Beda dengan Cacar Air, Kenali Ruam Bagi Penderita Cacar Monyet Menurut Dokter Kulit
Cacar monyet biasanya berlangsung selama 2-4 minggu. Meskipun gejalanya terlihat ringan namun bisa menyebabkan komplikasi
Dokter spesialis kulit dan kelamin lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Dr. dr. Fitria Agustina Sp.D.V.E., FINSDV, FAADV mengatakan ada karakteristik gejala klinis seperti ruam yang cukup khas dijumpai pada penderita cacar monyet atau Mpox.
Fitria menyebut berdasarkan laporan wabah tahun 2022, lesi dan ruam yang dapat dijumpai pada pasien Mpox sering terjadi di area genital, anorektal atau di dalam mulut, dan biasanya berawal dari wajah.
-
Apa itu penyakit cacar monyet? Penyakit cacar monyet merupakan infeksi virus yang ditandai dengan munculnya bintil bernanah di kulit. Penyakit ini disebabkan oleh virus, tepatnya adalah virus monkeypox.
-
Siapa saja yang bisa terkena cacar monyet? Cacar monyet adalah penyakit yang dapat menular dari hewan ke manusia atau dari manusia ke manusia.
-
Kapan ruam cacar monyet muncul? Gejala Cacar MonyetRuam: Ruam cacar monyet muncul setelah demam, dalam waktu 1-3 hari. Jenis ruamnya lebih bervariasi, termasuk makula, papula, vesikel, pustula, dan krusta. Ruam ini dapat muncul di area yang berbeda, termasuk wajah, tangan, dan bagian tubuh lainnya, dan dapat berlangsung lebih lama, hingga 2-4 minggu.
-
Apa yang menjadi penyebab utama dari cacar monyet? Cacar monyet merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus monkeypox dan termasuk ke dalam kelompok “zoonosis” atau bisa ditularkan dari hewan ke manusia. Namun dalam perkembangannya, penyakit itu bisa menular dari manusia ke manusia.
-
Apa perbedaan utama antara ruam cacar monyet dan cacar biasa? Jenis ruam. Ruam pada cacar monyet biasanya muncul di wajah dan mulut terlebih dahulu, baru kemudian menyebar ke seluruh tubuh. Ruam yang muncul akan berkembang dari bintil berisi cairan hingga berisi nanah, lalu pecah dan berkerak, kemudian menyebabkan borok di permukaan kulit. Ruam pada cacar biasa lebih sering muncul di dada dan punggung, lalu menyebar ke wajah dan bagian tubuh lain. Ruam yang muncul akan berkembang dari bintil berisi cairan hingga berubah menjadi koreng.
-
Siapa saja yang berisiko tinggi terkena cacar monyet? Selain faktor risiko yang disebutkan di atas, anak-anak dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, seperti anak-anak dengan penyakit kronis, orang tua yang memiliki penyakit kulit, atau mereka yang mengalami kelelahan dan stres yang berat juga dapat memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terinfeksi Cacar Monyet.
Ia juga menyebut ruam tidak selalu menyebar di banyak tempat di tubuh.
“Ruam mungkin terbatas pada beberapa lesi atau hanya satu lesi, tidak selalu muncul di telapak tangan dan telapak kaki,” jelasnya seperti dikutip dari Antara, Jumat (23/8).
Fitria mengatakan, lesi pada cacar monyet sering digambarkan sebagai nyeri, kecuali saat penyembuhan pasien sering mengeluhkan gatal. Dan biasanya lesi juga timbul bersamaan pada berbagai stadium atau disebut asinkron.
Adanya lesi pada area genital juga menyebabkan gejala pada rektal atau dubur seperti tinja yang bernanah atau berdarah, nyeri, atau pendarahan di sekitar dubur.
Berbeda dengan Cacar Air
Fitria menjelaskan cacar air dan cacar monyet sama-sama menyebabkan ruam, namun ruam pada cacar monyet lebih padat, lepuhannya berisi cairan dan berakhir menjadi luka keropeng.
- Cara Agar Tak Tertular Cacar Air dan Gondongan Menurut Dokter, Segera Terapkan pada Anak
- Mudah Menular, Begini Cara Mencegah Terjangkit Cacar Air dan Gondongan
- Apakah Penderita Cacar Monyet Tetap Harus Mandi dan Pakai Sabun? Begini Penjelasan Dokter Kulit
- Mengapa Sakit Saat Kencing? Ternyata Ini Penyebabnya!
“Lesi biasanya lebih besar dan lebih seragam daripada cacar air, dan disertai gejala demam tinggi, nyeri otot, dan pembengkakan kelenjar getah bening yang lebih dominan dibandingkan dengan cacar air,” tulis Fitria.
Fitria mengatakan cacar monyet biasanya berlangsung selama 2-4 minggu. Meskipun gejalanya terlihat ringan namun bisa menyebabkan komplikasi hingga kematian terutama pada anak-anak, ibu hamil dan pasien dengan gangguan sistem imun.
Komplikasinya meliputi infeksi sekunder, pnuemonia, endefalitis, infeksi kornea hingga hilangnya penglihatan.
Pengobatan cacar monyet, kata Fitria, merupakan simtomatik yang fokus mengurangi gejala demam dan nyeri. Dan vaksin yang digunakan untuk cacar (smallpox) juga mampu memberikan perlindungan terhadap cacar monyet.
Berdasarkan data WHO tahun 2022, pemberian vaksin cacar monyet lebih fokus pada individu yang berisiko tinggi cacar monyet seperti yang memiliki pasangan seksual lebih dari satu, tenaga kesehatan yang berisiko terpapar, petugas laboratorium dan seseorang yang kontak erat dalam waktu empat hari sejak paparan.
“Vaksinasi ini bertujuan untuk mencegah munculnya gejala atau meminimalkan keparahan penyakit. Ketentuan lebih lanjut penggunaan vaksin di Indonesia akan diatur sesuai ketentuan yang berlaku,” katanya.