Sosok Pietermaat, Residen Surabaya yang Larang Kerja Rodi hingga Monopoli dan Dicintai Pribumi
Kebijakan-kebijakannya tidak populer di mata kolonial
Kebijakan-kebijakannya tidak populer di mata kolonial
Sosok Pietermaat, Residen Surabaya yang Larang Kerja Rodi hingga Monopoli dan Dicintai Pribumi
Kolonialisme Belanda terkenal dengan kekejamannya. Namun, tidak semua elite politik Belanda di Indonesia bersikap kejam terhadap pribumi. Hal ini tampak pada sosok Daniel Francois Willem Pietermaat, salah satu residen Surabaya.
-
Kapan Pertempuran Surabaya terjadi? Tanggal 10 November diperingati sebagai Hari Pahlawan Nasional untuk mengenang jasa-jasa para pahlawan, terutama orang-orang yang terlibat dalam peristiwa Pertempuran Surabaya pada 10 November 1945.
-
Kenapa Soetomo berpesan untuk dimakamkan di Surabaya? Ia ingin dimakamkan di Surabaya agar senantiasa dekat dengan masyarakat kota itu.
-
Di mana Gedung Cerutu terletak di Kota Tua Surabaya? Mengutip Liputan6.com, ada dua bangunan cagar budaya di Kota Tua Surabaya kawasan Jalan Rajawali.Pertama, Gedung Cerutu.
-
Kenapa Pertempuran Surabaya di sebut pertempuran terbesar dalam sejarah? Pertempuran ini adalah perang pertama pasukan Indonesia dengan tentara asing setelah proklamasi Kemerdekaan Indonesia dan menjadi pertempuran terbesar dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia melawan kolonialisme.
-
Kapan peristiwa penting yang terjadi di Surabaya yang memicu peringatan Hari Pahlawan? 10 November tahun 1945 silam, sebuah peristiwa penting terjadi di tanah Surabaya. Para pemuda rela bertempur menghadapi tentara Belanda yang ingin kembali menguasai Indonesia.
-
Apa yang membuat rumah Sirajuddin menjadi pusat perhatian? Kediaman ini jadi perbincangan setelah terlibat kasus korupsi pembangunan rumah ibadah di Mimika, Papua.
Profil
Mengutip situs findagrave.com, Daniel Francois Willem Pietermaat lahir di Zuid-Holland, Belanda, pada 2 Oktober 1790. Ia meninggal saat usianya 58 tahun yakni pada tanggal 30 November 1848. Jenazahnya dimakamkan di kompleks Makam Peneleh, Kota Surabaya.
Peduli dengan Pribumi
Pada zaman Belanda, Surabaya memiliki dua penguasa. Pertama, bupati yang mengatur warga pribumi. Kedua, residen yang mengelola koloni Surabaya, Gresik, Mojokerto, Sidoarjo.
Salah satu residen legendaris yang pernah memimpin Surabaya ialah Daniel Francois Willem Pietermaat.
Ia menjabat sebagai Residen Surabaya mulai tahun 1839-1848. Mengutip Facebook Begandring Soerabaia, Pietermaart banyak dicatat memiliki kepedulian dengan pribumi.
Kepemimpinan
Pietermaat memimpin karesidenan Surabaya hampir 10 tahun lamanya. Selama kepemimpinannya, Pietermaart mengeluarkan banyak kebijakan yang berpihak pada pribumi. Hal ini tentu saja tidak populer di mata kolonial.
Selama masa kepemimpinannya, ia juga melarang pemberlakuan kerja rodi.
Selain itu, Pietermaat tercatat menghapus kebijakan monopoli perdagangan oleh satu kelompok.
Jasa Lain
Pietermaat juga berjasa besar atas pembangunan Masjid Kemayoran di Kecamatan Krembangan, Kota Surabaya.
Saat itu, sang residen prihatin karena Surabaya tidak memiliki masjid agung, sejak peristiwa Masjid Jamik Surabaya yang digusur 100 tahun sebelumnya.
Nama Pietermaat ditulis pada prasasti Masjid Kemayoran bersama nama bupati Surabaya Raden Tumenggung Kromojoyodirono sebagai pihak yang berjasa membangun masjid ini.
Makam
Makam Pietermaat merupakan satu-satunya nisan berukuran besar di kompleks pemakaman Peneleh.
- Melihat Jejak Kejayaan Hotel Selabintana di Sukabumi, Jadi Penginapan Megah Era Kolonial hingga Basis Markas PKI
- Pasar Krian Sidoarjo Terbakar, Api Berkobar sejak Subuh
- Polwan Polresta Sidoarjo Digerebek Suami Saat 'Ngamar' Bareng Seniornya di Hotel
- Sudah Berbisnis dari Remaja, Ini Sosok Anwar Sutan Saidi Konglomerat Sumbar Sebelum Kemerdekaan
Sayang, saat ini kondisi makamnya rusak parah. Pagar di sekelilingnya rusak dan marmer prasasti hilang. Saat ini, Pemkot Surabaya tengah mempersiapkan diri untuk melakukan konservasi pada makam Pietermaat.