Belasan tewas terjebak macet, DPR tagih tanggung jawab pemerintah
Kemacetan di Brebes merupakan persoalan serius hingga menjadi konsumsi media internasional.
Ketua Komisi V DPR Fary Djeremi Francis mempertimbangkan pembentukan Panitia Kerja (Panja) setelah evaluasi Kementerian Perhubungan, Kemenpupera, dan Kakorlantas soal korban mudik. Baginya, kemacetan parah di pintu keluar tol Brebes Timur merupakan masalah serius.
"Ya namanya juga usulan anggota, nanti akan berkembang pada saat kita membahas di rapat kerja dengan Kemenhub dan Kemen PU, Kakorlantas. Kalau dirasa Panja dibutuhkan, ya tidak menutup kemungkinan. Karena ini kan persoalan serius," ujar Fary di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (11/7).
Politikus Partai Gerindra ini menyayangkan kejadian yang merenggut belasan nyawa di jalur Tol Brebes, Jawa Tengah. Padahal menurutnya hal itu hanya menyangkut standar pelayanan minimum yang harusnya bisa dipenuhi. Namun ternyata justru berakibat fatal.
"Ya sebagai pimpinan, kita tentu untuk membuat Panja akan panggil dulu, minta penjelasan. Kalau perlu kita verifikasi di lapangan dulu. Kalau Panja dibutuhkan ya bisa saja. Tapi kan kita menyayangkan terutama Tol BPJT itu ada di mana. Kita sudah ingatkan," tuturnya.
Sebelumnya Anggota Komisi V DPR Nizar Zahro kecewa, sebab sebelumnya dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan DPR, Kemenhub, Kakorlantas, dan Kemenpupera H-15 menyatakan siap menangani arus mudik. Namun ternyata berbuah meninggalnya 17 orang di jalur Brebes, Jawa Tengah.
Maka dari itu, Nizar akan mengusulkan dibentuk Panitia Kerja (Panja) di komisi V DPR. Hal tersebut guna mendalami dan mengantisipasi terulangnya kasus tersebut.
"Saya akan usulkan Panja investigasi agar tidak terulang kejadian seperti ini, dan ini lebih buruk ketimbang tahun 2015. Lebih bagus tahun 2015 walaupun korban yang meninggal lebih sedikit. Apalagi menjadi pemberitaan media internasional," kata Nizar di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (11/7).
Seperti diketahui sebelumnya, Kementerian Kesehatan menyatakan penyebab meninggalnya 17 pemudik dalam perjalanan pulang ke kampung halaman melalui jalur Brebes, Jawa Tengah, bukan disebabkan kemacetan. Berdasarkan laporan yang diterima Dinas Kesehatan Daerah, meninggalnya pemudik tersebut terjadi dalam tiga hari sejak 3 hingga 5 Juli 2016, di berbagai tempat dan dengan berbagai faktor risiko.
"Bukan akibat macet dalam satu hari dan satu tempat yang sama seperti diberitakan sejumlah media," ujar Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kemenkes, Oscar Primadi dalam siaran tertulis di Jakarta, Rabu (6/7).
Baca juga:
Investigasi pemudik tewas di Brebes, Komisi V usul bentuk panja
Pemudik tewas di Tol Brebes, pemerintah didesak tanggung jawab
Pemudik tiga jam terjebak macet di Tol Cikampek arah Jakarta
Macet, 500 kendaraan masuk Tol Cikampek-Jakarta gratis
Macet lebih 5 km, Jasa Marga akan gratiskan Tol Cikampek
-
Apa yang menjadi ciri khas dari Rujak Soto Mbok Mbret? Perpaduan rujak dan soto ini memberikan sensasi rasa unik bagi penikmatnya.
-
Kapan Arca Totok Kerot ditemukan? Pada tahun 1981, penduduk melaporkan adanya benda besar dalam gundukan di tengah sawah. Gundukan tersebut digali hingga terlihat sebuah arca. Penggalian hanya dilakukan setengah badan saja yaitu pada bagian atas arca.
-
Apa ciri khas Bir Pletok? Minuman ini memiliki ciri khas berwarna merah dan memiliki aroma yang harum. Aroma wangi ini dari campuran rempah-rempah, sangat enak dinikmati dikala hangat maupun ditambah dengan es batu.
-
Apa yang dituduhkan kepada Masduki dan enam terdakwa lainnya? Adapun pada sidang hari ini, merupakan sidang agenda pembacaan dakwaan dari Jaksa Penuntut Umum (JPU) atas kasus Mark Up data pemilu di negeri Jiran itu.
-
Di mana Arca Totok Kerot ditemukan? Lokasi arca ini berada di Desa Bulupasar Kecamatan Pagu Kabupaten Kediri atau sekitar 11 kilometer selatan Petilasan Sri Aji Jayabaya yang terletak di Desa Menang.
-
Siapa yang dimakamkan di Makam Ledek? Mengutip YouTube Jejak Tempoe Doeloe, di pemakaman itu disemayamkan para penari yang pada masa kolonial Belanda dibunuh secara massal. Pada waktu itu, para penari itu dicurigai pihak Belanda sebagai mata-mata. Para penari itu dalam bahasa Jawa disebut “ledek”. Inilah alasan kenapa makam tersebut dinamakan “makam ledek”.