Pekerja Kereta Api Ini Masih Bisa Hidup 12 Tahun Usai Besi Menembus Otaknya, Ahli Sedunia Takjub
12 tahun hidup dengan sebagian otak yang diambil, termasuk langka bagi ilmuwan.
12 tahun hidup dengan sebagian otak yang diambil, termasuk langka bagi ilmuwan.
Pekerja Kereta Api Ini Masih Bisa Hidup 12 Tahun Usai Besi Menembus Otaknya, Ahli Sedunia Takjub
Di balik kokohnya jalur kereta api di Vermont, US terdapat perjuangan seorang pekerja bangunan yang berhasil lolos dari maut.
Phineas Gage, seorang pekerja pembangun jalur kereta api pada tahun 1849 hampir kehilangan nyawanya saat membangun jalur kereta api di wilayah Vermont.
Insiden ini bermula ketika Gage hendak meledakan sekumpulan batu di beberapa titik daerah pembangunan.
-
Bagaimana kondisi korban jembatan kaca? Satu orang yang jatuh ke tanah mengalami patah tulang pinggul, sementara satu wisatawan lagi yang jatuh meninggal dunia.
-
Siapa yang melakukan operasi pada tengkorak? Dengan demikian, para dokter di masa Mesir Kuno bukan hanya menyadari keberadaan kanker sebagai suatu penyakit saja, melainkan mereka juga mungkin ingin mempelajari tentang kanker melalui operasi.
-
Bagaimana kerangka manusia terbelah? Setelah mengangkat batu yang menutupi pintu masuk, diamati bahwa batu tersebut secara harfiah membelah sisa-sisa kerangka individu, meninggalkan bagian bawah tubuh di luar dan bagian atas di dalam.
-
Siapa yang menemukan tengkorak korban tsunami? Ahli geologi Australia, Paul Hossfeld pertama kali menemukan potongan tengkorak ini di dekat kota Aitape, sekitar 12 kilometer ke arah pedalaman dari pantai utara Papua Nugini.
-
Bagaimana masinis dan asistennya selamat? Namun mereka memutuskan lompat dari lokomotif dan terjun ke sungai.
-
Bagaimana korban meninggal? 'Dalam proses dari Lampung ke Jakarta ini (korban) pendarahan hebat. Pelaku juga mengetahui bahwa si korban sedang pendarahan. Pelaku ini mengetahui bahwa korban sedang pendarahan hebat, namun dibiarkan saja, sehingga korban kehabisan darah dan meregang nyawa,' kata dia.
Namun, siapa sangka niatnya itu malah membawanya pada sebuah peristiwa yang akan mengubah hidupnya. Saat hendak meledakan batu-batu tersebut, seorang mandor dalam proyek ini tiba-tiba kehilangan fokus dan menjatuhkan sebuah batang besi yang ia gunakan untuk memadatkan bubuk mesiu.
Batang besi yang berukuran panjang 1,09 meter, dengan diameter 3,19 cm, dan berat sekitar 6 kilogram ini menghantam batu dan terjun bebas seperti tembakan sebuah tombak ke pipi Gage, sehingga akhirnya memasuki tengkorak dan menembus ke kepalanya.
Setelah tertusuk oleh batang besi tersebut, pekerja jalur kereta api itu kemudian dibawa kembali ke tempat istirahatnya menggunakan sebuah gerobak sapi.Ketika hendak memasuki kamarnya, akhirnya datang seorang dokter yang memeriksa keadaannya, dan memutuskan untuk mengeluarkan sebagian kecil dari otaknya yang rusak terkena besi.
Sekitar 28 gram (1 ons) otak Gage hancur terhantam besi konstruksi itu.
Mengutip IFL SCIENCE, Senin, (18/12), setelah sebagian otaknya diambil, hanya butuh waktu satu bulan bagi Gage untuk kembali bekerja seperti biasa. Satu bulan telah melewati proses penyembuhan, akhirnya Gage dipindahkan ke Chili dan dipekerjakan sebagai pekerja tetap.
Meskipun selamat dari tragedi mengenaskan tersebut, para rekan kerja Gage mengatakan bahwa ia berubah tidak seperti biasanya.Ia digambarkan berubah seperti anak kecil dengan kapasitas intelektual yang rendah.
Selain itu, ia menjadi orang yang kurang menyenangkan, tidak memiliki rasa empati dan menghormati, juga selalu mengeluarkan air liur dari mulutnya.
Insiden kecelakaan ini juga membuatnya kehilangan lobus frontal sehingga memengaruhi mentalnya, dan membuatnya menjadi pasien penyakit mental.
Oleh karena itu, ia hanya bertahan hidup selama 12 tahun sejak insiden tersebut. Tepat pada 21 Mei 1861, Gage meninggal dengan kehilangan sebagian otaknya.
Setelah bertahun-tahun lamanya, seorang desainer 3D dan pakar Forensik Cícero Moraes menciptakan model digital dari tengkorak Gage menggunakan pemindaian tomografi komputer, yang telah disumbangkan ke Museum Anatomi Warren di Harvard Medical School. Sebab, kasus Wage ini langka dan jarang sekali pasien lobotomi ini bisa selamat dan kondisinya sebaik Gage yang masih bisa melanjutkan hidup dan bekerja.