Arkeolog teliti situs pemakaman kuno jejak penyebaran Islam di Ambon
Menurut cerita Syekh Al Manyur datang dari Bagdad, Irak menyebarkan agama Islam ke Suku Alluk yang ada di Ambon.
Tim Arkeolog dari Balai Arkeologi Ambon mengidentifikasi situs kompleks pemakaman kuno di Kampung Tua, yang merupakan pemukiman komunitas Islam pertama di Kecamatan Kao, Kabupaten Halmahera Utara, Maluku Utara, untuk menelusuri jejak penyebaran Islam.
"Survei di sana merupakan paling intensif dalam penelitian sebelumnya. Ini karena temuan arkeologis yang ditemukan paling padat dan beragam dibanding dengan kawasan lainnya di wilayah Maluku Utara," terang Arkeolog, Wuri Handoko di Ambon, Rabu (29/6).
-
Apa yang ditemukan di situs peninggalan Majapahit di Kalimantan Barat? Di Kota Ketapang, Kalimantan Barat, ada sebuah situs peninggalan Hindu Buddha. Peninggalan itu kemudian dikenal dengan nama Candi Negeri Baru.
-
Di mana letak situs peninggalan Majapahit di Kalimantan Barat? Situs tersebut berada di tengah pemukiman penduduk dan hanya berjarak 300 meter dari tepi Sungai Pawan.
-
Apa yang ditemukan di situs sejarah di Desa Ngloram? Di tengah situs itu terdapat tumpukan batu yang berundak. Di sana terdapat makam yang tak diketahui pemiliknya. Di bawahnya terdapat tumpukan bata yang membatasi punden dengan bidang kosong. Di sebelah kiri agak ke bawah terdapat gundukan bata yang disebut dengan Punden Ngloram.
-
Bagaimana bentuk makam di Situs Arkeologi Margham? Makam tersebut memiliki ruangan berukuran panjang 1,6 meter dan lebar hingga 96 sentimeter, berisi kerangka yang dikelilingi oleh beberapa hadiah penguburan, termasuk mangkuk batu lunak, inti batu api, dan cangkir kecil yang terbuat dari perunggu, selain 10 mata panah perunggu.
-
Bagaimana sejarah Museum di Puro Mangkunegaran? Museum ini terletak tak jauh dari Balai Kota Solo, berdasarkan sejarahnya, museum ini sudah dibangun sejak tahun 1867 dan dulunya digunakan sebagai kantor untuk De Javasche Bank Agentschap Soerakarta.
-
Kenapa Museum Kenangan Semeru dibangun? Museum yang diinisiasi oleh Pemerintah Desa Sumberwuluh bersama mahasiswa KKN Universitas Jember itu dapat menjadi media edukasi tentang bencana erupsi.
Wuri menjelaskan penelitian ini lanjutan survei dilakukan di Halmahera Utara pada 2015, timnya melakukan penelitian lanjutan dan ekskavasi pada Maret 2016 untuk mencari jejak-jejak penyebaran Islam masih tersisa di situs tersebut.
Dari hasil penelitian itu, peneliti berupaya mengidentifikasi makam melalui tipologi dan bentuknya, juga tipe dan ragam motif hias nisan di atasnya.
Sedikitnya ada empat tipe nisan diharapkan dapat membantu identifikasi, yakni nisan gada berbentuk silindrik tersebar di beberapa titik kluster temuan makam, baik di kluster situs Gamsungi maupun di Liomanggunung atau nisan pipih paling banyak ditemukan di situs kampung tua Kao.
Selain itu juga ada nisan menhir yang sederhana dan terbuat dari sejenis batuan lokal yang oleh masyarakat disebut batu tuanane dan nisan segi lima.
Berbeda dengan tiga tipe nisan lainnya, nisan segi lima berbentuk seperti bentuk phallus dan memiliki lima sisi, tipe nisan dengan kuantitas minim memberikan pengertian kekhususan atau spesial pada orang yang dimakamkan.
"Nisan segi lima merupakan salah satu tipe nisan yang cukup menarik, tidak diperoleh informasi tutur menyangkut makam ini, rujukan penting untuk mengidentifikasi makam ini, misalnya mencari sumber-sumber informasi di wilayah lain kemungkinan bisa memberikan penjelasan soal tipe nisan seperti yang ditemukan di situs ini" tutur Wuri.
Ahli kepurbakalaan Islam itu mengatakan dari pengamatan terhadap morfologi bentuk makam, terdapat beberapa tipe yakni persegi yang umum ditemui pada makam-makam kuno Islam. Tapi ada pula yang sangat spesifik dan berbeda, seperti berbentuk bulat atau bundar dan berbentuk perahu.
Makam berbentuk persegi ada yang tersusun dari balok-balok batu, yang rapi membentuk persegi tapi ada pula yang tampaknya berasal dari batu utuh dipangkas. Sehingga sekilas tampak seperti bak mandi.
Hal itu disebutnya menunjukkan proses pengerjaan yang rumit, teliti, sistematis dan membutuhkan kemahiran pembuatnya.
Berbeda dengan tipe persegi, tipe makam berbentuk bulat atau bundar disusun dari batu-batu tanpa pemangkasan yang disusun rapi membentuk seperti lingkaran.
Konon pada makam bulat seperti itu jenazah dimakamkan dalam posisi berdiri.
Sedangkan makam berbentuk seperti badan perahu atau yang oleh masyarakat sebut sebagai makam besar adalah makam milik kepala Suku Alluk, tokoh adat pertama kali menerima Islam ajaran Syekh Al Manyur datang dari Bagdad, Irak.
Menurut cerita rakyat setempat, sebelum kedatangan penyiar Islam dari Bagdad tersebut, enam orang penyebar Islam memakai surban dan disebut dengan Ternate Mabukku telah memperkenalkan agama itu, tapi Syekh Al Mansyur yang diterima oleh kepala suku Alluk.
"Orang Alluk yang pertama masuk Islam, itu ditandai dengan adanya kubur yang tak lazim dari segi ukuran. Terdapat makam yang berukuran jauh lebih besar dibandingkan yang lainnya di lokasi situs Kampung Tua Kao. Kubur berukuran panjang 9,56 meter dan lebar tengah 2,15 meter, berbentuk seperti bentuk perahu dan bagian kedua ujungnya mengecil atau meruncing," ungkapnya seperti dilansir dari Antara.
Hasil penelitian, kata Wuri, masih perlu pengidentifikasian lebih lebih lanjut untuk mengklasifikasikan tipologi nisan yang mewakili tipologi nisan makam kuno Islam di Nusantara, kendari dari pengamatan awal tampak terdapat beberapa makam yang mewakili tipologi nisan Aceh, nisan Ternate dan Nisan pra-Islam atau tipologi lokal.
"Menyangkut tipologi nisan Aceh masih perlu dikaji tentang kemungkinan jaringan Ulama Sufi dari Aceh yang menyebarkan Islam hingga ke wilayah Halmahera Utara," pungkasnya.
(mdk/cob)