Mengenal Rumah Adat Suku Osing di Banyuwangi yang Menerapkan Konsep Bongkar Pasang
Rumat Adat Suku Osing memiliki keistimewaan yang terletak pada konstruksi bangunan yang menggunakan sistem know down atau bongkar pasang.
Mengenal Rumah Adat Suku Osing di Banyuwangi yang Menerapkan Konsep Bongkar Pasang
Asal Usul Suku Osing
Suku Osing merupakan suku asli dari Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Suku ini dipercaya sebagai keturunan Kerajaan Blambangan, kerajaan Hindu yang dahulu letaknya di ujung timur Pulau Jawa. Kini, Suku Osing tersebar di seluruh daerah Banyuwangi. Namun, Desa Kemiren menjadi salah satu desa yang hampir seluruh warganya merupakan Suku Osing.
Desa Kemiren sendiri menjadi desa yang memiliki kebudayaan asli Banyuwangi, salah satunya Rumah Adat Suku Osing yang hadir sejak ratusan tahun lalu. Hadirnya warisan bersejarah ini membuat Desa Kemiren memiliki kewajiban untuk menjaga serta melestarikan adat budaya yang terkandung di dalamnya. Rumah Adat Suku Osing dibagi menjadi tiga jenis berdasarkan bentuk atap yang digunakan, yaitu cerocongan, baresan, dan tikel balung. Dulunya, jenis atap ini dijadikan penanda kedudukan sosial masyarakat Suku Osing.Jenis Atap
Cerocongan untuk kaum yang kurang mampu, baresan untuk kaum ekonomi menengah, dan tikel balung bagi kaum ekonomi tinggi. Namun, kini sebagian besar rumah warga gunakan gabungan dari ketiga jenis atap. (Foto : Wonderful Indonesia)
-
Apa yang dilakukan Banyuwangi untuk melestarikan budaya asli bangsa? Ini salah satu bentuk pengejawantahan nasionalisme di masa sekarang. Bagaimana kita semua bisa melestarikan budaya asli bangsa kita.
-
Apa yang dilakukan oleh masyarakat Osing Banyuwangi dalam ritual adat Seblang Bakungan? Ritual adat Seblang Bakungan digelar masyarakat Osing Banyuwangi. Tradisi yang telah berlangsung selama ratusan tahun tersebut digelar di Sanggar Seblang, Kelurahan Bakungan, Kecamatan Glagah, Minggu malam (23/6).
-
Bagaimana cara Banyuwangi memanfaatkan insentif tersebut? “Sesuai arahan Bapak Wakil Presiden, kami pergunakan insentif ini secara optimal untuk memperkuat program dan strategi penghapusan kemiskinan di daerah. Kami juga akan intensifkan sinergi dan kolaborasi antara pemkab dan dunia usaha. Dana ini juga akan kami optimalkan untuk kegiatan yang manfaatnya langsung diterima oleh masyarakat,” kata Ipuk.
-
Apa yang didapat Desa Sukojati Banyuwangi dari Kemenkeu? Desa Sukojati, Kecamatan Blimbingsari, Banyuwangi, meraih penghargaan dari Kementerian Keuangan (Kemenkeu) RI sebagai Pengelola Keuangan Terbaik.
-
Kenapa manusia melewati batas Bumi? Fenomena ini menandakan bahwa jejak ekologis manusia semakin besar, dan biokapasitas planet bumi tidak dapat mengimbanginya.
-
Apa yang dibangun di Banyuwangi? Pabrik kereta api terbesar se-Asia Tenggara, PT Steadler INKA Indonesia (SII) di Banyuwangi mulai beroperasi.
Pembangunan Rumah Adat Suku Osing
Rumah adat ini dibangun selaras dengan alam Indonesia yang memiliki iklim tropis dan cenderung bercurah hujan tinggi. Potensi budaya, tradisi, dan aktivitas masyarakat juga menjadi alasan lain dari penggunaan material. Hal inilah yang memengaruhi bentuk serta pemilihan material untuk rumah adat.
Sistem Knock Down atau Bongkar Pasang
Rumat Adat Suku Osing memiliki keistimewaan yang terletak pada konstruksi bangunan yang menggunakan sistem knock down. Sistem ini biasa dikenal dengan sistem bongkar pasang menggunakan sistem tanding tanpa paku, tetapi menggunakan sasak pipih yang dikenal dengan nama paju.
Material yang digunakan dan keunggulannya:
a. Kayu bendo : pondasi atau dinding dengan bahan yang tidak terlalu keras namun kuat, tidak disukai rayap, ringan, dan mudah ditemukan b. Gedhek dan kedug : anyaman bambu gedhek akan membuat suhu ruangan tidak terlalu tinggi karena dapat menyerap panas c. Celah tipis : membuat udara bergerak bebas serta mendapatkan cahaya alami matahari d. Atap tinggi dan runcing : mengalirkan udara serta aliran air hujan
Rumah Adat Suku Osing Saat Ini
Saat ini, hanya sedikit masyarakat yang mengerti dengan tatanan asli dari Rumah Adat Suku Osing. Bangunan yang kini dilabeli sebagai rumah adat pun sebenarnya tidak mencerminkan arsitektur daerah. Padahal penguatan budaya lokal sangat diperlukan di setiap generasi untuk tetap menjaga warisan serta makna historis yang disampaikan.