Diduga Terjerat Jala Nelayan, Bayi Pesut Ditemukan Mati Dengan Mulut Berbusa
"Dari observasi kami, itu karena sesak nafas karena terjerat rengge nelayan di sungai," ujar dia.
Bayi satwa langka Pesut Mahakam (Orcaella Brevirostris) ditemukan mati mengambang di Sungai Pela, Kota Bangun, Kutai Kartanegara. Bayi mamalia air diduga mati karena terjerat rengge (sejenis jala nelayan di sungai) hingga sesak nafas hingga mulutnya mengeluarkan busa. Pesut malang itu dibawa ke BKSDA Kaltim untuk dilakukan neokropsi.
"Benar, itu bayi pesut jantan ditemukan mati dekat jamban warga Senin (22/4) sore kemarin," kata peneliti Pesut Mahakam dari yayasan Rare Aquatic Species of Indonesia (RASI) Danielle Kreb saat dikonfirmasi merdeka.com, Selasa (23/4).
-
Kenapa hewan liar yang dipelihara bisa menyebabkan luka? Sebagian besar hewan liar seharusnya tidak dijadikan hewan peliharaan. Hewan seperti primata, harimau atau singa, dan beberapa jenis reptil bisa menyebabkan luka bagi orang yang memeliharanya.
-
Bagaimana Pohon Pelawan menjadi penghasil madu liar? Selain dimanfaatkan untuk berbagai aktivitas manusia, pohon ini rupanya juga menjadi rumah atau sarang lebah liar sehingga menjadi penghasil madu lebah liar yang memiliki cita rasa pahit.
-
Di mana henbane hitam ditemukan tumbuh liar? Sisa-sisanya umum ditemukan di situs arkeologi di Eropa Barat Laut karena tumbuh liar di dekat pemukiman manusia, sehingga sulit untuk menentukan apakah itu sengaja digunakan.
-
Bagaimana cara warga Sampangan mengatasi kucing liar? Warga yang khawatir kemudian menghubungi Dinas Pemadam Kebakaran (Damkar) untuk membantu mengevakuasi hewan tersebut.
-
Bagaimana hewan liar bisa dipisahkan dari induknya untuk jadi peliharaan? Hewan liar biasa ditangkap atau dipisahkan dari induknya untuk dijadikan hewan peliharaan.
-
Mengapa warga Sampangan panik dengan kucing liar? Warga menduga bahwa kucing liar itu terkena rabies.
Saat ditemukan, kata dia, kondisi mulut dari pesut itu mengeluarkan busa. "Dari observasi kami, itu karena sesak nafas karena terjerat rengge nelayan di sungai," ujar dia.
"Itu bayi pesut usia sekitar 6 bulan, panjangnya 1,22 meter. Usia kematiannya kami perkirakan kurang dari 24 jam, dan dilepas warga agar larut ke sungai. Iya kematiannya masih terhitung baru," tambah Danielle.
©HO/Yayasan RASI
Dia menjelaskan, kematian bayi pesut itu sangat memprihatinkan karena proses reproduksi pesut dewasa tergolong lambat. "Sangat kami sayangkan. Diperlukan waktu 14 bulan bagi pesut betina, untuk hamil dan melahirkan bayinya," terangnya.
Kematian pesut ini pertama kali di tahun 2019. Danielle mempertanyakan kejadian tersebut lantaran biasanya pesut mati dikelilingi pesut-pesut lain. "Empat tahun saya amati. Biasanya, bayi pesut mati mengambang di sungai dikelilingi pesut lainnya. Tapi kali ini tidak," jelasnya.
Danielle menjelaskan bangkai bayi pesut itu sempat dimasukkan ke dalam kotak berisi es batu. Dan malam harinya dibawa ke kantor Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Kalimantan Timur.
"Rencananya akan dilakukan neokropsi, istilah lain dalam autopsi untuk mencari tahu kepastian sebab kematian. Yang jelas kematian bayi pesut ini benar-benar disayangkan dan menyedihkan," tandasnya.
Baca juga:
Dikira Mainan, Buaya di Pantai Timur Pangandaran Bikin Resah Warga
Warga Malang Ditangkap Saat Kirim Dua Ekor Kakatua Moluccan ke Pembeli
Dipancing Usus Ayam, Buaya Resahkan Petani di Samarinda Ditangkap
Dua Buaya Muncul ke Permukaan Bikin Geger Petani Sayur di Samarinda
Harimau Sumatera Terkam Kaki Sapi Hingga Koyak
Keseruan Gajah Siram-siraman Air dengan Manusia