Deretan teror bom era Soeharto, targetnya Masjid Istiqlal & Borobudur
Deretan teror bom era Soeharto, targetnya Masjid Istiqlal & Borobudur. Aksi teror bom bukan hal baru di Indonesia. Rangkaian serangan bunuh diri di Surabaya dan Riau menjadi bukti terorisme tak pernah mati.
Aksi teror bom bukan hal baru di Indonesia. Rangkaian serangan bunuh diri di Surabaya dan Riau menjadi bukti terorisme tak pernah mati.
Di grup percakapan WhatsApp dan media sosial beredar meme dan tulisan era Presiden Soeharto lebih aman dan tak ada teror bom. Informasi itu salah karena di zaman Orde Baru pun teror bom beberapa kali terjadi.
-
Kenapa Soetomo berpesan untuk dimakamkan di Surabaya? Ia ingin dimakamkan di Surabaya agar senantiasa dekat dengan masyarakat kota itu.
-
Kapan Soeharto bertugas di Sulawesi Selatan? Soeharto dan keluarga BJ Habibie sudah saling kenal dan dekat sejak tahun 1950. Kala itu, Soeharto berdinas di Sulawesi Selatan dan kebetulan rumah BJ Habibie tepat di depan markasnya, Brigade Mataram.
-
Kenapa Soeharto selalu tersenyum? Presiden Indonesia Kedua Soeharto dikenal dengan sebutan ‘The Smiling General’ atau Sang Jenderal yang Tersenyum. Ini karena raut mukanya senantiasa tersenyum dan ramah.
-
Bagaimana Soeharto menghadapi serangan hoaks? Soeharto menganggap, pemberitaan hoaks yang menyerang dirinya dan keluarganya sebagai ujian. "Tapi tidak apa-apa, ini saya gunakan sebagai suatu ujian sampai di mana menghadapi semua isu-isu yang negatif tersebut. Sampai suatu isu tersebut sebetulnya sudah merupakan penfitnahan," ungkap Soeharto. Meski sering diserang hoaks, Presiden Soeharto memilih berserah diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. Ditambah dengan senyum dan canda tawa.
-
Siapa yang berencana meracuni Soeharto? Rupanya tamu wanita yang tidak kami undang itu berencana meracuni kami sekaluarga," kata Soeharto.
-
Apa yang pernah dititipkan Soeharto kepada Sudjono Humardani? Ceritanya pada tahun 1967, Sudjono pernah diberi tugas oleh Soeharto untuk meminjam topeng Gadjah Mada yang disimpan di Pura Penopengan Belah Batu Bali.
Berikut daftarnya seperti dikutip dari kantor berita Antara:
11 November 1976
Masjid Nurul Iman di Padang, Sumatera Barat, diledakkan orang tidak dikenal. Bom ditempatkan di bawah tangga menuju lantai dua dan sepertinya diatur untuk meledak ketika pelaksanaan ibadah salat Jumat keesokan harinya.
Namun bom meledak lebih dini, sehingga tidak menimbulkan korban jiwa. Menurut aparat keamanan, pelakunya bernama Timzar Zubil, yang tidak bisa dikonfirmasi kebenarannya hingga kini.
14 April 1978
Masjid Istiqlal, Jakarta, diteror bom. Mihrab masjid yang baru diresmikan hancur akibat ledakan bom. Belum diketahui pelaku dan motifnya hingga kini. Aparat keamanan mendeponering kasus ini.
4 Oktober 1984
Bank BCA di Pecenongan, Jakarta Pusat, diledakkan. Beberapa nama terkenal terseret kasus ini, seperti AM Fatwa, Letnan Jenderal (Purnawirawan) HR Dharsono, mantan Menteri Perindustrian HM Sanusi. Kebanyakan adalah anggota Petisi 50 yang kritis terhadap cara Soeharto memerintah Indonesia. Apakah mereka benar-benar terlibat atau hanya skenario Orde Baru untuk menangkap mereka tak pernah terungkap.
Menurut pengakuan pelaku di lapangan, aksi ini merupakan pelampiasan kekecewaan mereka atas Peristiwa Tanjung Priok saat aparat keamanan menembaki pengunjuk rasa yang protes aparat masuk masjid dengan mengenakan sepatu.
21 Januari 1985
Sejumlah stupa di Candi Borobudur, Jawa Tengah, berantakan dihajar bom. Tempat suci agama Budha itu dibom kelompok radikal keagamaan berlatar politik. Dua bersaudara Abdulkadir bin Ali Alhabsyi dan Husein bin Ali Alhabsyi dituding sebagai pelaku peledakan Candi Borobudur.
6 Maret 1985
Satu bus malam, Pemudi Express, diledakkan di daerah Banyuwangi, Jawa Timur. Pelakunya adalah Abdul Kadir Alhasby. Teror bom ini diduga kuat ada kaitannya dengan kasus Tanjung Priok.
1986
Kali ini pelaku bom adalah orang asing yang menamakan dirinya Brigade Anti Imperialisme dari Jepang. Sasarannya adalah Wisma Metropolitan dan Hotel Presiden (sekarang Hotel Nikko). Kedua bangunan tersebut milik pemerintah yang dibangun dengan rampasan perang dari Jepang.
Kelompok dari Jepang itu diduga akan meluncurkan roket dari kamar Hotel Presiden ke Kedutaan Besar Jepang di Jakarta dan Kedutaan Besar Kanada di Jakarta. Saat itu, ekonomi Indonesia masih sangat mengandalkan utang dariKelompok Antarpemerintah bagi Indonesia (Intergovernmental Group on Indonesia/ IGGI), yang menempatkan Jepang pemberi utang utama.
1991
Anak buah gerilyawan Fretilin, Kay Ralla Xanana Gusmao, meledakkan bom di Demak, Jawa Tengah. Jakarta sangat represif pada pergerakan di Dili, Timor Timur, itu yang puncaknya adalah peristiwa Santa Cruz, di Dili, tahun 1991. Satu Hotel juga diledakkan di Surabaya.
Baca juga:
Teror bom Candi Borobudur & misteri sosok Mohammad Jawad
Posting soal terorisme, pilot Garuda Indonesia langsung digrounded
'Masyarakat kita sudah geram dengan terorisme'
CFD dihiasi 1.000 tandatangan dukung Polri berantas terorisme
Tulis teroris pengalihan isu, dosen USU dan Satpam Bank Sumut ditangkap