Mengenal Tokoh Ulama yang Dimakamkan di Kepulauan Karimunjawa, Salah Satunya Cucu Nabi Muhammad SAW
Tak hanya soal keindahan alamnya, ternyata Karimunjawa juga punya berbagai peninggalan sejarah.
Tak hanya soal keindahan alamnya, ternyata Karimunjawa juga punya berbagai peninggalan sejarah.
Mengenal Tokoh Ulama yang Dimakamkan di Kepulauan Karimunjawa, Salah Satunya Cucu Nabi Muhammad SAW
Selama ini Kepulauan Karimunjawa dikenal memiliki pemandangan alam yang memukau, terutama banyak pantainya yang belum terjamah oleh pengunjung. Tapi bicara soal Karimunjawa tak hanya membahas seputar berjemur atau main pasir di tepi pantai sambil menikmati matahari terbenam.
Ternyata Karimunjawa juga menyimpan peninggalan bersejarah berupa makam tokoh-tokoh penting. Siapa saja mereka? Berikut ulasan selengkapnya, dikutip dari jurnal berjudul "Karimunjawa Dan Sisa Benda Budaya Masyarakat Pulau-Pulau di Perairan Utara Jawa" yang ditulis oleh Lucas Partanda Koestoro.
-
Kapan Masjid Baitul Makmur diresmikan? Bentuk dari kepala kubah masjid yang diresmikan tahun 1999 ini memiliki bentuk yang sama persis, sehingga menimbulkan kesan gaya arsitektur Timur Tengah yang begitu kental.
-
Kapan Masjid Walima Emas diresmikan? Mengutip Liputan6.com, Masjid Walima Emas dibangun sejak tahun 2008 dan diresmikan tahun 2012.
-
Bagaimana Syekh Maulana Mansyuruddin membuat ukiran di Batu Quran? Mengutip karya ilmiah Ahmad Fauzy dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, berjudul “Komodifikasi Wisata Religi Batu Quran” Syekh Maulana Masyuruddin sempat menggoreskan telunjuknya ke sebuah batu yang ada di tengah kolam tersebut.
-
Kapan Masjid Quwwatul Islam diresmikan? Pada Selasa (10/10), Gubernur DIY Sri Sultan HB X meresmikan berdirinya Masjid Quwwatul Islam di Jalan Mataram No. 1, Suryatmajan, Danurejan, Kota Yogyakarta.
-
Kapan Masjid Nur Abdillah diresmikan? Menurut kanal Youtube Traveling All In, masjid ini baru diresmikan pada 2021 lalu. Proses pembangunannya sudah dimulai sejak 2019 lalu, hingga kini menjadi ikon wisata religi di Kabupaten Serang, Banten.
-
Kapan Abah Guru Sekumpul memulai dakwahnya? Mengutip Goodnewsfromindonesia.id, Abah Guru Sekumpul memulai dakwahnya di usia yang masih belia di Pondok Pesantren Darussalam Martapura.
Salah satu alim ulama yang dimakamkan di Karimunjawa adalah Mbah Amir Hasan alias Sunan Nyamplung. Ada dua versi yang mengungkapkan siapa Sunan Nyamplung ini. Versi pertama mengatakan kalau dia adalah putra Sunan Muria. Versi kedua mengatakan kalau dia adalah putra Sunan Kudus. Kedatangannya ke Karimunjawa berkenaan dengan misi dakwah ajaran Islam.
Berlayar ke Pulau Genteng, di sana juga terdapat makam-makam leluhur. Salah satunya makam Mbah Endang Setiawati. Makamnya berbentuk punden yang berada di sebuah gumuk yang jaraknya hanya 150 meter dari garis pantai barat Pulau Genteng.
Di pulau itu pula terdapat makam Gadung Wulung atau Klenting Wesi. Makamnya terletak di puncak Bukit Genteng, bagian tertinggi dari Pulau Genteng. Pada saat-saat tertentu banyak orang yang berziarah ke makam-makam tersebut.
Makam Keturunan Nabi Muhammad SAW
Di Pulau Kemujan, Karimunjawa, terdapat makam seorang ulama bernama Sayyid Abdullah Legon Kluwak. Makam sang ulama berada di dalam sebuah cungkup. Masyarakat sekitar percaya bahwa Sayyid Abdullah adalah keturunan Hasan-Husein, atau cucu Nabi Muhammad SAW.
Cungkup di kompleks makam itu berukuran 5 meter x 4,5 meter. Sementara makam Sayyid Abdullah berukuran 390 cm x 80 cm.
Makam Cina dan Makam Eropa
Pada sebuah tegalan di Dusun Karimunjawa, terdapat peninggalan kuburan Cina. Masyarakat tidak mengenal lagi tokoh-tokoh yang dimakamkan di sana.
Pada permukiman di dekat tegalan itu, ditemukan dua buah bongpay atau nisan makam orang Cina yang terdapat tulisan. Bongpay pertama berada di pekarangan rumah seorang warga bernama Suyitno.
Nisan pada bongpay itu mengungkapkan kalau yang dimakamkan di sana adalah seorang wanita dari marga Wang, dia istri dari seorang lelaki bermarga Liem. Ia lahir di Sakhmen (sekarang wilayah Provinsi Fukien, China Selatan) dan meninggal pada tahun ke-17 dari masa bertahtanya Raja Kwang Chu, penguasa Cina tahun 1875-1908.
Bongpay lainnya di permukiman itu adalah milik seorang laki-laki bernama A-ching. Diperkirakan bongpay ini berasal dari periode yang sama dengan bongpay pertama.
Sekitar 250 meter di sebelah timur kuburan Cina, dijumpai dua makam Eropa. Masing-masing makam berbentuk empat persegi panjang dengan bahan karang dan berlepa. Informasi warga setempat menyebut kalau itu adalah makam keluarga pejabat Belanda yang meninggal pada awal abad ke-20.