Mengunjungi Museum MAJT, Saksi Bisu Perkembangan Islam di Jateng
Museum Perkembangan Islam Jawa Tengah berisi koleksi berbagai jenis peninggalan Islam yang tersebar di berbagai daerah di Jawa Tengah. Selain sebagai tempat wisata, keberadaannya juga dimaksudkan untuk menyelamatkan benda-benda peninggalan sejarah yang mulai termakan usia.
Diresmikan pada 14 November 2006, Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) tidak hanya menghadirkan pesona arsitekturnya saja. Di depan masjid itu ada sebuah menara pencakar langit yang menjulang amat tinggi.
Dengan tinggi mencapai 99 meter, menara itu diberi nama Asma Al-Husna. Di dalam menara itulah terdapat sebuah museum yang mengoleksi benda-benda peninggalan yang menjadi saksi bisu perkembangan Islam di Jawa Tengah.
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
-
Kapan Beji Sirah Keteng dibangun? Mengutip Instagram @purbosasongko_dalang, Situs Beji Sirah Keteng dibangun pada masa pemerintahan Raja Sri Jayawarsa.
-
Apa yang diterima Pemprov Jateng dari Balai Bahasa? Pada Kamis (10/8), Pemprov Jateng menerima hibah dari Balai Bahasa berupa bangunan gedung permanen dan perangkatnya.
-
Bagaimana cara membuat Jenang Saren? Mengutip Kemdikbud.go.id, bahan utama yang digunakan untuk membuat jenang saren adalah tepung ketan dan gula jawa.
-
Kenapa Candi Jago dibangun? Sejarah Candi Jago dibangun atas inisiasi Raja Kertanegara untuk menghormati mendiang sang ayah, Raja Sri Jaya Wisnuaedhana (1248-1268).
-
Bagaimana cara membuat kue jipang? Berasnya dimasukkan ke situ,” ungkap pemilik kanal YouTube Brent Sastro sembari menunjuk sebuah alat pemanas yang dihubungkan ke gas elpiji. Di sebelahnya, tampak sebuah wajan berisi air gula yang dicampur minyak sedang dipanaskan.
Melansir dari majt.or.id, Museum Perkembangan Islam Jawa Tengah berisi koleksi berbagai jenis peninggalan Islam yang tersebar di berbagai daerah di Jawa Tengah. Selain sebagai tempat wisata, keberadaannya juga dimaksudkan untuk menyelamatkan benda-benda peninggalan sejarah yang mulai termakan usia.
Karena itu, hadirlah museum ini. Berada di kompleks halaman MAJT, keberadaan museum ini menjadi magnet tersendiri bagi warga yang tinggal di Semarang dan sekitarnya. Berikut selengkapnya:
Latar Belakang Didirikannya Museum
©majt.or.id
Berbeda dengan Masjid Agung Jawa Tengah, Museum Perkembangan Islam Jawa Tengah diresmikan pada tahun 2007 oleh Gubernur Jateng saat itu, H. Mardiyanto. Melansir dari Majt.or.id, Museum Perkembangan Islam Jawa Tengah didirikan untuk menyelamatkan benda-benda peninggalan Islam seperti artefak, naskah, maupun benda-benda keislaman lainnya.
Di dalam museum itu, berbagai benda koleksi ditata secara kronologis sehingga menggambarkan kondisi yang faktual dan menyeluruh. Kronologi itu dibagi ke dalam lima episode yaitu:
Fase pertama, momen saat Raden Fatah mendirikan Kerajaan Demak sebagai awal masuknya Islam di Jawa Tengah. Lalu fase kedua adalah berdirinya pesantren dan perannya dalam membangun syiar Islam di Jateng.
Lanjut di fase ketiga mengenai perkembangan Islam di daerah pedalaman yang menghasilkan dialog budaya. Lalu fase keempat adalah dunia pesantren sebagai basis kekuatan melawan kolonialisme. Fase terakhir adalah partisipasi Islam dalam memajukan peradaban global.
Koleksi Mushaf di Museum
©kemenag.go.id
Melansir dari Kemenag.go.id, Museum Perkembangan Islam Jawa Tengah mengoleksi 9 mushaf kuno yang berasal dari berbagai penjuru wilayah Jateng. Empat mushaf di antaranya berasal dari Kudus, dan tiga mushaf di antaranya merupakan peninggalan kiai di Semarang, Temanggung, dan Tegalsari. Sementara dua mushaf lainnya tidak disertai keterangan asal.
Tak hanya itu, museum ini juga menyimpan sejumlah manuskrip lain berisi ilmu tafsir, fikih, dan lain-lain. Museum ini juga menyimpan benda-benda yang terbuat dari kayu, gerabah, dan lain sebagainya.
Koleksi Artefak Museum
©Gomuslim.co.id
Selain menyimpan mushaf-mushaf kuno, museum itu juga menyimpan sejumlah artefak yang menjadi saksi bisu perkembangan Islam di Jateng di antaranya Iluminasi Alquran, Wayang Golek Menak, Wayang Sadat, Gayor Masjid Sunan Muria, Gamelan, Ornamen Masjid Mantingan, Artefak kapal dagang, dan lain sebagainya.
Ada juga koleksi busana santri yang dikenakan pada zaman perjuangan kala Indonesia dijajah. Bahkan ada pula pedang besar yang konon digunakan oleh seorang santri dalam melawan penjajah. Selain itu ada koleksi Alquran unik yang telah disadur ke dalam aksara Jawa karya Agus Ngarpah, abdi dalem Keraton Surakarta pada tahun 1835.