Mengulik Kisah Gunung Kendeng di Sragen, Menjadi Tempat Peristirahatan Terakhir Sang "Dewa Judi"
Pada zaman penjajahan, bukit itu juga menjadi markas prajurit Belanda
Pada zaman penjajahan, bukit itu juga menjadi markas prajurit Belanda
Mengulik Kisah Gunung Kendeng di Sragen, Menjadi Tempat Peristirahatan Terakhir Sang "Dewa Judi"
Alkisah di sebuah bukit yang berada di sisi utara Sungai Bengawan Solo, hidup seorang tokoh bernama Morojoyo. Pada masa hidupnya ia dikenal dengan julukan “Dewa Judi”.
-
Di mana letak Pegunungan Kendeng? Perbukitan Kendeng melintang dari barat ke timur melintasi wilayah Kabupaten Kudus, Pati, Rembang, Tuban, hingga Lamongan.
-
Kapan Desa Panggungharjo dibentuk? Desa Panggungharjo dibentuk berdasarkan maklumat monarki Yogyakarta tahun 1946 yang mengatur tentang tata kalurahan saat itu.
-
Mengapa patung Dewi Hekate penting? Penemuan ini menggambarkan peran penting Dewi Hekate dalam budaya kuno dan menunjukkan Kelenderis merupakan salah satu kota yang terlibat dalam kompetisi reguler untuk menghormati dewi tersebut.
-
Di mana Jembatan Kudung Kendeng Lembu berada? Berada di jalur masuk Perkebunan Kendenglembudi Desa Karangharjo Kecamatan Glenmore Kabupaten Banyuwangi atau sekitar 10 kilometer dari jalur nasional.
-
Kenapa pendakian Gunung Gede Pangrango ditutup? Keputusan tersebut dampak cuaca ekstrem yang diperkirakan masih berlangsung hingga bulan depan sehingga dapat mengancam keselamatan pendaki.
-
Kapan puncak kemarau di Jawa Tengah? “Jadi kalau kita lihat di data saya, rata-rata dari ketersediaan kabupaten/kota baru sepertiga atau 45 persen yang baru digunakan. Sedangkan kita masa puncaknya pada Agustus dan September. Diharapkan pada November sudah mulai ada hujan. Artinya kalau kita petakan dengan permintaan masyarakat nantinya Insya Allah masih mencukupi. Itu baru sumber yang disiapkan oleh pemda setempat melalui BPBD,” kata Kalakhar BPBD Jawa Tengah, Bergas Catursasi Penanggungan, mengutip YouTube Liputan6 pada Kamis (24/8).
Kehebatan Morojoyo dalam hal berjudi tak diragukan lagi. Ia mendapat julukan itu karena selalu menang judi.
Sayangnya ia dibunuh musuhnya di daerah perbukitan itu setelah menang judi untuk kesekian kalinya di daerah Gesi. Para musuhnya dendam kepada Morojoyo karena selalu dikalahkan saat berjudi.
Kawasan bukit tempat tinggal Morojoyo dikenal masyarakat setempat dengan nama Gunung Kendeng. Letaknya berada di sebelah utara pusat Kota Sragen.
Di puncak bukit itu, terdapat sebuah tugu berbentuk segi empat dengan masing-masing sisinya berukuran 60 cm dan tinggi 2 meter. Pegiat kebudayaan Gesi, Jarwanto, mengatakan bahwa nama Kendeng di wilayah itu diyakini sebagai asal mula nama Pegunungan Kendeng yang terhampar di bagian utara Jawa Tengah-Jawa Timur.
“Konon dari cerita turun-temurun, kata Kendeng berasal dari adanya kabut yang berada di puncak bukit. Orang Jawa menyebut kabut itu seperti asap yang tebal. Dari sebutan itu kemudian muncul nama Kendeng,” kata Jarwanto.
Tugu yang berada di puncak bukit itu konon dibangun pada masa kolonial Belanda. Tugu itu menjadi tanda sekaligus pos pengintaian dan komunikasi pada zamannya.
“Dulu di atas tugu itu tertulis 350 meter di atas permukaan laut. Artinya puncak bukit itu berada pada ketinggian 350 meter di atas permukaan laut. Tapi sayang kini tulisan itu sudah hilang, mungkin dirusak oleh tangan jahil. Dari atas sana hampir seluruh wilayah Sragen terlihat,” lanjut Jarwanto dikutip dari Liputan6.com.
Jarwanto mengatakan, dulu di lereng selatan bukit itu, terdapat sebuah pos jaga personel Belanda. Tak jauh dari tempat itu terdapat sebuah lembah yang disebut Nglencong dan di ujung lembahnya disebut Mbekungkung.
- Larangan Berjudi Sudah Ada Sejak 650 Tahun Lalu, Ini Buktinya
- Menguak Jejak Bangunan Tua Peninggalan Belanda di Semarang, Kini Hilang Tak Berbekas
- Menguak Misteri Kampung Gantungan Sirah di Kebumen, Dulu Diduga Jadi Tempat Eksekusi Mati
- Jejak Peninggalan Pertempuran Tengaran di Semarang, Melihat Tempat Ibadah Para Pejuang hingga Markas Belanda
Menurut Jarwanto, dulu lembah Mbekungkung menjadi tempat berburu raja Pakubuwono VIII. Nama “Mbekungkung” sendiri berasal dari sebuah alat menjebak macan atau harimau.
“Macan hasil tangkapan tidak dibunuh, tetapi digunakan untuk melatih prajurit pilihan. Yakni sebagai uji kelulusan melawan harimau dengan tangan kosong,” kata Jarwanto.