Warga Lereng Merapi di Boyolali Belum Mau Dievakuasi, Ternyata Ini Alasannya
Gunung Merapi resmi berstatus siaga sejak Kamis (5/11). Meski begitu, belum banyak warga yang mengungsi. Bahkan ada pula warga yang berasal dari kategori rentan yang belum mau dievakuasi ke tempat pengungsian. Lalu apa alasan mereka masih tetap tinggal di rumah dan belum ingin mengungsi?
Gunung Merapi resmi berstatus siaga sejak Kamis (5/11). Walau begitu, belum banyak warga yang mengungsi. Bahkan ada pula warga yang berasal dari kategori rentan yang belum mau dievakuasi ke tempat pengungsian.
Hal inilah yang terjadi di Dukuh Sepi dan Kajor, Desa Jrakah, Kecamatan Selo, Boyolali. Padahal, kedua dukuh itu hanya berjarak sekitar 3 hingga 3,5 km dari puncak Merapi. Di tempat tinggalnya, mereka tetap melakukan aktivitas seperti biasa di ladang.
"Warga di dua dukuh itu, belum mau dievakuasi ke tempat yang lebih aman di TPPS Balai Desa Jrakah. Warga masih perlu pemahaman tentang status Gunung Merapi. Mereka tetap melakukan aktivitas seperti biasa di ladang, tetapi tetap siaga jika Merapi terjadi erupsi," kata Tumar, Kepala Desa Jrakah dikutip dari ANTARA pada Kamis (12/11). Berikut selengkapnya:
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
-
Kapan Beji Sirah Keteng dibangun? Mengutip Instagram @purbosasongko_dalang, Situs Beji Sirah Keteng dibangun pada masa pemerintahan Raja Sri Jayawarsa.
-
Apa yang diterima Pemprov Jateng dari Balai Bahasa? Pada Kamis (10/8), Pemprov Jateng menerima hibah dari Balai Bahasa berupa bangunan gedung permanen dan perangkatnya.
-
Bagaimana cara membuat Jenang Saren? Mengutip Kemdikbud.go.id, bahan utama yang digunakan untuk membuat jenang saren adalah tepung ketan dan gula jawa.
-
Kenapa Candi Jago dibangun? Sejarah Candi Jago dibangun atas inisiasi Raja Kertanegara untuk menghormati mendiang sang ayah, Raja Sri Jaya Wisnuaedhana (1248-1268).
-
Bagaimana cara membuat kue jipang? Berasnya dimasukkan ke situ,” ungkap pemilik kanal YouTube Brent Sastro sembari menunjuk sebuah alat pemanas yang dihubungkan ke gas elpiji. Di sebelahnya, tampak sebuah wajan berisi air gula yang dicampur minyak sedang dipanaskan.
Warga Jaga Kearifan Lokal
©2019 Merdeka.com/Arie Basuki
Pemerintah Desa bersama Tim Siaga Desa (TSD) Jrakah sudah memberikan sosialisasi soal perkembangan status Merapi yang dinaikkan menjadi Siaga (level III) sejak 5 November 2020 hingga sekarang. Namun mereka tetap menjaga kearifan lokal, yaitu tidak akan mengungsi sebelum ada tanda-tanda soal bahaya Merapi.
Oleh karena itu, Tumar merasa perlu ada sosialisasi langsung dari BPPTKG yang bisa memaparkan bukti-bukti soal kondisi Merapi saat ini. Pihak Pemdes Jrakah kemudian menindaklanjuti hal itu dengan langsung mengirimkan surat ke BPPTKG untuk memberikan penyuluhan kepada warga di Jrakah terkait kondisi status Merapi terkini.
Relawan TSD dan Pemerintah Desa Jrakah telah menyiapkan sebanyak 24 ruangan di TPPS Balai Desa Jrakah untuk tempat penampungan sementara yang jaraknya sekitar 5 kilometer dari puncak Merapi. Jumlah itu mampu untuk menampung sebanyak 96 orang pengungsi sebelum mereka dipindahkan ke tempat pengungsian desa persaudaraan di Karanggeneng Boyolali Kota. Namun tempat itu hingga kini masih kosong belum ada penghuninya.
Hanya Menggeser Tempat
©2018 Merdeka.com/Purnomo Edi
Sementara itu di Desa Klakah, Kecamatan Selo, total warga rentan yang harus dievakuasi ada sebanyak 200 jiwa. Hingga Kamis siang (12/11), total warga yang sudah mengungsi baru 70 orang. Kepala Desa Klakah, Marwoto, mengatakan bahwa pihaknya tidak mengungsikan warga, tetapi hanya menggeser mereka yang rentan ke TPPS balai desa yang jaraknya sekitar 6,5 kilometer dari puncak Merapi.
Di sana, Warga menempati ruangan dengan disekat-sekat ukuran 2 x 3 meter sebanyak 37 bilik untuk mencegah penyebaran COVID-19. Pada setiap biliknya, ruangan itu mampu menampung empat orang dewasa, sehingga total memiliki kapasitas 148 orang.
Namun, jika di TPPS Balai Desa Klakah sudah penuh akan disiapkan lagi di gedung SMP Negeri 2 Selo untuk tempat penampungan sementara kebetulan terletak di wilayah Klakah.