Nyaris Setengah Abad Mengabdi di Papua, Dokter Lulusan UGM Ini hanya Kenakan Tarif Rp2 Ribu kepada Pasien
Ia punya prinsip hidup jadi dokter bukan jalan untuk kaya raya.

Ia punya prinsip hidup jadi dokter bukan jalan untuk kaya raya.

Nyaris Setengah Abad Mengabdi di Papua, Dokter Lulusan UGM Ini hanya Kenakan Tarif Rp2 Ribu kepada Pasien
Puluha tahun lalu, Fransiscus Xaverius Sudanto meninggalkan kehidupan serba mudah di Pulau Jawa. Ia memilih tinggal di Papua untuk mengabdikan dirinya pada kesehatan masyarakat di sana.
Profil
Sudanto lahir di Karanganyar, Kebumen, Jawa Tengah pada 5 Desember 1941. Ia adalah anak bungsu dari enam bersaudara.
Ayahnya bernama Umar, seorang pekerja bangunan di zaman Belanda. Sementara ibunya, Mursila, seorang perawat. Saat perang berhenti, ayahnya kembali menjadi petani.
Kehidupan masa kecil yang susah membuat Sudanto tidak pernah membayangkan kelak akan menjadi dokter.
Mengutip situs alkitab.or.id, Sudanto cukup cerdas dan gigih. Sudanto remaja bercita-cita menjadi ilmuwan atau pengajar. Lulus SMA, ia berharap bisa melanjutkan kuliah di FMIPA UGM. Sementara sang ibu berharap Sudanto bisa menjadi dokter.
Demi mewujudkan harapan sang ibu, Sudanto pun daftar dan diterima jadi mahasiswa Kedokteran UGM.
“Pada mulanya saya menganggap kuliah kedokteran menjemukan. Terlebih kuliah di kedokteran bukan pilihan saya pribadi. Pelan tapi pasti saya menjadi suka dan senang," ungkap Sudanto, dikutip dari alkitab.or.id.
Saat Sudanto lulus kuliah pada tahun 1975, kedua orang tuanya sudah meninggal dunia. Mereka tak sempat menyaksikan sang anak menjadi dokter sebagaima yang mereka cita-citakan.
Tarif Murah
Sejak awal mengabdi di Papua, Sudanto terkenal sebagai dokter dengan tarif sangat murah. Mengutip situs alumni.ugm.ac.id, Sudanto pernah mematok tarif Rp500, lalu naik menjadi Rp1.500 dan Rp2 ribu. Gara-gara tarif berobatnya sangat murah, banyak orang menjulukinya sebagai dokter rasa tukang parkir.
Mengutip situs alkitab.or.id, saat ini tarif berobat Sudanto Rp5 ribu. Anak-anak dan mahasiswa hanya perlu membayar setengahnya.
Jika pasien tidak memiliki uang, Sudanto tidak menarik bayaran, bahkan membantu membelikan obat. Setiap hari Sudanto minimal menerima 100 orang pasien di ruang praktiknya.
Prinsip Hidup
Sudanto berpegang teguh pada prinsip untuk terus-menerus menjadi orang baik. Menurut Sudanto, apa pun profesinya, orang harus menjalaninya sebaik mungkin dan penuh tanggung jawab.
- Terungkap Modus Dokter Kandungan Cabul di Garut Jebak Korbannya, Tawarkan USG Gratis Japri via WA
- Kemenkes Minta STR Dokter Kandungan Cabuli Pasien Hamil di Garut Dibekukan Sementara
- Resmi Jadi Dokter Spesialis Jantung, Begini Sosok Yislam Kakak Fadil Jaidi yang Curi Perhatian
- Mengenang Sosok Lo Siauw Ging, Dokter Dermawan Asal Solo yang Tak Pernah Pasang Tarif Berobat
"Saya selamanya akan mengabdi. Banyak orang kurang mampu di sini (Papua). Kasihan, mereka yang kekurangan biasanya banyak menderita sakit," ujarnya, dikutip dari alkitab.or.id.
Kondisi Terkini
Rhya Carlita, putri Sudanto menuturkan, sang ayah sudah menjadi dokter selama 48 tahun.
"Sekarang bapak berusia 83 tahun. Beliau masih sehat dan masih mengabdi melayani masyarakat khususnya di Jayapura," tulisnya pada kolom komentar Instagram @fyifact, Rabu (8/5/2024).