BNPT: Masalah kebangsaan dan radikalisme punya korelasi sangat kuat
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen Suhardi Alius mengatakan tidak ada tempat yang steril dari penyebaran paham radikal. Termasuk kampus. Situasi ini tidak terlepas dari semakin pesatnya perkembangan teknologi.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen Suhardi Alius mengatakan tidak ada tempat yang steril dari penyebaran paham radikal. Termasuk kampus. Situasi ini tidak terlepas dari semakin pesatnya perkembangan teknologi.
Untuk itu alumni Akpol tahun 1985 ini meminta peran serta dosen, sesama teman di lingkungan pendidikan untuk sama-sama bisa mencegah agar tidak terjadi di lingkungan kampus. Menurutnya, dengan kemampuan teknologi informasi digital yang sangat cepat sehingga sulit dimonitor.
-
Bagaimana cara BNPT membantu para penyintas terorisme agar tetap berdaya? Selain itu, BNPT juga sering mengadakan agenda gathering yang ditujukan untuk menumbuhkan semangat hidup dan mengembalikan kepercayaan diri bagi para korban terorisme agar tetap berdaya.
-
Di mana banjir terjadi di Jakarta? Data itu dihimpun hingga Jumat 15 Maret 2024 pada pukul 04:00 WIB. "Kenaikan status Bendung Katulampa dan Pos Pantau Depok menjadi Siaga 3 (Waspada) dari sore hingga malam hari serta menyebabkan genangan di wilayah DKI Jakarta," kata Kepala Pelaksana BPBD DKI Jakarta, Isnawa Adji dalam keterangan tertulis, Jumat (15/3).
-
Dimana serangan teroris terjadi? Serangan tersebut terjadi di gedung teater Crocus City Hall yang berlokasi di Krasnogorsk, sebuah kota yang terletak di barat ibu kota Rusia, Moskow.
-
Apa yang terjadi pada anggota TNI di Bekasi? Seorang anggota TNI Angkatan Darat (AD) berinisial Praka S (27) tewas dengan luka-luka dan berlumuran darah di tubuhnya. Korban tewas setelah menjalani perawatan di Unit Gawat Darurat RSUD Kota Bekasi.
-
Di mana TNI dibentuk? Dahulu TNI dibentuk dan dikembangkan dari sebuah organisasi bernama Badan Keamanan Rakyat (BKR).
-
Apa yang terjadi pada tebing tol di Bintaro? Lurah Bintaro Riza Fauzi mengatakan, longsoran dinding pembatas tol setinggi enam meter tersebut terjadi pada pukul 13.25 WIB saat hujan deras mengguyur Jakarta.
"Kalau dulu kita gampang melihat secara fisik, tapi sekarang kalau orang diam dan yang dibukanya konten-konten semacam itu (radikal) gimana? Kita juga mesti aktif," ujar Suhardi dalam keterangannya, Senin (12/2).
"Tadi saya kasih penjelasan mengenai tahapan-tahapan untuk menjadi radikal agar mereka bisa mengidentifikasi 'oh teman saya ini (terpapar paham radikal' lalu menginformasikan, jangan salah jalan dan saling mengingatkan. Mereka masa depan Indonesia," ujar Indonesia.
Suhardi memberikan kuliah umum mengenai 'Resonansi Kebangsaan dan Bahaya Serta Pencegahan Radikalisme' di Gedung Sabuga ITB, Bandung, beberapa waktu lalu. Hadir dalam acara itu sekitar 3.000 mahasiswa ITB.
Dia menjelaskan tujuannya memberikan kuliah umum agar para mahasiswa mempunyai wawasan, mengenal, mengidentifikasi khususnya masalah radikalisme di lingkungan pendidikan. Untuk itu dalam kuliah umum tersebut dirinya menambahkan mengenai masalah kebangsaan.
"Kenapa saya bahas masalah kebangsaan? Lalu saya bahas radikalisme. Karena itu mempunyai korelasi yang sangat kuat. Kita harus dapat mempertanggungjawabkan dan harus tetap ada NKRI yang lahir sebelum kemerdekaan. Karena mahasiswa ini adalah masa depan bangsa Indonesia. Mari kita selamatkan dengan kita cekoki dengan hal-hal yang betul-betul membangkitkan nasionalisme," ujar mantan Kabareskrim Polri ini
Dikatakannya, di tengah era globalisasi yang sangat luar biasa ini di tengah perubahan nilai-nilai yang sangat luar biasa, bangsa ini masih bertumpu kepada generasi muda Indonesia. Karena dari para mahasiswa inilah yang akan memimpin, memiliki dan membangun negeri pada 10-20 tahun mendatang.
"Satu yang saya pesan, ketika kalian punya idealisme, saya lihat debat-debat itu. Ketua BEM itu, dari sisi saya melihatnya senang, luar biasa idealisme itu. Bangun terus idealisme itu. Tapi satu pesan saya, ketika nanti kalian diberikan amanah, jangan ubah idealisme itu. Sanggup enggak?" tanyanya. "Sanggup," jawab para mahasiswa.
Mantan Kadiv Humas Polri ini juga sangat menyayangkan ketika orang-orang yang masih muda dulunya memiliki idealisme tinggi, namun katika sudah diberikan amanah ternyata mulai tidak komitmen dengan idealismenya.
"Idealismenya sudah surut. Artinya kita tantang itu, pertahankan idealisme itu. Bangsa ini dibangun karena idealisme. Dan salah satu pendiri bangsa ini lulusan ITB, namanya Ir Soekarno," tuturnya.
Menurutnya, di tengah era globalisasi yang terjadi di kalangan mahasiswa sekarang ini adalah menurunnya nasionalismenya. "Kita identifikasi generasi milenial itu melihat pendekatan secara fungsional, tidak secara historikal, kalau bermanfaat buat saya saya ambil, kalau tidak bermanfaat buat saya, saya tinggal," ujarnya menyayangkan.
Para generasi muda, menurutnya, adalah sumber inspirasi bagi bangsa Indonesia. Usia para mahasiswa adalah masa yang penuh dinamika sehingga harus dinikmati dengan sebaik-baiknya. Namun harus mampu berakselerasi dengan kehidupan di masa depan.
Dirinya menggambarkan, tahun 2017 lalu BNPT mendapatkan jatah dari Menpan RB sebanyak 60 CPNS. Lalu yang mendaftar sebanyak 15.000 orang yang semua berpendidikan sarjana.
"Di satu sisi saya bangga dan senang. Tapi di sisi lain ada kesedihan di hati saya, yang 14 ribu sekian orang ini mau kemana? Itu baru BNPT, belum kementeraian lainnya," ujar mantan Kapolres Metro Jakarta Barat ini.
Untuk itu dirinya meminta kepada generasi muda untuk mempersiapkan dirinya dengan baik serta berhati-hati dengan bonus demografi. Karena kalau sampai sekian banyak jumlah intelektual di negeri ini yang tidak terserap tentunya juga sangat rawan diinfiltrasi paham radikalisme.
"Kalau zaman penjajahan dulu sangat jelas kontak fisiknya melawan tentara Belanda, tentara Jepang dan pakai senjata bambu runcing . Kalau sekarang yang ada saling menjelekkan, hate speeach di antara kita semuanya. Sejarah itu yang dilupakan. Maka saya berkepentingan untuk menyampaikan pesan moral ini karena berkorelasi dengan masalah radikalisme yang terjadi di negeri ini," ujarnya.
Menurutnya, ada konsensus dasar yang ada di bangsa kita ini yang harus dapat menjadi pedoman dalam mempersatukan bangsa yakni Pancasila, Undang-undnaga Dasar 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan NKRI.
"Ini yang harus kita jaga dengan baik. Demikian juga dengan pembangunan nasional, itu ada di alinea 4 UUD 1945 yang menjadi tujuan kita. Siapapun yang nanti memimpin negara ini, itu tujuan kita. Jangan kanan-kiri ikut kepentingan kelompok dan golongan," tuturnya.
Jadi permasalahan apapun spektrum tantangan nanti ini bukan hanya tingkat nasional saja, tetapi sudah tingkat global. Saling mempengaruhi, kita tidak bisa tertutup Itu yang kalian hadapi nanti," tambah Suhardi.
Untuk masalah kebangsaan, dirinya juga mengingatkan harus memakai hati, karena hati itu tidak pernah bohong. "Kita tidak sependapat dengan kelompok secara lisan, tetapi dalam hati kita membenarkan sesuatu hal. Tidak bisa kita menggunakan logika saja, jadi harus pakai hati. Karena hati itu adalah unsur untuk mengendalikan diri kita," tandasnya.
(mdk/did)