Melihat Peradaban Kuno Masyarakat Lereng Merapi-Merbabu, Banyak Ditemukan Candi dan Prasasti
Dulunya kawasan lereng Merapi-Merbabu menjadi tempat orang-orang zaman dulu menimba ilmu
Dulunya kawasan lereng Merapi-Merbabu menjadi tempat orang-orang zaman dulu menimba ilmu.
Melihat Peradaban Kuno Masyarakat Lereng Merapi-Merbabu, Banyak Ditemukan Candi dan Prasasti
Lereng Gunung Merapi-Merbabu punya pemandangan alam yang indah nan mempesona. Hamparan ladang pertanian yang hijau, sungai yang airnya jernih, serta gunung Merapi dan Merbabu yang menjulang tinggi.
Namun daerah itu juga menyimpan banyak sekali jejak peradaban kuno yang menyisakan misteri. Bukti-bukti itu terlihat dari banyaknya candi dan prasasti yang ditemukan. Para pakar pun berusaha menggambarkan seperti apa kehidupan masyarakat Merapi-Merbabu pada masa lampau, ribuan tahun yang lalu.
-
Kapan Gunung Merapi meletus? Awan panas guguran itu terjadi pukul 20.26 WIB yang mengarah ke barat daya (Kali Bebeng) arah angin ke timur.
-
Apa yang dimaksud dengan Naskah Merapi-Merbabu? Dikutip dari Wikipedia, naskah-naskah Merapi-Merbabu adalah kumpulan naskah yang ditemukan di kawasan pegunungan Merapi dan Merbabu, Jawa Tengah. Naskah-naskah ini umumnya ditulis dalam aksara Buda.
-
Mengapa Sarisa Merapi dibentuk? Melimpahnya buah salak menggerakkan Kelompok Wanita Tani Kemiri Edum untuk mendirikan sebuah UMKM bernama Sarisa Merapi di Dusun Kemiri, Desa Purwobinangun, Kecamatan Pakem.
-
Apa yang dimaksud dengan Sarisa Merapi? “Jadi Sarisa Merapi berasal dari kata ‘sari salak dari lereng Merapi’ dan berdiri sejak 2016 dengan saat ini sudah memiliki 20 jenis olahan salak,” kata Rini kepada Merdeka, beberapa waktu lalu.
-
Kapan Gunung Semeru meletus? Gunung Semeru terus bergejolak dalam beberapa pekan terakhir. Terbaru gunung tertinggi di Pulau Jawa itu kembali erupsi pada Minggu (31/12) dini hari. Letusannya disertai lontaran abu yang mengarah ke arah selatan dan barat daya.
Kerajaan Purba di Lereng Merapi-Merbabu
Berbagai peninggalan purba terus ditemukan di lereng Gunung Merapi, tepatnya di Dusun Gendungan, Desa Kalibening, Kecamatan Dukun, Magelang. Peninggalan yang ditemukan antara lain lumpang kuno, komboran, hingga tumpukan batu yang membentuk seperti kolam. Terkait temuan ini, pada tahun 2016 Kepala BPCB Jateng, Tri Hartono mengisyaratkan adanya peradaban purba di sana. Diduga temuan itu berasal dari abad 8-9 Masehi.
“Perkiraan kami peninggalan masa klasik abad 8-9. Itu setara dengan masa Kerajaan Mataram Kuno jika dilihat dari batu-batu yang ada,” ujarnya dikutip dari Liputan6.com.
Sebelum ditemukan dan digali, lokasi tersebut sejak dulu dikenal sebagai Tamansari atau tempat pemandian raja. Tri Hartono memperkirakan, ada sebuah kerajaan yang terletak di atas atau arah selatan dari lokasi penemuan peninggalan tersebut.
Foto:Liputan6.com
Selain penemuan benda-benda kuno, di sekitar lereng Merapi-Merbabu banyak ditemukan peninggalan candi.
Sebut saja Candi Asu Sengi yang berada di Kecamatan Dukun, Magelang, Candi Lumbung yang berada di Kecamatan Sawangan, Magelang, serta Candi Umbul yang berada di Kecamatan Grabag, Magelang.
Semua peninggalan candi itu berada di sisi barat lereng Merapi-Merbabu.
Sementara peninggalan prasasti banyak ditemukan di sisi timur lereng Merapi-Merbabu seperti Prasasti Sarungga di Kecamatan Cepogo, Boylali, dan Prasasti Wongsonegoro di wilayah kecamatan yang sama.
Foto:etnis.id
Adanya peninggalan itu menandakan bahwa di masa lampau, sekitar tahun 901 Masehi, masyarakat di lereng Merapi-Merbabu sudah mengenal budaya tulis. Bahkan mereka sudah mengenal teknologi maupun ilmu arsitektur untuk membuat candi-candi yang memiliki nilai seni yang tinggi.
- Ikut Diklat Pecinta Alam di Lereng Gunung Argopuro, Mahasiswi FT Unej Meninggal Dunia
- Terungkap, Menantu Dibunuh Mertua di Pasuruan Ternyata Mahasiswi UT Unair
- Sadis! Bermula dari Ketukan Pintu Misterius, Tamu Tak Diundang Tembak Warga Papua di Rumahnya
- Dulu Jadi Peradaban Tanah Jawa, Candi Gunung Wukir di Magelang Ini Lebih Tua dari Borobudur
Dilansir dari Etnis.id, dahulu di lereng Gunung Merapi-Merbabu, termasuk lereng Gunung Andong, Telomoyo, dan Ungaran, sangat banyak ditemukan “Pangajaran”, yaitu sekolah atau pesantren pada masa Jawa Kuno. Di lereng-lereng gunung tersebut banyak ditemukan struktur bebatuan yang diduga merupakan situs “pengajaran” pada masa lampau.
Tome Pires, dalam bukunya yang berjudul Suma Oriental yang ditulis pada tahun 1512-1515, pada saat ia mengunjungi pesisir Jawa di abad ke-16, ia melihat kaum Brahmana dan para ajar turun dari gunung, pergi ke pantai untuk membeli rontal yang nantinya akan digunakan untuk menulis naskah.
Naskah-naskah itulah yang kemudian dikenal dengan istilah “Naskah Merapi-Merbabu”. Dalam menulis naskah itu, para ajar masih menggunakan aksara Jawa Kuno. Kondisi itu bertahan sampai abad ke-18 di mana setelah masa itu aksara tersebut tak lagi digunakan.