Buntut eksekusi mati, 21 mahasiswa Undip terancam batal ke Prancis
Presiden Prancis Francois Hollande mengancam akan memutuskan hubungan diplomatik dengan Indonesia.
Presiden Prancis Francois Hollande mengancam akan memutuskan hubungan diplomatik jika eksekusi mati terhadap Serge Atlaoui tetap dilaksanakan. Ancaman itu rupanya berdampak pada nasib mahasiswa Universitas Diponegoro (Undip) Kota Semarang yang tergabung dalam misi kebudayaan ke Prancis.
Studio 8 Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Undip rencananya berangkat ke Prancis pada 14 Juli mendatang. Selama lima minggu mereka berkeliling ke empat kota dalam rangka Festival Tari dan Musik Tradisional Internasional. Festival ini diikuti 25 negara dari penjuru dunia.
"Kami dijadwalkan menari di Bordeaux, Nantes, Paris, dan Valladolid, Spanyol," kata M Reza Suksmana, pimpinan rombongan Studio 8 FKM Undip Kota Semarang, Jawa Tengah Senin (27/4).
M Reza yang merupakan alumni FKM Undip itu mengatakan, Tim Kebudayaan Undip dari Studi 8 berjumlah 21 orang. Terdiri atas 13 penari, 7 pemusik, dan satu pelatih. Personel bukan hanya dari FKM, ada juga mahasiswa FISIP, hukum, teknik, kedokteran umum, dan FPIK.
Mereka berlatih keras setiap hari di Gedung E FKM Undip selama beberapa bulan terakhir. Ada lima tarian yang disiapkan. Yakni Tari Rontek dari Jateng, Tari Kipas dari Sumatera Selatan, Tari Mandau dari Kalimantan, Tari Puspanjali dari Bali, dan Tari Saman Aceh.
"Latihan sudah mencapai 70 persen. Kita mengangkat kesenian tradisional yang hidup di pesisiran, sesuai misi Pak Jokowi dengan program-program kemaritimannya," katanya.
Rencananya, tim itu berada di Prancis hingga 23 Agustus. Seluruh penggawa tim sudah menyiapkan diri untuk merayakan ulang tahun 17 Agustus dan Idul Fitri di negeri orang.
"Demi ikut misi kebudayaan ini, sebagian mahasiswa mengorbankan KKN dan magangnya," paparnya.
Tapi impian itu terancam pupus setelah Presiden Prancis mengancam memutuskan hubungan diplomatik. Mereka terancam tak dapat visa sehingga tak bisa berangkat.
Hollande bahkan mengancam rencana kerja sama yang telah dibahas antara dirinya dan Presiden RI Joko Widodo saat KTT G20 pada November 2014 lalu, juga bisa ditunda.
"Saya dapat email dari panitia minggu kemarin. Dia bilang kalau media di Prancis gencarnya beritakan kemungkinan pemutusan hubungan diplomatik. Panitia sudah tegaskan kebudayaan tidak bisa terpengaruh situasi hukum dan politik, tapi tetap saja khawatirkan tim Indonesia tidak dapat datang karena tak dapat visa," jelasnya.
Reza mengungkapkan, pihaknya sudah membayar tiket pesawat 30 persen atau senilai Rp 105 juta. Kemudian membayar uang muka hotel Rp 11 juta. Belum lagi biaya latihan dan pelatih tari yang sudah habis Rp 8 juta, serta pembelian alat-alat musik sekitar Rp 5 juta.
"Jika tak jadi berangkat, Studio 8 tak hanya menanggung kekecewaan, tapi juga kerugian materiil. Teman-teman bingung semua ini, jelas mempengaruhi semangat dan konsentrasi latihan kami," kata pria asal Pati itu.
Reza berharap Presiden Jokowi dan Presiden Hollande bisa menyelesaikan persoalan eksekusi mati dengan tidak mengganggu hubungan diplomatik kedua negara. "Kami hanya ingin ke Prancis dan memperkenalkan kebudayaan Indonesia," tegasnya.
Sebelum berencana ke Prancis, Stuido 8 FKM Undip sebelumnya telah melawat China dan tampil Shanghai International Folk Arts Festival pada oktober 2013.
Tahun lalu mereka juga menjadi satu-satunya wakil Indonesia untuk rangkaian festival kesenian tradisional di Portugal dan Spanyol.