Melihat Kesiapan Indonesia Menghadapi Aging Population
Negara perlu menerapkan law enforcement untuk menjamin hari tua bisa tersedia.
Penuaan populasi adalah kondisi penduduk di suatu negara dengan 7 persen di antaranya dipenuhi usia 65 tahun ke atas.
Melihat Kesiapan Indonesia Menghadapi Aging Population
Indonesia akan mengalami percepatan penuaan populasi (aging population) berdasarkan hasil proyeksi penduduk Indonesia di tahun 2020-2025. Prediksi ini merupakan hasil riset yang dilakukan sejumlah lembaga dan kementerian termasuk Bappenas, Kementerian Kesehatan RI, hingga Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Bahkan Indonesia akan memasuki aging population empat tahun lebih cepat dari Jepang.
Aging population atau penuaan populasi dijelaskan sebagai kondisi penduduk di suatu negara dengan 7 persen di antaranya dipenuhi usia 65 tahun ke atas.
- Polisi Siagakan 3.454 Personel Amankan Hari Buruh di Jakarta
- Setelah Lebih dari 40 Tahun, AS Bakal Mendarat Lagi di Bulan Pekan Ini
- Perjalanan Kasus Penemuan 5 Mayat di UNPRI, Mulai dari Dugaan Manekin hingga Cadaver
- Survei Ungkap Alasan Orang Ogah Nonton Debat, Mulai dari Membosankan Hingga Omong Kosong
Plt Deputi Bidang Kependudukan dan Ketenagakerjaan Kementerian PPN/Bappenas Maliki menyebut tren ini perlu diantisipasi sesegera mungkin.
Dari riset yang dilakukan Bappenas, ada 9 wilayah yang akan memasuki aging population lebih cepat di tahun 2025 yakni: DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan.
Sedangkan Provinsi Banten menjadi provinsi paling akhir yang akan memasuki aging population pada 2029.
Apa Penyebab Aging Population?
Akademisi sekaligus pakar bidang kesehatan dan pengamat kebijakan kesehatan, Hermawan Saputra mengungkapkan terdapat sejumlah faktor yang mempengaruhi terjadinya aging population.
Pertama, kultur atau budaya patriarki yang masih kental di Indonesia. Hal ini berkaitan erat dengan pola pikir masyarakat yang menganggap anak adalah ladang rezeki. Maka, peningkatan populasi pun menjadi hal tak terhindarkan.
"Kita di Indonesia itu masih budaya patriarki, di mana masih banyak yang beranggapan bahwa banyak anak banyak rezeki. Jadi laju pertumbuhan terus terjadi sehingga itu terus sehingga menyebabkan populasi bertambah," beber dia.
Kedua, peningkatan pelayanan kesehatan. Membaiknya fasilitas dan pelayanan kesehatan di Indonesia hingga pelosok daerah membuat berbagai masalah kesehatan dapat ditangani.
"Karena pelayanan kesehatan sudah mulai merata, seperti pelayanan kesehatan dasar untuk ibu hamil dan prapernikahan sudah cukup baik dan merata. Hampir semua desa di Indonesia sudah ada bidan desanya, bahkan pelayanan untuk masyarakat sudah cukup merata," jelas Hermawan.
Ketiga, community behaviour atau perilaku komunitas. Masyarakat semakin menyadari bahwa kesehatan adalah hal yang bernilai. Pola pikir tersebut tentu berpengaruh terhadap kesadaran untuk pergi ke pelayanan kesehatan.
"Perilaku komunitas ini karena faktor pendidikan serta tingkat pengetahuan yang baik ditambah dengan akses ke pelayanan juga baik, sehingga membuat pemantauan kesehatan relatif baik pula," ujar Hermawan.
Risiko Aging Population
Layaknya dua sisi mata uang, terjadinya peningkatan jumlah lansia, Selain menjadi tantangan, juga mampu memberikan kontribusi yang baik bagi negara. Semua itu tergantung bagaimana setiap lini bergotong royong untuk menciptakan kehidupan lansia yang baik dan produktif.
Hermawan juga mengatakan, tren aging population merupakan tantangan bagi bonus demografi Indonesia di masa mendatang."Kalau kita berhasilkan menurunkan angka stunting maka kita bisa usia harapan itu otomatis itu bertambah, maka usia lansia dan juga aging population akan mencapai puncaknya, dan problematika kita bergeser dari penyediaan layanan stunting menjadi pelayanan untuk lansia," kata Hermawan.
Jika aging population tidak ditangani dengan baik akan menyebabkan mimpi buruk bagi negara. Beban akan semakin banyak apalagi negara tidak bisa menjamin kualitas hidup orang. Jika banyak lansia tidak sehat akan menjadi beban bagi ketahanan pangan dan social protection.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, rasio ketergantungan penduduk lanjut usia (lansia) terus meningkat setiap tahunnya. Rasio ketergantungan lansia sebesar 16,76 pada 2021. Hal tersebut menunjukkan 100 orang penduduk usia produktif (15-59 tahun) harus menanggung setidaknya 17 orang penduduk lanjut usia. Rasio ketergantungan lansia pada 2021 meningkat 1,22 poin dari tahun sebelumnya yang sebesar 15,54.
Rasio ketergantungan lansia Indonesia juga naik 2,74 poin dalam lima tahun terakhir. Tercatat rasio ketergantungan lansia sebesar 14,02 pada 2017.
Rasio ketergantungan lansia merupakan perbandingan antara penduduk usia produktif dengan penduduk usia tidak produktif. Dengan bertambahnya lansia sebagai kelompok kurang produktif, maka beban yang harus ditanggung penduduk usia produktif untuk membina kehidupan penduduk yang tidak produktif otomatis akan meningkat.
Oleh karena itu, perlu adanya upaya bagi lansia yang dapat mengurangi beban ketergantungan pada kelompok usia produktif. Ini bertujuan agar lansia hidup sehat dan aktif untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Kunci Keberhasilan tren aging population kata Hermawan adalah kualitas dan kemandirian SDM. Perawatan dan pelayanan lansia harus dimulai dari umur 40-an. Dua penyakit utama, hipertensi dan diabetes harus dicegah dan ditangani sejak awal. Keduanya akan mendongkrak angka harapan hidup di usia 50-60 tahun.
Persiapan Indonesia
Memasuki periode aging population, pemerintah Indonesia harus segera bersiap dan berbenah. Pakar Asuransi Kesehatan dan Jaminan Sosial Prof Hasbullah Thabrany mengingatkan sejumlah aspek yang harus mendapat perhatian dari pemerintah.
Pertama, peningkatan pelayanan kesehatan untuk memberikan penanganan terbaik bagi lansia. Berbagai penyakit kronis yang diderita lansia akan meningkatkan permintaan pelayanan kesehatan.
Kedua, penguatan jaminan sosial dan pensiun. Selain memastikan kesehatan lansia, hal selanjutnya yang perlu dipikir kan adalah bagaimana lansia menyokong kebutuhan hidupnya. Inilah mengapa pentingnya untuk menyediakan jaminan sosial dan dana pensiun.
"Lansia karena kesehatannya lebih baik, maka hidupnya lebih panjang. Konsekuensinya lanjutannya sistem jaminan penjaminan pensiunannya harusnya sudah kuat, Jamsostek masih terlalu sedikit, masyarakat kita tentu tidak mudah memikirkan masa depan panjang, tetapi pemerintah seharusnya mempersiapkan hal ini," jelasnya.
Menurut Hasbullah, negara juga perlu menerapkan law enforcement untuk menjamin hari tua bisa tersedia.
Ketiga, optimalisasi perawatan jangka panjang. Hasbullah juga menjelaskan bahwa semakin bertambahnya usia, maka perlu perawatan dan perhatian khusus.
Meskipun lansia tidak sakit dan memerlukan dokter, untuk menjalani kehidupan sehari-hari tentu diperlukan bantuan khusus.