Buya Syafii: Ketum Muhammadiyah jangan jadi katak dalam tempurung
Ketua umum PP Muhammadiyah yang terpilih nanti lebih memiliki wawasan luas, termasuk masalah kebangsaan.
Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Buya Syafii Maarif, berharap ketua umum PP Muhammadiyah yang terpilih nanti lebih memiliki wawasan luas. Termasuk wawasan kebangsaan.
"Pimpinan yang baru nanti jangan jadi katak dalam tempurung," kata Buya dalam diskusi bedah buku "Muazin Bangsa dari Makkah Darat" Biografi Intelektual Ahmad Syafii Maarif di Monumen Mandala Makassar, Selasa (4/8).
Buya mencontohkan jihad politik yang dilakukan oleh Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin. Salah satunya adalah mengajukan judicial review ke Mahkamah Konstitusi pasal yang mengatur tugas dan fungsi Badan Pelaksana Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) seperti diatur dalam UU nomor 22 tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi.
Dalam putusannya, MK menyatakan UU nomor 22 tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi bertentangan dengan UUD dan tidak memiliki hukum mengikat. MK menyatakan Frasa "dengan Badan Pelaksana" dalam Pasal 11 ayat (1), frasa "melalui Badan Pelaksana" dalam Pasal 20 ayat (3), frasa "berdasarkan pertimbangan dari Badan Pelaksana dan" dalam Pasal 21 ayat (1), frasa "Badan Pelaksana" dan dalam Pasal 49 UU Migas bertentangan dengan UUD 1945 dan tidak memiliki kekuatan hukum mengikat.
"Indonesia bisa jatuh kalau seperti ini terus karena diperas hingga menjadi ampas. Indonesia sudah rugi ribuan triliun setiap tahunnya karena mafia migas," ujar Buya.
Lewat putusan MK itu, pengelolaan migas kembali diserahkan oleh pemerintah. "Kami bersyukur akhirnya Mahkamah Konstitusi memberikan jawaban terhadap permohonan kami, Muhammadiyah dan sejumlah organisasi kemasyarakatan dan perorangan tentang gugatan terhadap UU migas," kata Din usai sidang di MK saat itu.
Baca juga:
Muktamar Muhammadiyah diharapkan lahirkan Ketua Umum visioner
Tradisi Muhammadiyah dakwah, tak cocok dijadikan partai politik
AM Fatwa: Din pernah bilang PAN itu partai utama Muhammadiyah
Haedar Nashir ingin Muhammadiyah tetap jadi ormas dakwah kerakyatan
Yunahar Ilyas: Muhammadiyah jadi parpol, timbul gesekan dan rebutan
Kapolri: Ledakan di Makassar bukan teror untuk Muktamar Muhammadiyah
Muhammadiyah buka opsi dirikan partai politik
-
Kapan Masjid Baitul Makmur diresmikan? Bentuk dari kepala kubah masjid yang diresmikan tahun 1999 ini memiliki bentuk yang sama persis, sehingga menimbulkan kesan gaya arsitektur Timur Tengah yang begitu kental.
-
Kapan Masjid Raya Sumatra Barat diresmikan? Awal pembangunan masjid ini ditandai dengan peletakan batu pertama pada 21 Desember 2007 silam.
-
Apa keunikan dari Gereja Santa Maria de Fatima di Jakarta? Keunikan gereja ini tidak ditemukan di tempat lain. Uniknya Gereja Santa Maria de Fatima di Glodok, Punya Desain Mirip Kelenteng Banyak bangunan gereja Katolik di Indonesia mengadopsi gaya Eropa klasik yang artistik. Desain megah hingga gerbang dan kubah yang tinggi menjulang menjadi ciri khasnya. Namun salah satu gereja Katolik di sudut Jalan Kemenangan III, Kelurahan Glodok, Kecamatan Tamansari, Kota Jakarta Barat, memiliki bentuk yang berbeda. Bangunan lawas ini mirip rumah ibadah Klenteng dengan ornamen Tionghoa yang kuat.
-
Kapan Ivan Gunawan meresmikan Masjid Indonesia? Setelah dua tahun pembangunannya, masjid ini akhirnya selesai dan diresmikan langsung oleh Ivan Gunawan bersama pengurus masjid.
-
Kapan Masjid Quwwatul Islam diresmikan? Pada Selasa (10/10), Gubernur DIY Sri Sultan HB X meresmikan berdirinya Masjid Quwwatul Islam di Jalan Mataram No. 1, Suryatmajan, Danurejan, Kota Yogyakarta.
-
Kapan Pondok Pesantren Musthafawiyah didirikan? Didirikan Abad 20 Melansir dari beberapa sumber, ponpes ini didirikan pada 12 November 1912 oleh Syeikh Musthafa bin Husein bin Umar Nasution Al-Mandaily.