Embung di Karanganyar Ini Sudah Lima Bulan Kering Tanpa Air, Kini Ditumbuhi Rumput Liar dan Jadi Tempat Gembala Kambing
Keringnya embung tersebut berdampak pada lahan pertanian di sekitarnya
Keringnya embung tersebut berdampak pada lahan pertanian di sekitarnya
Embung di Karanganyar Ini Sudah Lima Bulan Kering Tanpa Air, Kini Ditumbuhi Rumput Liar dan Jadi Tempat Gembala Kambing
Embung Alastuwo yang terletak di Desa Wonolepo, Kecamatan Tasikmadu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, sudah lima bulan ini kering tanpa air.
-
Kenapa Embung di Kebumen terbengkalai? Perangkat desa setempat mengungkapkan, sebenarnya proses pembangunan embung tersebut sudah bermasalah sejak awal. Pembangunan embung tersebut sempat mangkrak selama dua tahun. Namun pada akhirnya proyek itu rampung pada tahun 2021.
-
Apa masalah di Embung Kebumen? Bukannya disambut suka cita, pembangunan embung tersebut justru menimbulkan masalah baru, yaitu tanah longsor yang membahayakan warga.'Waktu embung ini sudah jadi 100 persen, serang beberapa bulan hujan terus menerus. Akibatnya jebol dan banyak bagian yang longsor. Setelah perbaikan, hujan turun, jebol lagi,' kata Kepala Desa Giritirto, Sugito, mengutip YouTube Liputan6 pada Senin (22/1).
-
Dimana Embung di Kebumen berada? Embung itu terletak di daerah perbukitan, tepatnya di Desa Giritirto, Kecamatan Karanggayam, Kebumen.
-
Kenapa sumur di Desa Ronggo kering? Pasalnya sudah sebulan sumur-sumur di Desa Ronggo, Kecamatan Jaten, Pati, mulai mengering akibat kemarau panjang.
-
Bagaimana embung membantu petani di Wajo? “Bangunan air seperti embung akan bermanfaat meskipun debit air kecil, air masih bisa teralirkan ke sawah-sawah petani. Sehingga petani bisa menambah pertanaman dalam setahun, dari satu kali menjadi dua kali,“ jelas Mentan SYL, Kamis (24/8).
-
Dimana embung cluweg dibangun untuk petani? Pada tahun ini juga ada fasilitas embung cluweg sebanyak empat unit untuk kelompok tani di Wukirsari, Sambisari dan Gayamharjo.
Dalam kondisi normal, Embung Alastuwo difungsikan sebagai sumber pengairan sawah para petani setempat. Namun kini kondisinya telah berubah 180 derajat. Embung yang dulunya merupakan sumber pengairan para petani itu dasarnya telah ditumbuhi rumput dan tanaman liar.
Bahkan menurut kesaksian warga, tak jarang embung tersebut digunakan sebagai tempat menggembala kambing.
“Terakhir ada airnya bulan Mei 2023 kemarin,” ungkap Suginem, warga Desa Wonolepo yang juga berprofesi sebagai petani.
Menurut warga, Embung Alastuwo kerap kering tanpa air saat musim kemarau. Keringnya Embung Alastuwo juga sedikit berdampak pada lahan pertanian di sekitarnya. Apalagi lahan di selatan embung bergantung pada air embung.
Hal ini lantaran lahan-lahan tersebut belum memiliki sumur sibel (submersible) sebagai alternatif pengairan lahan bila Embung Alastuwo kering.
“Ya kalau cuma bergantung pada embung ya tidak bisa,” kata Suginem.
Sebenarnya tak jauh dari embung tersebut ada sungai yang mengalir. Air sungai itu juga bisa digunakan untuk irigasi dengan disedot. Namun debit air tersebut juga sangat minim saat musim kemarau.
Hal inilah yang membuat para petani hanya mengandalkan embung sebagai sumber mata air dan hanya bisa panen dua kali dalam setahun.
“Kalau yang bisa pakai sumur sibel ya setahun tiga kali panen,” kata Suginem.
Terpisah, Kepala Desa Wonolepo, Agus Susilo, mengatakan bahwa kemarau panjang berdampak pada pertanian di wilayahnya. Namun pada petani sudah tidak hanya bergantung pada embung.
Ia mengatakan sudah ada kelompok tani yang menjalankan program pompanisasi. Hal inilah yang membuat dampak keringnya Embung Alastuwo bisa diminimalisir.
“Kalau terdampak ya terdampak. Tapi tidak seperti lainnya karena ada pompanisasi,” kata Agus.
Seperti diketahui, Embung Alastuwo dibangun oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2017. Embung Alastuwo sendiri dikelola oleh Dinas Pekerjaan Umum Sumber Daya Air dan Penataan Ruang (Pusdataru) Provinsi Jawa Tengah.