitas 500-600 meter kubik.
Foto: YouTube Jejak Siborik
- Melihat Lebih Dekat PLTA Peninggalan Penjajah Belanda di Semarang, Masih Banyak Bangunan Tua Kolonial yang Berdiri Kokoh
- Jadi Salah Satu Ikon di Tegal, Ini Kisah Unik Menara Air Raksasa Waterleiding Warisan Belanda
- Melihat Rumah-Rumah Kolonial Tua di Tengah Hutan Jati Grobogan, Kental Nuansa Klasik
- Mencolok di Tengah Kota, Begini Kisah Menara Air Belanda di Pandeglang Peninggalan Tahun 1848
Air dialirkan dari sumber air di kawasan Bumiayu di lereng Gunung Slamet melalui pipa bawah tanah ke kawasan yang lebih rendah di Kota Tegal.
Tekanannya membuat air mengalir dan terdorong sampai di puncak Menara. Dari atas Menara, air diatur dan disebar lagi untuk kemudian disalurkan ke warga Kota Tegal.
Namun seiring berjalannya waktu, debit air yang melewati pipa bawah tanah itu makin berkurang. Hal inilah yang membuat menara air Waterleideng kini sudah tidak bisa berfungsi lagi.