Badai Matahari Terjadi Akhir 2023, Ini Dampaknya Bagi Bumi dan Indonesia
Indonesia yang merupakan negara khatulistiwa terbilang lebih minim terkena dampak.
Indonesia yang merupakan negara khatulistiwa terbilang lebih minim terkena dampak.
Badai Matahari Terjadi Akhir 2023, Ini Dampaknya Bagi Bumi dan Indonesia
Badai Matahari yang diprediksi bakal terjadi di akhir tahun 2023 ini. Peneliti Pusat Riset Antariksa BRIN, Johan Muhamad mengatakan, Badai Matahari tersebut mampu memengaruhi lapisan ionosfer, yakni selubung udara atau lapisan pelindung yang mengelilingi bumi.
Lapisan ionosfer tersebut nantinya akan terpengaruh akibat lonjakan radiasi elektromagnetik dari bumi.
"Ketika terjadi badai matahari, nah itu bisa langsung terpengaruh karena lonjakan radiasi elektromagnetik dari bumi, itu bisa memengaruhi lapisan ionosfer tadi," kata Johan ketika dihubungi merdeka.com, Senin (18/12).
Lebih lanjut, kata Johan, lapisan ionosfer tersebut nantinya dapat memengaruhi teknologi atau satelit yang mengorbit bumi.
"Misalkan gelombang sinyal GPS dari satelit menuju bumi, itukan melewati lapisan ionosfer. Kalau lapisan ionosfernya berubah, sinyal GPS itu bisa terganggu," tuturnya.
"Kalau kita di bumi, mungkin secara langsung merasakan dampaknya, namun mungkin efek turunan dari terganggunya GPS, sinyal satelit, seperti itu yang nanti kita rasakan dampaknya teknologinya terganggu," Johan menambahkan.
Indonesia yang notabenenya merupakan negara wilayah di sekitar ekuator atau khatulistiwa terbilang lebih minim terkena dampak Badai Matahari, jika dibandingan dengan negara-negara di sekitar kutub.
"Karena memang kalau perubahan cuaca antariksa itu lebih banyak dirasakan bagi penduduk yang tinggal di sekitar kutub ya," kata Johan.
"Kalau di ekuator sebenarnya lebih kecil pengaruhnya, kecuali kalau misalkan ada pengaruh di lapisan ionosfernya secara tidak langsung bisa mengganggu komunikasi, termasuk di Indonesia juga,” tambahnya.
Johan menjelaskan, Badai Matahari dapat didefinisikan sebagai ledakan dari hasil peningkatan gelombang elektromagnetik atau gelombang massa, dimana biasanya terjadi ketika matahari sedang mencapai masa puncak siklus matahari.
"Sebenarnya tidak perlu sampai menunggu sampai puncak siklus pun sebenarnya badai matahari itupun kadang-kadang terjadi, cuman ketika sampai puncak siklus itu frekuensinya lebih sering," ujarnya.
Di sisi lain, Johan mengimbau kepada masyarakat untuk tidak perlu mengkhawatirkan dampak dari Badai Matahari karena umat manusia tidak akan terpapar pengaruhnya secara langsung.
"Bumi kita dilindungi oleh atmosfer dan selubung magnetik bumi, nah itu bisa melindungi bumi kita dari badai matahari tersebut," pungkasnya.