Menguak Keberadaan Keraton Pleret, Peninggalan Era Mataram Islam yang Hilang
Keraton Pleret merupakan salah satu bekas pusat pemerintahan Kerajaan Mataram Islam di tahun 1646-1680. Namun keraton itu telah hancur dan kini hilang tak berbekas. Namun sejak dilakukan ekskavasi, berbagai temuan bermunculan, seperti penemuan bekas benteng dan saluran air kuno.
Keraton Pleret merupakan salah satu bekas pusat pemerintahan Kerajaan Mataram Islam di tahun 1646-1680. Namun keraton itu telah hancur dan kini hilang tak berbekas.
Kini bekas keraton itu telah berganti oleh rumah-rumah penduduk. Namun ekskavasi di bekas keraton masih terus dilakukan. Berbagai temuan bermunculan. Di selatan wilayah ekskavasi, ditemukan benteng dan saluran air kuno.
-
Apa yang dikatakan Ade Armando tentang DIY? Laporan ini merupakan buntut dari pernyataan Ade yang mengatakan bahwa Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sebagai perwujudan dari politik dinasti sesungguhnya.
-
Kapan puncak kemarau di DIY diprediksi berlangsung? Sebelumnya Kepala Stasiun Klimatologi BMKG Yogyakarta Reni Kraningtyas menyebut puncak musim kemarau 2024 di DIY diprediksi berlangsung antara Juli hingga Agustus 2024.
-
Siapa saja yang hadir dalam sosialisasi Balai Bahasa DIY tentang ujaran kebencian? Acara dihadiri oleh 47 peserta dari berbagai lembaga seperti binmas polres kabupaten/kota, humas Setda DIY, bidang kepemudaan kabupaten/kota, dinas komunikasi dan informatika provinsi/kabupaten/kota dan Kelompok Informasi Masyarakat (KIM) kabupaten/kota.Lalu hadir pula, dinas DP3AP2KB provinsi/kabupaten/kota, MKKS kabupaten/kota, Persatuan Wartawan Indonesia Provinsi DIY, Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Yogyakarta, Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) serta Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Klas II Yogyakarta.
-
Kapan puncak arus balik di DIY terjadi? Dinas Perhubungan Daerah Istimewa Yogyakarta mencatat bahwa puncak arus balik di provinsi itu terjadi pada Minggu (14/4).
-
Kenapa Pertamina menambah stok LPG di Jawa Tengah dan DIY? Pertamina Patra Niaga terus menambah persediaan LPG 3 kg untuk wilayah Jawa Tengah dan DIY. Langkah ini dapat dilakukan menyusul meredanya cuaca ekstrem yang melanda wilayah utara Jawa Tengah sejak 11 Maret lalu dan berhasilnya kapal pengangkut suplai LPG bersandar di pelabuhan Semarang dan Rembang, Total, mereka melakukan penambahan fakultatif LPG 3 Kg hingga 394.000 tabung selama periode Maret 2024 di wilayah terdampak.
-
Kapan Pertamina menambah stok LPG di Jawa Tengah dan DIY? Pertamina Patra Niaga terus menambah persediaan LPG 3 kg untuk wilayah Jawa Tengah dan DIY. Langkah ini dapat dilakukan menyusul meredanya cuaca ekstrem yang melanda wilayah utara Jawa Tengah sejak 11 Maret lalu dan berhasilnya kapal pengangkut suplai LPG bersandar di pelabuhan Semarang dan Rembang, Total, mereka melakukan penambahan fakultatif LPG 3 Kg hingga 394.000 tabung selama periode Maret 2024 di wilayah terdampak.
“Temuan baru arkeologis era Raja Amangkurat I ini berada di lokasi yang nantinya akan dikembangkan sebagai pengembangan Museum Pleret, maka desain museum harus menyesuaikan dengan temuan terbaru ini,” kata Tenaga Ahli Ekskavasi Dinas Kebudayaan DIY Danang Indra Prayudha dikutip dari ANTARA pada Selasa (14/3).
Berikut selengkapnya:
Sejarah Keraton Pleret
©Wikipedia.org
Dilansir dari Wikipedia, Keraton Pleret merupakan bekas keraton dan ibu kota Kerajaan Mataram Islam pada tahun 1646-1680 setelah Keraton Kerta. Akibat pemberontakan Trunajaya, status Keraton Pleret sebagai ibu kota Maratam Islam berakhir tahun 1677, namun baru ditinggalkan tahun 1680.
Nama “Pleret” sendiri berasal dari kosa kata Bahasa Jawa “paleredan”, diambil dari kata “lered” yang berarti aliran. Karena keraton itu telah hancur, tata letaknya hanya bisa diperkirakan dari catatan masa lalu.
Tak jauh dari situs keraton itu terdapat situs Masjid Kauman Pleret yang ekskavasinya berhasil menyusun bentuk kerangka bangunan secara utuh.
Tata Letak Keraton Pleret
©Wikipedia.org
Menurut catatan Rijklof Van Goens, tembok Keraton Pleret mengelilingi wilayah keraton sepanjang 3.040 meter. Tinggi temboknya 5-6 meter, sedangkan ketebalannya kurang dari 3 meter.
Sementara bangunan keratonnya didominasi oleh batu bata. Luas areanya mencapai 3 hektare. Di sekitarnya ada dua buah masjid, dan ada pula alun-alun dengan pohon beringin di tengahnya. Pada tahun 1989, keberadaan pohon beringin itu masih bisa ditemukan. Sementara bangunan-bangunan lain masih harus diidentifikasi.
“Jika digambarkan, bentengnya berbentuk jajar genjang memanjang lurus dari utara ke selatan. Lebar benteng 2,7 meter dan belum diketahui panjang dan tingginya. Kondisi benteng sendiri tidak utuh,” kata Danang.
Pengembangan Museum Pleret
©pleret.id
Untuk langkah lebih lanjut, lokasi ditemukannya temuan-temuan baru terkait Keraton Pleret akan dibangun gedung yang merupakan pengembangan dari Museum Pleret. Namun pembangunan gedung itu masih harus butuh perencanaan yang lebih rinci. Nantinya gedung itu dimanfaatkan untuk menyimpan temuan-temuan baru yang terus bermunculan di situs keraton tersebut.
“Tindak lanjut sudah kami lakukan dengan survei lapangan pada tahun 2022. Dalam survei, kami menemukan tumpukan bata di permukaan di dua titik. Dari temuan ini kami kerjakan ekskavasi Kedaton IV tahap pertama pada 4 hingga 29 Maret 2022 untuk penelitian dan penyelamatan objek di bawahnya,” ungkap Danang.