19 Juli 2019: Wafatnya Arswendo Atmowiloto, Jurnalis dan Penulis Ternama Indonesia
Kisah hidupnya penuh warna. Punya setumpuk karya dan juga kontroversi.
Kisah hidupnya penuh warna. Punya setumpuk karya dan juga kontroversi.
19 Juli 2019: Wafatnya Arswendo Atmowiloto, Jurnalis dan Penulis Ternama Indonesia
Arswendo Atmowiloto adalah seorang penulis dan wartawan yang aktif di berbagai majalah dan surat kabar Tanah Air. Karya-karyanya mulai dari cerpen, novel, naskah drama, hingga skenario film. Lahir di di Surakarta, Jawa Tengah, pada 26 November 1948, Arswendo Atmowiloto wafat pada 19 Juli 2019 tepat 4 tahun lalu.
Arswendo meninggal akibat menderita kanker prostat. Kabar mengenai penyakitnya ini dibeberkan oleh keluarganya pada Juni 2019. Diberitahukan bahwa Arswendo telah mengidap kanker prostat sejak dua bulan lalu.
Arswendo meninggal dunia pada sore hari, 19 Juli di rumahnya di Jakarta Selatan dan dikebumikan di San Diego Hills, Karawang. Berikut ulasannya yang dirangkum dari Wikipedia dan KapanLagi.com.
-
Dimanakah Embung Alastuwo berada? Embung Alastuwo yang terletak di Desa Wonolepo, Kecamatan Tasikmadu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, sudah lima bulan ini kering tanpa air.
-
Dimana Terowongan Sawahlunto berada? Di Sumatra Barat tepatnya di Sawahlunto terdapat sebuah terowongan tua bernama Lubang Kalam.
-
Dimana Tol Cisumdawu berada? Presiden Joko Widodo (Jokowi) meresmikan Jalan Tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan (Cisumdawu), Jawa Barat, pada Selasa (11/7).
-
Dimana Arasy berada? Dalam banyak hadis, disebutkan bahwa doa ini memiliki kekuatan luar biasa karena merupakan doa yang sangat dicintai oleh Allah SWT dan sering dibaca oleh para malaikat yang mengelilingi Arasy, singgasana Allah di langit ketujuh.
-
Dimana Ubrug Jatiluhur berada? Pasalnya pemandangan ini bisa dirasakan di kawasan tanggul ubrug Bendungan Jatiluhur.
-
Dimana letak Stasiun Bedono? Stasiun Bedono merupakan stasiun kereta api kelas III/kecil yang berada di Desa Bedono, Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang.
Awal Karier
Arswendo kuliah di fakultas bahasa dan sastra IKIP Solo, namun tidak tamat. Setelahnya, ia bekerja serabutan di pabrik bihun dan pabrik susu. Ia juga pernah menjadi penjaga sepeda dan menjadi pemungut bola.
Tahun 1971, ia menerbitkan cerita pendek pertamanya yang berjudul Sleko di majalah Bahari.
Tahun 1972, ia menjadi pemimpin bengkel sastra Pusat Kesenian Jawa Tengah di Solo. Lalu pada 1974, ia menjadi konsultan rumah penerbit Subentra Citra Media. Pada era 1970-an ini, dirinya juga menulis kisah Keluarga Cemara, cerita populer tentang keluarga kecil yang hidup jauh dari ibu kota yang diadaptasi menjadi sinetron dan film sukses Indonesia. Arswendo Atmowiloto juga pernah mengikuti International Writing Program di Universitas Iowa, Amerika Serikat.
Kontroversi
Arswendo Atmowiloto dipenjara dalam kurun tahun 1990-1993. Pemicunya adalah sebuah jajak pendapat yang dimuat dalam majalah Monitor yang dipimpinnya. Berikut kisahnya.
Pada 15 Oktober 1990, majalah Monitor merilis tabel hasil jajak pendapat berjudul "Ini Dia: 50 Tokoh yang Dikagumi Pembaca". Dari 50 tokoh yang ada dalam daftar itu, Nabi Muhammad SAW menduduki peringkat 11 sementara Arswendo berada di peringkat 10.
Tak ayal, peringkat ini menuai kritik dari para tokoh Muslim. Massa yang marah berdatangan ke kantor Monitor pada 17 Oktober, dua hari setelah daftar tersebut dirilis. Pasca insiden ini, Arswendo meminta maaf secara terbuka melalui siaran televisi pada 19 Oktober. Ia meminta maaf kepada para pemirsa dan pembaca lantaran menerbitkan hasil jajak pendapat "tanpa penyuntingan".
Majalah Monitor juga merilis permohonan maaf di berbagai surat kabar seluruh Indonesia.
Keesokan harinya, unjuk rasa pecah di Jakarta dan Bandung. Staf Monitor mulai menyelamatkan arsip dan dokumen tabloid pada malam 21 Oktober. Monitor edisi 22 Oktober memuat pernyataan maaf. Pada 22 Oktober, sejumlah kelompok pemuda Muslim berunjuk rasa di jalanan dan merusak kantor penerbit.
- 25.000 Patung Pelayan Arwah dan Dewa-Dewi Ditemukan dalam Makam Mesir Kuno, Ikut Dikubur Bersama Jenazah
- Pernah jadi Guru hingga Jurnalis, Sosok Ini Berhasil Jadi Orang Nomor 1 di Republik Indonesia
- Ukiran 500 Jejak Kaki dari Zaman Batu Bikin Takjub Ilmuwan, Setelah Ditelusuri Terungkap Pemiliknya
- AJI Desak Polisi Usut Tuntas Penyerangan Jurnalis saat Ricuh Diskusi Generasi Muda Partai Golkar
Monitor, tabloid yang peredarannya mencapai 470.000–720.000 eksemplar saat itu, berhenti terbit setelah izinnya dicabut pada 23 Oktober oleh Menteri Penerangan Harmoko dan Arswendo diberhentikan oleh Gramedia.
Arswendo secara resmi ditahan polisi pada 26 Oktober 1990. Pada April 1991, Arswendo dituduh melakukan subversi dan dihukum lima tahun penjara. Pengadilan menyatakan Arswendo seharusnya menyunting hasil kuis untuk mencegah provokasi terhadap pembaca yang masih muda. Dilaporkan oleh Tempo, persidangannya menjadi salah satu yang paling ketat pengamanannya dalam sejarah Indonesia. Ada sekitar 1.000 personel dikerahkan untuk mengamankan jalannya sidang ini.
Tetap Berkarya
Meski dipenjara, Arswendo tetap giat menulis sejumlah karya sastra. Arswendo menghasilkan tujuh buah novel, puluhan artikel, tiga naskah skenario dan sejumlah cerita bersambung. Sebagian dikirimkannya ke berbagai surat kabar dengan menggunakan alamat dan identitas palsu.
Arswendo Atmowiloto dibebaskan dari penjara pada Agustus 1993.
Dirinya pun kembali menggeluti dunia sastra dan jurnalisme. Ia menjadi pemimpin redaksi tabloid Bintang Indonesia selama tiga tahun, kemudian mendirikan perusahaan medianya sendiri, PT Atmo Bismo Sangotrah pada 1998. Pada Juni 2019, keluarganya mengungkapkan pada awak media bahwa Arswendo telah mengidap kanker prostat sejak dua bulan yang lalu. Arswendo meninggal dunia pada 19 Juli di rumahnya pada usia 70 tahun.