Usung Tema Unik hingga dimeriahkan Ratusan Kelompok Seni, Begini Kemeriahan Festival Lima Gunung 2024
Pada tahun ini, para seniman dari Komunitas Lima Gunung mengusung tema Wolak Waliking Zaman Kelakone.
Pada tahun 2024 ini, Festival Lima Gunung kembali digelar. Ajang tahunan itu digelar di kawasan lereng Gunung Merbabu, tepatnya di Dusun Keron, Desa Krogowanan, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang pada 25-29 September. Pada tahun ini, para seniman dari Komunitas Lima Gunung mengusung tema Wolak Waliking Zaman Kelakone.
Sebanyak 120 kelompok seni dari berbagai daerah memeriahkan acara tersebut. Total sedikitnya 2.000-an orang yang akan menjadi pesertanya.
-
Apa yang dirayakan di Festival Bunga Bandungan? Setiap tahun warga Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang menggelar festival bunga.
-
Untuk apa Festival Bunga Bandungan diadakan? Dilansir dari ANTARA, festival bertajuk Jagad Kembang Kumandang itu dilakukan sebagai ajang pariwisata.
-
Apa yang menjadi tujuan utama Festival Kedawung Ngesti Luhung? Festival ini merupakan salah satu bentuk dan upaya kami melestarikan budaya Cirebon, agar anak-anak mengetahui budaya apa saja yang ada di daerahnya," terang Imron yang hadir di lokasi, Rabu (28/6).
-
Dimana Festival Kedawung Ngesti Luhung diadakan? Festival ini digagas oleh Pemerintah Kecamatan Kedawung, Cirebon. Sebelumnya, festival ini sempat terhenti akibat wabah Covid-19, namun Rabu (27/6) acara tersebut kembali digelar di Lapangan Desa Kalikoa,
-
Di mana Festival Bunga Bandungan diadakan? Berbagai jenis bunga dihias di atas mobil dan kemudian diarak dari Kantor Kecamatan Bandungan, melewati alun-alun, dan kemudian berhenti di Pasar Bunga Jetis.
-
Apa saja yang dipertandingkan di festival layang-layang? Ada lima kategori lomba yang dipertandingkan dalam festival ini, antara lain lomba layangan tradisional, layangan tiga dimensi, train naga, train naga mini, dan rokaku challenge.
Selain pentas seni, festival itu juga diisi dengan acara pameran, termasuk pameran foto. Sedikitnya ada 50 foto aktivitas seni dan budaya dari kalangan seniman petani yang dipamerkan dalam puncak acara itu. Berikut selengkapnya:
Antusias Tinggi Peserta
Ketua Komunitas Lima Gunung, Sujono, menjelaskan bahwa biasanya festival itu hanya digelar selama tiga hari. Namun karena para pendaftarnya banyak, acara ditambah dua hari menjadi total lima hari.
Ia mengatakan, sebanyak 120 kelompok seni yang memeriahkan Festival Liam Gunung datang dari berbagai daerah seperti Magelang, Wonosobo, Purworejo, Temanggung, Kebumen, Yogyakarta, Salatiga, Semarang, Malang, Bali, Indramayu, Jakarta, Lumajang, bahkan ada pula dari mereka yang jauh-jauh datang dari Malaysia hingga Meksiko.
“Ketika melihat pendaftar banyak, teman-teman minta dilaksanakan empat hari. Ternyata masih banyak yang mendaftar lagi. Sehingga kami adakan lima hari. Itu pun banyak kesenian yang kami tolak,” ujar Sujono dikutip dari Jatengprov.go.id pada Selasa (17/9) lalu.
Gotong Royong Warga
Acara Festival Lima Gunung dipusatkan pada sebuah panggung festival dengan luas 10x12 meter dan tinggi 70 cm yang didirikan di Dusun Keron. Tak jauh dari panggung, dibangun berbagai instalasi seni yang dikerjakan secara gotong royong oleh warga.
- Mengenal Festival Bhumi Atsanti di Magelang, Kolaborasi Seniman Lintas Daerah Ajak Kepedulian Masyarakat Terhadap Isu Lingkungan
- Jangan Lewatkan Keseruan Festival Gunung Watu Pecah, Pertunjukan Seni dan Budaya Lokal Jember
- Melihat Keseruan Mataram Culture Festival, Cara Bantul Lestarikan Warisan Budaya
- Keseruan Festival Upacara Adat di Sleman, Tonjolkan Nilai-Nilai Adiluhung Budaya Lokal
Warga Dusun Keron sudah mempersiapkan acara itu sejak Juni lalu. Dengan sangat antusiasnya, mereka membuat panggung serta instalasi seni dari bahan-bahan alami seperti jerami, akar tembakau, jagung, dan lain-lain.
Menariknya, panggung pementasan akan dilengkapi dengana aneka serangga. Termasuk 25 patung semut. Bahannya berasal dari anyaman bambu yang menjadi simbol kekhasan seniman petani Dusun Keron dalam kelompok Sanggar Saujana.
Pameran Foto
Acara tersebut juga dimeriahkan dengan pameran foto yang bertema Gumregah Bareng, Gayeng, Seneng. Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kabupaten Magelang, Nita Atmasari, mengatakan bahwa foto-foto tersebut merupakan karya profesional mereka dalam menangkap perenungan, pemikiran, ekspresi, dan eksplorasi yang dibangun budayawan Magelang Sutanto Mendut dalam merespons dinamika kehidupan.
"Festival Lima Gunung menjadi agenda yang spesial bagi para jurnalis, terutama para jurnalis foto. Karenanya setiap Festival Lima Gunung digelar, jurnalis foto dan fotografer dari Jawa Tengah, Yogyakarta, bahkan nasional dari Jakarta, turun ke Magelang untuk turut memotret, mencari, dan menemukan momen terbaik, dan ekspresi terbaik dari para seniman yang tampil," ujarnya dikutip dari ANTARA pada Rabu (25/9).