Potret Habitat Pertama Harimau Jawa, Begini Kondisinya Sekarang
Pada awal abad ke-19 harimau ini masih banyak berkeliaran di Pulau Jawa.
Pada awal abad ke-19 harimau ini masih banyak berkeliaran di Pulau Jawa.
Potret Habitat Pertama Harimau Jawa, Begini Kondisinya Sekarang
Pada awal abad ke-19, harimau Jawa masih banyak berkeliaran di Pulau Jawa. Mengutip Instagram @blitar.heritage, sebelum letusan Gunung Kelud pada tahun 1901, perkebunan di lereng gunung ini merupakan habitat harimau Jawa.
-
Apa yang dimaksud dengan pepatah Jawa "Mikul dhuwur mendhem jero"? "Mikul dhuwur mendhem jero" berarti seorang anak yang menjunjung tinggi derajat orang tua, atau anak yang selalu menghormati orang tua. Makna dari pepatah ini adalah bahwa seorang anak harus selalu menghargai jasa orang tua dan berusaha untuk selalu membanggakan mereka.
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
-
Apa makna dari pepatah Jawa "Kacang ora ninggal lanjaran"? Kebiasaan anak selalu meniru dari orang tuanya.
-
Bagaimana Jaka Sembung melawan Ki Hitam? Akhirnya Jaka Sembung teringat pesan gurunya, Ki Sapu Angin yang menyebut jika ilmu rawa rontek bisa rontok saat pemiliknya tewas dan tidak menyentuh tanah. Di film itu, Jaka Sembung kemudian menebaskan parang ke tubuh Ki Hitam hingga terpisah, dan menusuknya agar tidak terjatuh ke tanah.
-
Kapan Harun Kabir meninggal? Tanggal 13 November 1947, jadi hari terakhir Harun Kabir dalam menentang kekuasaan Belanda yang kembali datang ke Indonesia.
-
Bagaimana bentuk Jurig Jarian? Mulai dari perempuan berambut panjang, sosok bertubuh tinggi dan besar sampai yang menyerupai tuyul karena ukurannya yang kecil dan berkepala botak.
Ciri Khas
Mengutip situs endangeredtigers-org, harimau Jawa rata-rata berukuran lebih kecil dibanding subspesies harimau modern lainnya. Ukuran tubuh ini merupakan bentuk adaptasinya terhadap ukuran mangsa utamanya berupa rusa. Mereka memiliki garis-garis panjang dan tipis serta wajah sempit dengan hidung relatif panjang dan sempit. Satwa liar ini juga memiliki garis-garis hitam tebal pada bulu oranye dengan bulu perut putih. Harimau Jawa memiliki kumis terpanjang di antara subspesies harimau lain.
Harimau ini menghuni hutan-hutan dataran rendah, hutan belukar, dan ada kalanya berkeliaran hingga ke kebun-kebun petani di perdesaan lereng gunung di Pulau Jawa. Wilayah jelajahnya tidak melebihi ketinggian 1.200 mdpl.
Eksistensi
Pada tahun 1940-an, spesies harimau Jawa mulai berkurang. Hewan liar ini hanya ditemukan di hutan-hutan terpencil. Pemerintah berupaya menyelamatkan satwa endemik ini dengan membuka beberapa taman nasional. Namun, taman ini terlalu kecil bagi harimau Jawa untuk mencari mangsa. Seiring berjalannya tahun, jumlah harimau Jawa di taman nasional justru semakin berkurang.
Harimau Jawa
Kepunahan
Mengutip situs tigers.ca, sensus terakhir tentang keberadaan harimau Jawa dilakukan pada tahun 1999-2000 di Taman Nasional Meru Betiri, Jawa Timur. Latar belakang survei ini lantaran adanya laporan dari beberapa staf taman nasional dan warga setempat yang menduga bahwa harimau Jawa masih ada.
Penyebab Kepunahan
Harimau Jawa mengalami kepunahan karena banyaknya perburuan terhadap satwa liar ini. Pada masa kolonial Belanda, banyak orang memburu harimau Jawa untuk kemudian dijadikan pajangan. Kini, tak ada lagi harimau Jawa di hutan-hutan lereng Gunung Kelud atau di hutan lain di Jawa Timur.
Seorang pemburu Belanda berpose di depan seekor harimau yang sudah jadi hiasan di area perkebunan Kalitapakduwur Blitar. Foto tersebut diambil pada tahun 15 September 1915.
- Pria Paruh Baya Ini Nekat Hidup Sendiri di Tengah Hutan Banjarnegara, Kisahnya Curi Perhatian
- Potret Terkini Taman Nasional Alas Purwo, Satwa yang Terancam Punah Terus Berkembang Biak
- Potret Wilayah Penting Kerajaan Majapahit Sejak Pemerintahan Raja Pertama, Warga Hidup Makmur
- Menguak Rahasia Besar Kehidupan Purbakala di Situs Bumiayu Brebes, Jadi Saksi Bisu Terbentuknya Pulau Jawa
Banyak orang yang meracun harimau Jawa karena dianggap hama yang merusak kawasan perkebunan di lereng gunung. Selain itu, alih fungsi hutan yang masif juga menyebabkan harimau Jawa cepat punah.