Dampak Kemarau Panjang, Warga Banyumas Buat Lubang di Dasar Sungai
Kondisi musim kemarau yang panjang membuat warga dilanda krisis air bersih.
Kondisi musim kemarau yang panjang membuat warga dilanda krisis air bersih.
Dampak Kemarau Panjang, Warga Banyumas Buat Lubang di Dasar Sungai
Musim kemarau yang panjang membuat warga merana, khususnya bagi mereka yang tinggal di daerah krisis air. Ironisnya, warga yang tinggal di pinggir sungai juga turut merasakan dampak dari sebuah fenomena yang disebut El Nino ini.
-
Apa yang dilakukan Pemprov Jateng untuk mengatasi dampak El Nino? "Untuk itu dilakukan pengendalian secara pre-emptive di daerah endemis dengan menggunakan bahan-bahan ramah lingkungan dan responsif pada daerah yang terserang OPT dengan bahan kimia secara bijaksana,"
-
Bagaimana cara Gubernur Jateng menghadapi fenomena El Nino? "Skema mitigasi itu di antaranya mengeluarkan cadangan pangan pemerintah hingga optimalisasi dana desa. Bulog kabupaten/kota harus siap, kampanye food loss dan food waste kami siapkan,"
-
Mengapa El Nino dapat menyebabkan kekeringan di Banten? El Nino merupakan kondisi di mana suhu permukaan air laut mengalami peningkatan. Kondisi ini terjadi di Samudera Pasifik bagian tengah, dan memunculkan pertumbuhan awan yang mengurangi curah hujan.
-
Kenapa kekeringan mulai terasa di 9 kabupaten di Jateng? Dampak kekeringan mulai terasa pada 9 kabupaten di Jateng.
-
Kapan El Nino diperkirakan akan berlangsung? Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) mendorong para Kepala Daerah segera menggulirkan penggunaan alat mesin pertanian atau Alsintan dalam menghadapi perubahan iklim El nino yang berlangsung hingga Agustus mendatang.
-
Apa yang dilakukan Kementan untuk menyelamatkan lahan sawah di Soppeng yang terancam gagal panen akibat El Nino? Kementerian Pertanian (Kementan ) melakukan pengawalan dampak el nino di Kabupaten Soppeng, Sulawesi Selatan (Sulsel). Semua upaya dikerahkan, termasuk pompanisasi untuk menyelamatkan 250 ha lahan sawah yang terancam gagal panen.
Di Desa Cikakak, Kecamatan Wangon, Banyumas, air sungai jadi kering kerontang akibat musim kemarau. Hal ini membuat warga kesulitan mendapatkan air bersih.
Sungai kering itu kemudian dimanfaatkan warga untuk membuat sumur di dasar sungai dengan cara melubangi dasar sungai. Air kemudian akan keluar dari lubang buatan dan bisa langsung diambil oleh warga untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari.
Perlu diketahui, bantuan dari BPBD nyatanya belum cukup untuk memenuhi kebutuhan air mereka. Sebagai langkah dadakan, mereka membuat lubang di sungai untuk mendapatkan air sepuasnya.
“Air di sini kering semua. Untuk nyuci baju, nyuci gadung, nggak ada air juga. Air dari mana? Lha musim kemarau. Itu airnya keluar,” kata Jakam, salah seorang warga yang mengambil air tersebut.
Berdasarkan data dari BPBD Kabupaten Banyumas, tercatat 25 desa dilanda krisis air bersih. Kondisi itu membuat warga mengandalkan kiriman air bersih dari pemerintah untuk keperluan sehari-hari.
Krisis air tak hanya berdampak pada kurangnya pasokan air bersih untuk keperluan sehari-hari. Puluhan hektare lahan padi di Desa Wonokerso, Sragen yang semula hijau kini menguning dan tandus. Pemilik lahan membiarkan lahannya karena sulitnya mendapatkan air yang mengairi lahan mereka.
- Krisis Air Bersih Meluas, 37 dari 40 Kecamatan di Kabupaten Bogor Terdampak
- Krisis Air Bersih di Jateng Makin Parah, Kondisi Warga Makin Merana
- Kekeringan Akibat Kemarau, Warga Grobogan Cari Air hingga ke Hutan
- Probolinggo Terancam Kekeringan dan Krisis Air Bersih, Warga Terpaksa Minum Air Kubangan Sungai
Air bendungan yang menjadi andalan para petani sejak April lalu debit airnya terus menyurut. Hal yang sama juga terjadi pada sungai ataupun saluran irigasi lainnya. Kondisi seperti ini membuat petani tidak berani menanam tanaman agar mereka tidak merugi.
Selain masalah pengairan, hama tikus juga menjadi penyebab petani membiarkan lahan mereka kering. Setidaknya 70 hektare area lahan di Desa Wonokerso dibiarkan begitu saja tanpa ada tanaman.
“Jadi petani kan kekurangan air, sehingga mereka kalau membutuhkan air langsung cari air di waduk. Itupun masih kurang sebenarnya. Sehingga kurang maksimal dari hasil petani itu sendiri. Sehingga dari warga petani jarang yang menanam padi, mengingat dari segi operasional, biaya, dan ada hama tikus. Jadi mereka takut gagal panen,” kata Suparno, kepala Desa Wonokerso.