UGM Akan Luncurkan Candi Borobudur Versi Metaverse, Ini Faktanya
FMIPA UGM tengah mengerjakan proyek besar pembuatan purwarupa (prototype) Candi Borobudur versi dunia virtual metaverse. Kalau proyek ini terwujud, wisatawan yang ingin berkunjung ke Borobudur bisa menikmati keindahan warisan dunia itu dari manapun mereka suka.
Zaman selalu berubah, era selalu berganti. Begitu pula cara hidup manusia di muka bumi ini. Seiring berkembangnya waktu, manusia tak harus lagi berlelah-lelah melakukan perjalanan jauh untuk mencapai tempat wisata.
Saat di rumah saja, kita sudah bisa bepergian ke tempat manapun yang kita inginkan. Hal itulah yang dipikirkan tim dari Center of Excellence In Metaverse Science Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Gadjah Mada (UGM). Mereka tengah mengerjakan proyek besar pembuatan purwarupa (prototype) Candi Borobudur versi dunia virtual metaverse. Kalau proyek ini terwujud, wisatawan yang ingin berkunjung ke Borobudur bisa menikmati keindahan warisan dunia itu dari manapun mereka suka.
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
-
Kapan Beji Sirah Keteng dibangun? Mengutip Instagram @purbosasongko_dalang, Situs Beji Sirah Keteng dibangun pada masa pemerintahan Raja Sri Jayawarsa.
-
Apa yang diterima Pemprov Jateng dari Balai Bahasa? Pada Kamis (10/8), Pemprov Jateng menerima hibah dari Balai Bahasa berupa bangunan gedung permanen dan perangkatnya.
-
Bagaimana cara membuat Jenang Saren? Mengutip Kemdikbud.go.id, bahan utama yang digunakan untuk membuat jenang saren adalah tepung ketan dan gula jawa.
-
Kenapa Candi Jago dibangun? Sejarah Candi Jago dibangun atas inisiasi Raja Kertanegara untuk menghormati mendiang sang ayah, Raja Sri Jaya Wisnuaedhana (1248-1268).
-
Bagaimana cara membuat kue jipang? Berasnya dimasukkan ke situ,” ungkap pemilik kanal YouTube Brent Sastro sembari menunjuk sebuah alat pemanas yang dihubungkan ke gas elpiji. Di sebelahnya, tampak sebuah wajan berisi air gula yang dicampur minyak sedang dipanaskan.
“Targetnya saat Dies FMIPA bulan September 2022 kami luncurkan purwarupa versi mininya,” kata koordinator Center of Excellence In Metaverse Science FMIPA UGM Dr. Wiwit Suryanto dikutip dari ANTARA pada Senin (4/7).
Lalu apa saja yang sedang dipersiapkan untuk mewujudkan proyek besar Candi Borobudur versi metaverse itu? Berikut selengkapnya:
Tak Usah Repot Naik Candi
Foto: borobudurpark.com ©2022 Merdeka.com
Wiwit mengatakan, gagasan mengenai konsep Candi Borobudur versi dunia metaverse itu sudah dikaji sejak awal dan pengerjaannya dilakukan mulai tahun 2022 ini. Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa tujuan dari proyek ini adalah agar masyarakat yang memiliki kendala fisik, usia, maupun kendala lainnya tetap dapat merasakan pengalaman menjelajahi setiap sudut candi tanpa harus repot-repot naik bangunan asli candi. Walau begitu, dengan teknologi virtual reality (VR), masyarakat tetap akan menyaksikan dan merasakan bangunan utuh candi walau versi dunia metaverse.
“Kadang memang ada orang yang tidak puas kalau belum naik sendiri. Tetapi ada orang yang tidak perlu naik dan yang penting bisa merasakan. Kalau yang tujuannya melihat relief atau ingin belajar sejarah, saya kira dengan metaverse ini bisa menggantikan objek aslinya,” kata Wiwit.
Sensasi Seperti Dunia Nyata
Foto: borobudurpark.com ©2022 Merdeka.com
Wiwit juga berharap inovasi ini bisa menjadi salah satu solusi mengurangi risiko kerusakan struktur bangunan Candi Borobudur yang tergerus atau rusak akibat gesekan kaki para pengunjung. Dia mengatakan, berdasarkan konsep yang telah dirancang, para pengunjung Candi Borobudur versi metaverse dapat merasakan berbagai sensasi layaknya di dunia nyata seperti embusan angin dan terik matahari.
Namun demikian, untuk bisa merasakan sensasi itu, wisatawan tetap harus datang langsung di sebuah studio yang nantinya bisa didirikan di kompleks Candi Borobudur dengan dilengkapi berbagai peralatan penunjang teknologi metaverse.
“Saya yakin banyak wisatawan yang tertarik kalau ada ini. Utamanya yang memiliki kendala fisik. Apalagi kalau tiketnya murah,” ujar Wiwit.