19 Maret 1903: Lahirnya W.R Soepratman, Pencipta Lagu Indonesia Raya
Karya W.R Soepratman begitu signifikan dalam sejarah kemerdekaan Republik Indonesia.
Karya W.R Soepratman begitu signifikan dalam sejarah kemerdekaan Republik Indonesia.
19 Maret 1903: Lahirnya W.R Soepratman, Pencipta Lagu Indonesia Raya
Pada saat itu, ia membawakan sekaligus memperkenalkan lagu Indonesia Raya pada seluruh anggota kongres dengan alunan biola. Lagu itu kemudian populer di kalangan para pemuda saat itu dan kini menjadi lagu kebangsaan Indonesia. Tapi tak banyak orang tahu tentang sepak terjang WR Supratman. Ia sebenarnya merupakan seorang wartawan yang malang melintang berkarier di berbagai media seperti surat kabar Kaoem Moeda, Kaoem Kita, dan Sin Po.
Namun di sela-sela kesibukannya ia aktif bermusik terutama setelah dihadiahi sebuah biola oleh kakak iparnya W.M. Van Eldick pada ulang tahunnya yang ke-17. Karier musik inilah yang mendorongnya untuk menciptakan sebuah lagu kebangsaan. Berikut kisah hidup W.R Soepratman yang lahir pada 19 Maret 1903 ini.
Latar Belakang Keluarga
Lahir dengan nama lengkap Wage Rudolf Soepratman, ia adalah anak ketujuh dari sembilan bersaudara. WR Supratman dilahirkan pada 19 Maret 1903 di Desa Somongari, Kecamatan Kaligesing, Purworejo. Ia tidak tinggal di kota kelahirannya karena sejak tiga bulan setelah lahir, orang tuanya membawanya ke Jatinegara.Ayahnya bernama Djoemeno Senen Sastrosoehardjo, seorang tentara KNIL Belanda, dan ibunya bernama Siti Senen. Setelah berusia 6 tahun, ia masuk sekolah Boedi Oetomo di Djakarta. Belum sampai dapat menamatkan pelajaran, ibunya meninggal dunia.
Dua tahun kemudian yakni pada tahun 1919, W.R. Soepratman lulus ujian Klein Ambtenaar Examen (KAE), ujian untuk calon pegawai rendahan. Lulus KAE, pria yang akrab disapa Wage itu melanjutkan pendidikan ke Normaalschool (Sekolah Pendidikan Guru).
Mendapat Hadiah Biola
Mengutip laman resmi Museum Sumpah Pemuda, Wage memanfaatkan kepandaian dalam bermusik untuk menciptakan lagu-lagu perjuangan. Pada tahun 1924, W.R. Soepratman pindah dari Makassar ke Bandung dan memulai karier sebagai wartawan surat kabar Kaoem Moeda.
Setahun kemudian, ia pindah ke Jakarta dan menjadi wartawan Surat Kabar Sin Po. Sejak saat itu ia rajin menghadiri rapat organisasi pemuda dan rapat partai politik yang diadakan di Gedung Pertemuan di Batavia. Momen-momen rapat membuat W.R Soepratman kenal dengan tokoh-tokoh pergerakan.
Menciptakan Lagu Indonesia Raya
WR Supratman tumbuh dewasa sebagai seorang pribadi yang sangat mencintai Indonesia sehingga ia ingin menyumbangkan sesuatu untuk bangsanya. Tetapi ia tidak tahu bagaimana cara mewujudkannya karena ia hanyalah seorang wartawan dan pemain musik.Tetapi pada suatu hari WR Supratman tanpa sengaja membaca sebuah artikel dari majalah Timboel yang berjudul “Manakah Komponis Indonesia yang Bisa Menciptakan Lagu Kebangsaan Indonesia yang Dapat Membangkitkan Semangat Rakyat?”
Sejak Kongres Pemuda II itu, hidup WR Supratman berubah. Hal ini karena pergerakannya selalu diawasi polisi Belanda, terutama karena kata “Merdeka, Merdeka” pada lirik lagu ciptaannya yang sebenarnya tabu untuk diucapkan saat itu.
Bahkan lagunya menjadi populer dan banyak dinyanyikan pada acara-acara penting. Bahkan pada tahun 1930 Pemerintah Hindia Belanda melarang rakyat Indonesia menyanyikan lagu itu di depan umum.
Puncaknya, pada 7 Agustus 1938, ia ditangkap dengan tuduhan bersimpati kepada Kekaisaran Jepang karena menciptakan lagu berjudul “Matahari Terbit”. Namun WR Supratman dilepas karena Belanda tak menemukan bukti-bukti bahwa dirinya bersimpati kepada Jepang.
-
Lagu apa yang diciptakan oleh W.R. Soepratman? Pada kongres Pemuda Kedua 27-28 Oktober 1928, W.R. Soepratman untuk pertama kalinya memperdengarkan lagu Indonesia Raya dengan iringan gesekan biolanya di depan seluruh peserta kongres.
-
Kapan W.R. Soepratman meninggal dunia? Pada 17 Agustus 1938, Wage meninggal dunia di Jalan Mangga Tambak Sari Surabaya karena gangguan jantung.
-
Mengapa W.R. Soepratman ditangkap oleh Belanda? Penyebabnya, lagu ciptaannya berjudul “Matahari Terbit” dinyanyikan pandu-pandu KBI (Kepanduan Bangsa Indonesia) di radio NIROM dan dianggap wujud simpati terhadap Kekaisaran Jepang.
-
Mengapa Soemiran Karsodiwiryo membangun Padepokan Retjo Sewu? Retjo Sewu dibangun Soemiran Karsodiwirjo sebagai tanda ia pernah berjaya pada masanya. Megingat tahun 1990-an, perusahaan rokoknya menguasai pasar Jawa Timur.
-
Kapan Soekarno resmi menyandang gelar Waliyul Amri? Akhirnya pada tanggal 2 hingga 7 Maret 1954, Soekarno resmi menyandang gelar Waliyul Amri Ad-dharuri Bi Al-syaukah yang sempat dianggap kontroversial.
-
Siapa Lettu Soejitno? Lettu R.M. Soejitno Koesoemobroto lahir di Tuban pada 4 November 1925. Ia merupakan putra R. M. A. A. Koesoemobroto, bupati Tuban ke-37. Semasa hidupnya, ia mengalami tiga zaman yaitu zaman penjajahan Belanda, Jepang, dan Kemerdekaan RI.
Akhir Hayat WR Supratman
Semasa hidup, terutama dalam periode tahun 1933-1937, WR Supratman hidup berpindah-pindah tempat mulai dari Jakarta, Cimahi, dan Pemalang. Pada tahun 1937, ia dibawa oleh kakaknya, Ny. Rukiyem dalam keadaan sakit. Keberadaannya diketahui oleh teman-teman seperjuangannya yang kemudian rutin menjenguknya.
Namun kondisi kesehatannya makin menurun, apalagi ia sempat ditangkap Belanda pada tahun 1938. Pada akhirnya WR Supratman meninggal dunia pada 17 Agustus 1938 di Jalan Mangga No.21 Tambak Sari, Surabaya.
WR Supratman meninggal karena gangguan jantung yang dideritanya. Jasadnya dimakamkan di Pemakaman Umum Kapasan, Jalan Tambak Segaran Wetan, Surabaya.