Menelusuri Jejak Peninggalan Belanda di Kampung Recosari Boyolali, Ini Potretnya
Saat ini jejak keberadaan makam Belanda di Kampung Recosari hampir hilang tak bersisa
Recosari merupakan sebuah kampung yang berada di Desa Banaran, Kabupaten Boyolali. Kampung ini memiliki banyak bangunan peninggalan Belanda.
Berdasarkan postingan pegiat sejarah Ibnu Rustamadji dalam akun Instagramnya @benu_fossil, Kampung Recosari dulunya merupakan wilayah yang sangat luas. Awal mulanya wilayah tersebut merupakan kompleks makam Belanda.
-
Kenapa Penjara Koblen dibangun oleh pemerintah kolonial Belanda? Penjara Koblen atau Penjara Bubutan didirikan oleh pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1930.
-
Mengapa Radin Intan II berjuang melawan kolonial Belanda? Sejak lahir, ia tidak pernah melihat ayahnya secara langsung karena telah dibawa ke pengasingan oleh Belanda. Selama hidup, sang ibu kerap bercerita kepada Radin Intan II tentang sosok ayahnya itu. Sejak saat itu semangat juang dan keinginan untuk mempertahankan tanah kelahiran sudah terbentuk di dalam diri Radin Intan II.
-
Sepeda apa yang harganya mahal di zaman kolonial Belanda? Pada masa kolonial Belanda, harga sepeda seperti Gazalle hampir setara dengan 1 ons emas atau setara dengan Rp25 juta.
-
Kenapa Depati Amir melawan kolonial Belanda di Bangka? Dengan tekad yang kuat dan penuh keberanian untuk menentang dan melawan pihak kolonial, Depati Amir mendapatkan dukungan penuh dari masyarakat Bangka. Ia merupakan pejuang yang gigih melawan kolonialisme Belanda terutama dalam aktivitas pertambangan timah.
-
Apa yang dilakukan pasukan Belanda seusai mendarat? Dalam buku berjudul Brigade Ronggolawe, keesokan paginya yakni pada 19 Desember 2023, pasukan Belanda yang datang melalui pantai Glondong menyebar ke beberapa tempat.
-
Siapa saja yang punya sepeda di zaman kolonial Belanda? Saat itu, hanya kalangan tertentu yang bisa memiliki sepeda, seperti pejabat kolonial, bangsawan, misionaris, dan pebisnis kaya.
Warga kemudian membangun pemukiman di pinggir jalan utama. Pada masa kolonial, jalan utama yang melewati kampung itu merupakan bagian dari proyek Jalan Pos Anyer-Panarukan sesi Semarang-Vorstenlanden Surakarta dan Yogyakarta.
Kini bekas makam Belanda pada era kolonial telah banyak dibangun rumah-rumah. Namun beberapa reruntuhan bangunan yang menjadi penanda keberadaan makam Belanda itu masih bisa ditemukan. Selain itu ada sebuah rumah peninggalan Belanda di kampung itu yang hingga kini masih digunakan.
Berikut penelusuran jejak peninggalan kolonial Belanda di Kampung Recosari, Boyolali, seperti dikutip dari akun Instagram @bennu_fossil.
Gapura “Mementomori”
Salah satu penanda bahwa wilayah Kampung Recosari dulunya area pemakaman Belanda adalah sebuah gapura tua bertuliskan “Mementomori” yang artinya “Ingatlah Kematian”. Pada gapura itu terdapat tulisan “1939” yang diperkirakan menjadi tahun dibangunnya bangunan itu.
Salah satu warga Belanda yang tercatat dimakamkan di area itu adalah Dr. J.H.D.G Sanger yang wafat pada tahun 1892. Namun di Kampung Recosari, nisan, momentum, maupun reruntuhan mausoleum sudah tidak ditemukan. Ada dugaan pembongkaran makam terjadi antara tahun 1970-1980 guna perluasan wilayah pusat kota Kabupaten Boyolali.
- Menyusuri Lokasi Kematian 7 Remaja Pria Mengambang di Kali Bekasi: Sepi, Air Tenang & Semak Belukar
- Jalan-Jalan dengan Anjingnya, Bocah 12 Tahun Temukan Gelang Emas Romawi Berusia 1900 Tahun
- Menguak Jejak Bangunan Tua Peninggalan Belanda di Semarang, Kini Hilang Tak Berbekas
- Jejak Peninggalan RA Kartini yang Masih Tersisa sampai Sekarang, Tersimpan di Jepara hingga Negeri Belanda
Mausoleum Kecil yang Terlupakan
Tepat di timur laut gapura “Mementomori” Kampung Recosari, terdapat tiga buah mausoleum yang diduga milik keluarga elit Belanda-Jawa di Boyolali. Mausoleum sendiri diartikan sebagai monumen kematian. Pembuatannya dilakukan oleh keluarga sebagai bentuk rasa sayang pada mendiang sekaligus pengingat bagi anggota keluarga lain yang masih hidup.
Biasanya mausoleum ini berisi satu peti mati yang terkubur di bawah tanah dan batu nisan yang berdiri secara vertikal menghadap ke selatan. Mausoleum yang ditemukan di dekat area Kampung Recosari itu berada di tengah area pemakaman. Tidak ada catatan pasti milik siapa mausoleum itu.
Punya Bentuk yang Unik
Tiga buah mausoleum yang ditemukan di area pemakaman warga Kampung Recosari masing-masing memiliki bentuk yang unik. Tampak terdapat relung berbentuk setengah lingkaran pada salah satu mausoleum. Diduga relung itu dulunya dimanfaatkan sebagai tempat meletakkan bunga serta tempat batu nisan dulunya berada.
Menurut penjelasan dari akun Instagram @bennu_fossil, mausoleum seperti itu juga lazim dimiliki oleh golongan priyayi Jawa maupun Tionghoa. Pembangunan mausoleum itu pun tidak dilakukan sembarang orang karena harus memahami fengshui pemakaman yang rumit.
Rumah Peninggalan Kolonial Belanda
Di Kampung Recosari, terdapat sebuah bangunan tua peninggalan Belanda yang kini digunakan sebagai Balai Pertemuan Bhayangkari. Tidak ada catatan siapa pemilik bangunan itu pada masa kolonial. Ada dugaan pemilik bangunan itu merupakan seorang tuan tanah pemilik Hotel Boyolali.
Pada abad ke-18 hingga 19, seorang tuan tanah Hindia Belanda lazim memiliki banyak aset seperti perkebunan, hotel, dan gedung societeiet. Berdasarkan catatan pada tahun 1884, saat itu di Boyolali terdapat empat keluarga tuan tanah yaitu keluarga Dezentje, keluarga D’Abo, keluarga Doepert, dan keluarga Van Braam.