Mengulik Fakta Homo Soloensis, Manusia Purba dari Solo
Pada zaman dahulu kala, bumi ini diisi dengan kehidupan para manusia purba. Dari jenis mereka ada nama Homo Soloensis atau bisa disebut juga manusia dari Solo. Diperkirakan dahulu mereka tinggal di daerah Sungai Bengawan Solo pada Zaman Batu Tua atau Paleolitikum.
Pada zaman dahulu kala, bumi ini diisi dengan kehidupan para manusia purba. Mereka hidup dengan cara dan tradisi mereka. Manusia purba ini memiliki beberapa jenis. Mereka punya cirinya masing-masing.
Dari jenis mereka ada nama Homo Soloensis atau bisa disebut juga manusia dari Solo. Diperkirakan dahulu mereka tinggal di daerah Sungai Bengawan Solo pada Zaman Batu Tua atau Paleolitikum.
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
-
Kapan Beji Sirah Keteng dibangun? Mengutip Instagram @purbosasongko_dalang, Situs Beji Sirah Keteng dibangun pada masa pemerintahan Raja Sri Jayawarsa.
-
Apa yang diterima Pemprov Jateng dari Balai Bahasa? Pada Kamis (10/8), Pemprov Jateng menerima hibah dari Balai Bahasa berupa bangunan gedung permanen dan perangkatnya.
-
Bagaimana cara membuat Jenang Saren? Mengutip Kemdikbud.go.id, bahan utama yang digunakan untuk membuat jenang saren adalah tepung ketan dan gula jawa.
-
Kenapa Candi Jago dibangun? Sejarah Candi Jago dibangun atas inisiasi Raja Kertanegara untuk menghormati mendiang sang ayah, Raja Sri Jaya Wisnuaedhana (1248-1268).
-
Bagaimana cara membuat kue jipang? Berasnya dimasukkan ke situ,” ungkap pemilik kanal YouTube Brent Sastro sembari menunjuk sebuah alat pemanas yang dihubungkan ke gas elpiji. Di sebelahnya, tampak sebuah wajan berisi air gula yang dicampur minyak sedang dipanaskan.
Lalu apa yang membedakan mereka dengan jenis manusia purba lainnya? Lalu apakah ada perbedaan mendasar dengan ciri-ciri manusia masa kini? Berikut selengkapnya:
Penemuan Fosil Homo Soloensis
©Wikipedia.org
Dikutip dari Wikipedia, Homo Soloensis dianggap segolongan dengan Homo Neanderthal yang merupakan manusia purba dari Asia, Eropa, dan Afrika. Fosil-fosil Homo Soloensis ditemukan di Ngandong (Blora), Sangiran, dan Sambungmacan (Sragen). Fosil-fosil mereka ditemukan oleh Ter Haar, Oppenoorth, dan Gustav Heinrich Ralph von Koeningswald antara tahun 1931 sampai tahun 1933.
Selain fosil manusia, di daerah-daerah itu mereka juga menemukan fosil-fosil lain seperti hewan menyusui, aneka perkakas, dan fosil jenis manusia purba lainnya. Untuk fosil Homo Soloensis, von Koeningswald menemukan 11 fosil tengkorak. Sebagian fosilnya telah hancur tapi ada beberapa yang layak menjadi objek penelitian lebih lanjut meskipun tulang rahang dan gigi kesebelas tengkorak itu sudah tidak ada.
Punya Budaya Maju
©Wikipedia.org
Pada masanya, budaya Homo Soloensis sudah sangat maju. Kapasitas otaknya berkisar antara 1.013 sampai 1.251 cm kubik. Ukuran inilah yang membuat Homo Soloensis menjadi salah satu di antara anggota genus Homo berotak lebih besar.
Dengan volume otaknya yang sudah mendekati volume manusia masa kini, Homo Soloensis bersama dengan Homo Wajakensis diperkirakan mengawali sistem budaya yang kemudian dinamakan Kebudayaan Ngandong.
Kebudayaan ini dicirikan dengan penggunaan tulang binatang, duri ikan pari, dan batu-batuan serpih. Bahan-bahan tersebut sudah bisa mereka olah menjadi kapak, belati, tombak, dan sebagainya.
Gaya Hidup Homo Soloensis
Batu-batuan serpih yang digunakan Homo Soloensis terbuat dari batu-batuan yang indah. Hal ini menandakan bahwa Homo Soloensis telah mengenal cita rasa seni.
Alat-alat dari tulang binatang diduga digunakan untuk mengorek ubi dan keladi dari dalam tanah. Sementara alat-alat seperti tombak yang bergerigi diduga digunakan untuk menangkap ikan besar.
Dari berbagai peralatan tersebut, para ahli berkesimpulan bahwa cara hidup Homo Soloensis waktu itu adalah berburu binatang, menangkap ikan, memanen keladi, ubi, buah-buahan, dan mengumpulkan makanan lainnya.
Namun mereka menduga alat-alat itu tidak bisa digunakan untuk bercocok tanam. Sehingga diperkirakan mereka masih menggunakan cara nomaden untuk bertahan hidup.
Kepunahan Homo Soloensis
©Wikipedia.org
Tidak ada yang tahu persis kenapa Homo Soloensis punah. Namun karena dianggap merupakan bagian dari Neanderthal, diperkirakan penyebab kepunahannya juga sama di antara lain kemampuan sosial yang rendah, penyebaran penyakit, dan juga badai meteor.
Selain itu ada dugaan penyebab lainnya yaitu dimangsa oleh predator, kalah bersaing dengan manusia modern saat ini (homo sapiens), faktor eksternal, ataupun penyebab-penyebab lainnya.