Mengenal Sosok Abah Guru Sekumpul, Ulama Karismatik Asal Kalimantan Selatan
Selain dakwahnya secara langsung, ia juga membagi ilmunya dalam bentuk buku.
Selain dakwahnya secara langsung, ia juga membagi ilmunya dalam bentuk buku.
Mengenal Sosok Abah Guru Sekumpul, Ulama Karismatik Asal Kalimantan Selatan
Muhammad Zaini bin Abdul Ghani Al Banjari, atau akrab disapa Abah Sekumpul, merupakan seorang ulama karismatik asal Kalimantan. Ia mengajar dan berdakwah di daerah Sekumpul, Martapura.
-
Siapa Abah Emuh? Lelaki itu bernama Muhri, namun warga Kampung Cikeusal memanggilnya dengan nama Abah Emuh. Usianya telah menginjak 80 tahun lebih. Namun suara merdunya seolah tak ingin pergi dan tetap ingin bersama Abah Emuh selamanya. Abah Emuh adalah seorang maestro Beluk yang hingga saat ini masih hidup.
-
Kenapa siswa tega membacok guru? Terkait kejadian ini, Kasatreskrim Polres Demak AKP Winardi mengatakan, pelaku tega membacok gurunya sendiri diduga karena tidak terima mendapat nilai jelek.
-
Bagaimana siswa membacok guru? Peristiwa itu terjadi pada Senin (25/9) pukul 09.30 WIB. Saat itu sang guru sedang mengawasi PTS (Penilaian tengah semester). Akibat insiden itu, guru mengalami luka serius dan mendapat perawatan di RS Wongsonegoro, Semarang.
-
Di mana Gurun Namib terletak? Gurun Namib yang terletak di sebagian Namibia, Afrika Selatan, dan Angola ini diakui sebagai gurun tertua di dunia, dengan perkiraan usia minimal 55 juta tahun, namun kemungkinan besar lebih tua.
-
Kapan Hari Guru Nasional diperingati? 25 November diperingati sebagai Hari Guru Nasional.
Mengutip Wikipedia, Abah Guru Sekumpul lahir pada 11 Februari 1942 di Desa Keraton, Kecamatan Martapura, Kabupaten Banjar.
Ia lahir dari pasangan suami-istri Syekh Abdul Ghani bin Abdul Manaf bin Muhammad Seman dengan Hj. Masilah Binti H. Mulia bin Muhyiddin.
Abah Guru Sekumpul merupakan keturunan ke-8 dari ulama besar Tanah Banjar, Maulana Syekh Muhammad Arsyad bin Abdullah Al-Banjari. Sewaktu kecil, ia hidup dalam disiplin ketat dari orang tua dan pendidikan tauhid serta akhlak dalam membaca Al-Qur’an.
Gemblengan ayah dan bimbingan intensif dari pamannya sejak kecil betul-betul tertanam dalam diri Abah Guru Sekumpul. Sejak kecil, dia Sudha menunjukkan sifat mulia penyabar, Ridha, pemurah, dan kasih sayang kepada siapa saja.
Mengutip Goodnewsfromindonesia.id, Abah Guru Sekumpul memulai dakwahnya di usia yang masih belia di Pondok Pesantren Darussalam Martapura.
Ia juga membuka pengajian di Keraton Martapura untuk menunjang pelajaran para santri, terutama dalam pelajaran nahwu saraf.
Seiring berjalannya waktu, pengajian yang dipimpin oleh Abah Guru Sekumpul mulai merambah ke kalangan masyarakat umum. Hal ini menyebabkan variasi kitab yang dikaji lebih beragam seperti ilmu Fikih, Tasawuf, Tafsir, dan Hadist.
Karena jumlahnya yang banyak, pada tahun 1990 Abah Guru Sekumpul memutuskan untuk pindah ke kompleks Ar-Raudhah yang terletak di Kelurahan Jawa, Martapura.
Di tempat ini kegiatan dakwahnya lebih berkembang. Apalagi Musala Ar-Raudah tempat ia mengajarkan ilmu agamanya mampu menampung ribuan jemaah.
- Apakah Boleh Menjamak Sholat Jika Terjebak Macet? Ini Jawabannya
- Kisah Syekh Jangkung dan Karomahnya, Ulama Karismatik dari Pati Murid Sunan Kalijaga
- Kumpulan Siswi Ini Beri Kejutan Ultah ke Guru, Bukan Bahagia Sang Guru Justru Langsung 'Jatuh Sakit'
- Terkenal Misterius, Begini Sosok Sayyid Abdullah Mliwang Sesepuh Para Wali Penyebar Ajaran Islam di Nusantara
Sejak saat itu, murid-murid dan tamunya datang dari berbagai daerah. Bahkan negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam datang untuk menghadiri pengajian tersebut.
Selain dakwahnya secara langsung, ia juga membagi ilmunya dalam bentuk buku. Ia menulis beberapa kitab yang masih dipelajari hingga sekarang antara lain Risalah Mubarakah, Ar-Risalatu Nuraniyah fi Syarhid Tawassulatis Sammaniyah, dan lainnya.
Abah Guru Sekumpul meninggal dunia pada 10 Agustus 2005. Ia meninggal dalam usia 63 tahun setelah sebelumnya sempat dirawat di Rumah Sakit Mount Elizabeth, Singapura.
Saat mendengar ulama besar itu meninggal dunia, ratusan ribu masyarakat dari berbagai daerah di Kalimantan Selatan berdatangan ke Sekumpul, Martapura, untuk memberikan penghormatan terakhir kepada almarhum.
Pasar Martapura yang pada hari-hari biasa ramai pada hari itu sepi karena kios-kios pada tutup. Suasana yang sama juga terlihat di beberapa kantor dinas termasuk kantor bupati. Sebagian besar karyawan datang ke sekumpul untuk memberikan penghormatan terakhir.