Mengunjungi Desa Balun Lamongan, Warga dengan 3 Agama Berbeda Hidup Rukun dan Kompak Meriahkan Pawai Ogoh-ogoh
Saking harmonisnya hubungan antarwarga beda agama, kampung ini dijuluki Desa Pancasila.
Saking harmonisnya hubungan antarwarga beda agama, kampung ini dijuluki Desa Pancasila
Mengunjungi Desa Balun Lamongan, Warga dengan 3 Agama Berbeda Hidup Rukun dan Kompak Meriahkan Pawai Ogoh-ogoh
Desa Balun di Kabupaten Lamongan merupakan Desa Wisata Religi dan Edukasi. Wisata edukasi yang diusung mengangkat tema toleransi dan pengenalan terhadap tiga rumah ibadah, yakni Masjid (Islam), Gereja (Kristen), dan Pura (Hindu).
- Mengunjungi Desa Wisata Perdamaian di Lereng Gunung Ungaran, Jadi Tempat Unjuk Kreatifitas Tonjolkan Nilai-Nilai Pluralisme
- Mengunjungi Kampung Hindu di Pegunungan Banyumas, Suasananya Seperti di Bali
- Mengunjungi Sendang Duwur Lamongan, Kompleks Makam Kuno Tiga Tingkat dengan Masjid di Puncaknya
- Desa di Tuban Ini Larang Warga Bangun Rumah Hadap Utara hingga Sembelih Kambing, Ini Alasannya
Nama Desa
Nama Desa Balun diambil dari sesepuh desa bernama Mbah Alun. Kini, makam Mbah Alun sering jadi tujuan ziarah.
Hidup Harmonis
Warga Desa Balun memiliki latar belakang agama berbeda-beda. Ada tiga agama yang hidup berdampingan di Desa Balun, yaitu Islam, Kristen, dan Hindu.
Letak rumah ibadah ketiga agama ini hanya dipisahkan oleh lapangan dan jalan desa.
Mengutip situs resmi Pemkab Lamongan, keberagaman dan toleransi tidak hanya tercermin dalam aktivitas sehari-hari, tetapi juga dalam struktur organisasi desa yang mengakomodir peran pemeluk agama ketiga agama secara proporsional.
Bupati Lamongan, Yuhronur Effendi menyebut desa ini berhasil melestarikan nilai-nilai keberagaman secara alamiah, menciptakan harmonisasi sosial tanpa rekayasa.
Pawai Ogoh-ogoh
Salah satu acara di Desa Balun yang menarik perhatian adalah Pawai Ogoh-ogoh yang digelar dengan meriah setiap tahun. Ogoh-ogoh, boneka atau patung yang menjadi simbolisasi unsur negatif, sifat buruk, dan kejahatan, diarak mengelilingi Desa Balun. Arak-arakan diakhiri dengan pembakaran Ogoh-ogoh sebagai simbol pemusnahan segala hal buruk dan kejahatan di dunia.
Menariknya, Pawai Ogoh-ogoh yang merupakan bagian dari agama Hindu ini tak lepas dari peran aktif pemuda Islam dan Kristen di Desa Balun. Mereka tidak hanya ikut serta dalam prosesi pada hari pelaksanaan, tetapi sebelumnya juga sudah membantu membuat ogoh-ogoh.
Gotong-royong warga lintas agama merupakan cerminan nyata toleransi dan kebersamaan masyarakat Desa Balun.
Mengunjungi Desa Balun tidak hanya memberikan pengalaman wisata yang unik, tetapi juga melihat keberhasilan masyarakat hidup rukun dan kompak meskipun berbeda agama. Desa ini bisa menjadi inspirasi daerah lain untuk merawat keberagaman.