Mengenal Komunitas Wayang Sampah, Sampaikan Pesan Lingkungan Lewat Kesenian
Kesadaran masyarakat akan kebersihan lingkungan masih bisa dikatakan kurang. Berdasarkan keprihatinan itu, seorang seniman asal Solo, Muhammad Sulthoni, mendirikan komunitas Wangsa, singkatan dari Wayang Sampah.
Kesadaran masyarakat akan kebersihan lingkungan masih bisa dikatakan kurang. Buktinya masih banyak dari mereka yang membuang sampah sembarangan, baik di sungai, di pinggir jalan, di kebun, dan tempat-tempat sepi lainnya.
Berdasarkan keprihatinan itu, seorang seniman asal Solo, Muhammad Sulthoni, mendirikan komunitas Wangsa, singkatan dari Wayang Sampah. Selain bergiat di bidang seni, pria yang akrab disapa Toni Konde itu memang aktif di komunitas pecinta lingkungan. Maka tak heran ia memanfaatkan keahliannya untuk menyampaikan pesan-pesan cinta lingkungan.
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
-
Kapan Beji Sirah Keteng dibangun? Mengutip Instagram @purbosasongko_dalang, Situs Beji Sirah Keteng dibangun pada masa pemerintahan Raja Sri Jayawarsa.
-
Apa yang diterima Pemprov Jateng dari Balai Bahasa? Pada Kamis (10/8), Pemprov Jateng menerima hibah dari Balai Bahasa berupa bangunan gedung permanen dan perangkatnya.
-
Bagaimana cara membuat Jenang Saren? Mengutip Kemdikbud.go.id, bahan utama yang digunakan untuk membuat jenang saren adalah tepung ketan dan gula jawa.
-
Kenapa Candi Jago dibangun? Sejarah Candi Jago dibangun atas inisiasi Raja Kertanegara untuk menghormati mendiang sang ayah, Raja Sri Jaya Wisnuaedhana (1248-1268).
-
Bagaimana cara membuat kue jipang? Berasnya dimasukkan ke situ,” ungkap pemilik kanal YouTube Brent Sastro sembari menunjuk sebuah alat pemanas yang dihubungkan ke gas elpiji. Di sebelahnya, tampak sebuah wajan berisi air gula yang dicampur minyak sedang dipanaskan.
“Kita kan berada di Jawa. Di Jawa itu wayang sangat populer. Jadi saya memilih wayang,” ujar Toni, mengutip dari YouTube Liputan6 pada Senin (19/9). Berikut kisah selengkapnya:
Berkesenian Memanfaatkan Barang Bekas
©YouTube/Liputan6
Toni Konde bersama komunitas Wangsa tergerak untuk berkreasi menggunakan limbah sebagai alat penyampai pesan tentang lingkungan melalui seni pertunjukan. Selain mengajak masyarakat untuk peduli lingkungan, ia juga mengajak masyarakat untuk melestarikan seni budaya tradisional dengan membuat gamelan berbahan kaca bekas.
“Itu gamelan, itu saya mengadopsi dari alat musik gamelan Jawa untuk mengiringi Wayang Sampah. Karena wayang itu identiknya kan dengan gamelan kan kalau di Jawa. Akhirnya saya membuat gamelan dengan kaca, lalu dengan tabung freon, terus dari paralon. Terus di sana saya kembangkan musik eksperimental. Setelah dicoba-coba, ternyata menghasilkan bunyi musik yang bagus,” kata Toni.
Unik Banget
©YouTube/Liputan6
Komunitas Wayang Sampah ini menyasar berbagai segmen usia mulai dari anak-anak hingga ibu-ibu. Bahkan berkat adanya komunitas itu, ibu-ibu di Desa Gondangmanis, Kabupaten Karanganyar, semakin mahir memainkan gamelan dari kaca.
“Unik banget sih. Karena bahannya jelas beda, ada dari kaca, ada dari paralon. Tapi mainnya harus hati-hati banget, karena kalau tekanannya lebih nanti bisa pecah. Tapi dari suaranya dan kualitasnya nggak kalah dari gamelan Jawa,” kata Ratih, salah seorang ibu-ibu peserta pelatihan seni komunitas Wangsa.
Berbudaya Jaga Lingkungan
©YouTube/Liputan6
Hingga kini, Toni masih terus berkarya menciptakan alat-alat musik eksperimental dari barang bekas. Ia berharap masyarakat semakin paham dan lebih bijaksana dalam mengelola sampah agar lingkungan tetap terjaga.
“Harapan saya masyarakat bisa bersikap bijaksana terhadap sampah, terutama dalam mengelola sampah. Agar lingkungan ini tetap terjaga. Kalau di komunitas kami ada semboyan ‘berbudaya jaga lingkungan’,” kata Toni, mengutip dari YouTube Liputan6 pada Senin (19/9).