Pemasangan Chattra di Stupa Induk Candi Borobudur Tuai Pro dan Kontra, Ini 4 Fakta di Baliknya
Rencana pemasangan Chattra di Candi Borobudur tuai pro dan kontra. Pada akhirnya rencana itu resmi dibatalkan
Pada awal September ini, wacana pemasangan chattra di Candi Borobudur sedang intens dibahas di media sosial. Sejatinya, wacana ini bukanlah hal yang baru. Pada tahun 2023 lalu, rencana pemasangan chattra dianggap sebagai salah satu penyempurna dari bangunan stupa dan bisa memberikan aura yang lebih religius pada bangunan tua Candi Borobudur.
“Rencana kapan terlaksananya kami belum mengetahui pasti. Karena ini masih dilakukan komunikasi bersama,” kata Dirjen Bimbingan Masyarakat Buddha Kementerian Agama, Supriyadi, dikutip dari Liputan6.com.
-
Dimana Candi Borobudur? Candi Borobudur, salah satu situs warisan dunia UNESCO, terletak di Magelang, Jawa Tengah, sekitar 40 km dari Yogyakarta.
-
Bagaimana mitos Candi Borobudur dibentuk? Mitos-mitos ini telah menjadi bagian dari narasi budaya yang mengelilingi Candi Borobudur dan seringkali menjadi cerita yang menarik bagi para pengunjung.
-
Apa yang istimewa dari Candi Borobudur? Candi Borobudur merupakan monumen Budha terbesar di dunia, sebuah situs kuno yang secara luas dianggap sebagai salah satu dari tujuh keajaiban dunia.
-
Dimana letak candi Borobudur? Candi ini terletak di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah dan menjadi salah satu destinasi wisata sejarah sekaligus religi favorit di Indonesia.
-
Di mana letak Stupa utama Candi Borobudur? Stupa utama Candi Borobudur yang berada di titik tengah dari keseluruhan candi disebut sebagai gnomon yang dapat berfungsi sebagai penanda waktu atau musim.
-
Dimana lokasi situs bersejarah Candi Borobudur? Candi Borobudur, yang terletak di Magelang, Jawa Tengah, adalah candi Buddha terbesar di dunia dan dibangun pada abad ke-9 selama masa dinasti Syailendra.
Kini, wacana itu kembali berhembus dan kembali juga menuai pro kontra di tengah masyarakat. Berikut selengkapnya:
Sejarah Pemasangan Chattra
Ide pemasangan chattra di Candi Borobudur pertama kali dicetuskan oleh insinyur Belanda, Theodor van Erp. Saat itu, van Erp diduga terinspirasi oleh Relief Gandawyuha yang berada di lorong dua Candi Borobudur.
Chattra sempat terpasang di Candi Borobudur pada pemugaran pertama pada tahun 1907-1911. Saat itu pemugaran lebih banyak ditujukan pada bagian puncak candi, yaitu pada tiga teras bundar dan stupa pusatnya.
Saat itu Chattra sempat dipasang. Tapi karena beberapa batu tidak ditemukan kembali, struktur payung di puncak candi itu kembali dilepas.
Pendapat Arkeolog
Sementara itu salah satu arkeolog, Ismijono, mengatakan bahwa desakan untuk pemasangan Chattra di Candi Borobudur tidak boleh dilakukan secepat mungkin. Menurutnya, pemasangan Chattra harus dilakukan berdasarkan Undang-Undang nomor 11 tahun 2010 yang mengatur soal cagar budaya.
Ismijono meminta pada Pemerintah Pusat yang ingin pemasangan Chattra pada Candi Borobudur dapat segera terlaksana diharapkan berkomunikasi terlebih dahulu pada seluruh pihak yang berkepentingan, salah satunya adalah pada arkeolog.
“Sebaiknya dibicarakan terlebih dahulu dalam ranah pengembangan pemanfaatan sehingga memperoleh kesepakatan bersama,” kata Ismijono.
Tanggapan Menteri Pariwisata
Sementara itu Menteri Pariwisata Sandiaga Uno mengatakan bahwa Candi Borobudur merupakan salah satu destinasi prioritas yang juga memiliki aspek spiritual. Terkait dengan pemasangan Chattra, Sandiaga menilai bahwa aspirasi para arkeolog perlu didengar, termasuk para pemuka agama, agar ke depannya tidak menimbulkan pro dan kontra.
“Semua harus kita dengar agar kita bisa menciptakan pariwisata yang berkelanjutan. Harapannya 42 persen umat Buddha yang ada di Asia Tenggara bisa berkunjung ke Borobudur untuk beribadah,” kata Sandiaga dikutip dari Liputan6.com.
Resmi Dibatalkan
Pada Rabu (11/9) lalu, Koordinator Museum dan Cagar Budaya (MCB) unit Borobudur Wiwit Kasiyati mengatakan bahwa pemasangan Chattra di Candi Borobudur tidak jadi dilakukan. Pembatalan ini didasarkan pada hasil kajian dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) karena keuatan stupa induk sangat lemah. Keputusan ini juga didukung oleh hasil kajian dari Museum Cagar Budaya Unit Borobudur di mana material batuan Chattra hasil rekontruksi Theodor Van Erp pada 1907-1911 silam diragukan keasliannya.
“Kesimpulannya adalah Chattra hasil rekontruksi van Erp yang saat ini sudah dibongkar tidak akan disusun coba dan tidak akan dipasang. Nantinya batuan Chattra tersebut akan dipindahkan ke tempat yang baik dan dibiarkan terurai,” kata Wiwit dikutip dari Rri.co.id.