Kisah Paul Alexander, Manusia dengan Paru-Paru Besi yang Hidup Paling Lama, Meninggal di Usia 78 Tahun
Kisah Paul Alexander, Manusia dengan Paru-Paru Besi yang Hidup Paling Lama, Meninggal di Usia 78 Tahun
Paul diakui oleh Guinness World Records sebagai manusia yang hidup paling lama menggunakan paru-paru besi.
-
Siapa atlet angkat besi yang meninggal dunia? Mantan atlet angkat besi tanah air, Lisa Raema Rumbewas meninggal dunia di RSUD Jayapura, Papua, pada Minggu (14/1) dini hari.
-
Siapa atlet angkat besi yang meninggal? Dunia olahraga Indonesia merasakan duka mendalam dengan berita meninggalnya salah satu atlet kebanggaan cabang olahraga angkat besi, Raema Lisa Rumbewas.
-
Kapan pria itu meninggal? Peneliti menduga pria tersebut memiliki tinggi 1,9 meter, meninggal sekitar abad ke-15 atau awal abad ke-16 ketika wilayah tersebut masih menjadi satu dengan Denmark dan Norwegia.
-
Kapan pria itu meninggal dunia? Sejak kejadian tersebut, ia terus positif mengidap virus corona selama 613 hari hingga kematiannya pada Oktober tahun lalu.
-
Bagaimana cara seseorang meninggal karena usia tua? Menurut Dr. Elizabeth Dzeng, asisten profesor kedokteran di University of California, San Francisco, 'Tidak ada dokter yang akan mencantumkan 'usia tua' sebagai penyebab kematian di sertifikat kematian. Biasanya, penyebabnya adalah sesuatu seperti serangan jantung atau gagal organ, yang dipicu oleh penyakit-penyakit yang mendasari seperti infeksi, kanker, atau penyakit jantung.' Hal ini menunjukkan bahwa istilah 'usia tua' hanyalah label umum yang sering digunakan ketika penyebab spesifik kematian tidak diketahui atau sulit ditentukan.
-
Siapa yang dikubur dengan baju besi lengkap? Mereka menemukan kerangka Prajurit Avar Pannonia yang dikubur masih menggunakan setelah baju besi lengkap.
Kisah Paul Alexander, Manusia dengan Paru-Paru Besi yang Hidup Paling Lama, Meninggal di Usia 78 Tahun
Penyintas polio yang dikenal sebagai "pria dengan paru-paru besi" meninggal dunia pada usia 78 tahun di Texas, Amerika Serikat Senin lalu.
"Paul Alexander, 'The Man in the Iron Lung', meninggal dunia kemarin," demikian bunyi sebuah pesan di situs penggalangan dana.
Paul diakui oleh Guinness World Records sebagai manusia yang hidup paling lama menggunakan paru-paru besi.
Paul Alexander seorang pria asal Texas, AS terjangkit polio pada 1952. Penyakit ini membuatnya lumpuh dari leher ke bawah sejak usia enam tahun hingga akhir masa hidupnya.
Pada saat Paul terjangkit polio, dokter di kota kelahirannya, Dallas, melakukan operasi khusus dan berhasil menyelamatkan nyawanya. Namun, penyakit ini membuat tubuhnya tidak bisa lagi bernapas secara mandiri.
Menghadapi situasi itu, para dokter menempatkannya di dalam sebuah tabung yang disebut bellows. Tabung itu merupakan paru-paru besi yang terbuat dari silinder logam yang membungkus tubuhnya dari kaki hingga ke leher sejak usia 6 tahun sampai meninggal.
Paru-paru, yang ia sebut sebagai "kuda besi tua" itu, membantunya untuk bernapas. Bellow bekerja dengan cara menyedot udara keluar dari silinder dan memaksa paru-parunya mengembang dan menghirup udara.
Ketika udara dimasukkan kembali, proses yang sama secara terbalik membuat paru-parunya mengempis. Pada dasarnya, alat ini meniru cara kerja paru-paru manusia.
Melihat peluang hidup yang kecil seperti kebanyakan penderita polio yang menggunakan paru-paru besi, dokter tidak mengharapkan Paul untuk bertahan hidup lama.
Tapi dia berhasil hidup selama beberapa dasawarsa hingga 2024, jauh setelah penemuan vaksin polio pada tahun 1950-an yang berhasil membasmi polio di dunia Barat.
Dilansir dari BBC, Selasa (13/3), setelah bertahun-tahun berada dalam bantuan alat, Paul beberapa kali belajar untuk bernapas sendiri sehingga ia dapat meninggalkan paru-parunya sesekali walaupun dalam waktu yang singkat dan pengawasan medis yang ketat.
Walaupun memiliki keterbatasan, ia tidak menyerah dan melanjutkan pendidikannya. Hal ini terbukti ketika dia lulus dari sekolah menengah atas, kemudian kuliah di Universitas Southern Methodist.
Pada 1984, ia meraih gelar sarjana hukum dari Universitas Texas di Austin. Diakui sebagai pengacara dua tahun kemudian, ia kemudian meraih gelar sarjana hukum dan berpraktik sebagai pengacara selama beberapa dekade.
Saudaranya, Philip Alexander, mengenangnya sebagai seorang yang "ramah dan hangat", dengan "senyum lebar" yang langsung membuat orang merasa nyaman.
"Dia hanyalah seorang saudara yang normal bagi saya. Kami bertengkar, kami bermain, kami mencintai, kami berpesta, kami pergi ke konser bersama - dia hanya seorang saudara yang normal, saya tidak pernah memikirkannya," katanya kepada BBC.
Philip mengatakan dia mengagumi betapa mandiri kakaknya, bahkan ketika dia menghadapi penyakit yang membuatnya tidak bisa melakukan tugas sehari-hari seperti makan sendiri.
"Merupakan suatu kehormatan bisa menemaninya di saat-saat terakhirnya," kata Philip. "Dia adalah ahli di bidangnya, membantu orang lain untuk membantunya," sambungnya.
"Paul adalah panutan yang luar biasa. Kini saya tahu, jika saya akan melakukan apa pun dalam hidup saya, itu harus menjadi hal yang bersifat mental," katanya kepada the Guardian pada 2020.
Pada tahun itu juga, Paul menerbitkan sebuah memoar yang kabarnya membutuhkan waktu delapan tahun untuk ditulis menggunakan tongkat plastik untuk mengetik di keyboard dan mendiktekannya kepada seorang teman.
Kesehatan Paul memburuk dalam beberapa pekan terakhir ini, dan kedua bersaudara ini menghabiskan hari-hari terakhir bersama dengan berbagi es krim.