Ditemukan Jejak Corona, 75 Ton Ikan Olahan Asal Jateng Tertahan di China
Sebanyak tiga kontainer berisi 75 ton produk olahan ikan asal Jawa Tengah gagal diekspor ke China, karena ditemukan sejumlah jejak Covid-19 saat dilakukan uji kesehatan menggunakan swab PCR.
Sebanyak tiga kontainer berisi 75 ton produk olahan ikan asal Jawa Tengah gagal diekspor ke China, karena ditemukan sejumlah jejak Covid-19 saat dilakukan uji kesehatan menggunakan swab PCR.
"Tiga kontainer milik dua eksportir asal Jateng itu tertahan di China setelah melewati pemeriksaan berlapis. Dan di dalam produk tersebut ditemukan jejak positif virus Covid-19," kata Kepala Balai Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Hasil Perikanan (BKIPM) Semarang, Raden Gatot Perdana, Selasa (12/10).
-
Apa yang menjadi tanda awal mula pandemi Covid-19 di Indonesia? Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
-
Bagaimana virus Covid-19 pertama kali masuk ke Indonesia? Kasus ini terungkap setelah NT melakukan kontak dekat dengan warga negara Jepang yang juga positif Covid-19 saat diperiksa di Malaysia pada malam Valentine, 14 Februari 2020.
-
Kapan Indonesia memulai ekspor telur ke Singapura? Mentan SYL, menyebut pihaknya telah berupaya dan berhasil membuka akses pasar telur ke Singapura sejak Mei 2023.
-
Kapan virus corona ditemukan? Virus virus adalah sekelompok virus yang meliputi SARS-CoV (virus korona sindrom pernafasan akut parah), MERS-CoV (sindrom pernapasan Timur Tengah coronavirus) dan SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19.
-
Kenapa ekspor telur ke Singapura bisa menjadi bukti keberhasilan Indonesia di pasar dunia? Singapura menjadi salah satu negara dengan standar mutu dan keamanan pangan yang tinggi, sehingga ekspor ini menjadi salah satu keberhasilan Indonesia di pasar dunia.
-
Kapan kasus Covid-19 pertama di Indonesia diumumkan? Presiden Jokowi mengumumkan hal ini pada 2 Maret 2020, sebagai kasus Covid-19 pertama di Indonesia.
Dia menyebut barang tersebut diperiksa ketat setelah ada aturan sejumlah komoditas ekspor lembaga otoritas perikanan memberlakukan pemeriksaan produk olahan ikan memakai swab PCR. Tujuan agar pengawasan bahan baku makanan dapat diperketat.
"Elemen yang diperiksa mencakup cek kesehatan petugas, kontainer peti kemasnya, bungkus setiap produknya sampai ke dalam isinya," jelasnya.
Pihaknya juga sudah menerapkan protokol kesehatan yang ketat sebelum mengekspor produk perikanan ke China. Masing-masing mencakup skrining kesehatan dengan alat swab PCR secara berkala, memeriksa kualitas mutu produk serta mengecek satu persatu bahan baku produknya.
"Ketika mau dikirim, barang dan petugas kita juga sama-sama diperiksa memakai swab. Tapi pas tiba di China pemeriksaannya sangat ketat. Tapi secara keseluruhan, adanya masalah itu tidak mengganggu jalannya ekspor ke sejumlah negara," ungkapnya.
Sampai sekarang para eksportir yang jadi mitranya masih tetap melakukan ekspor ke luar negeri. Misalnya untuk aktivitas ekspor ke China dalam kurun waktu Januari-September 2021 tercatat mencapai 524 kali. Jumlah volumenya sebanyak 9,864 ton dengan total nilai Rp262,5 miliar. Atas kejadian tersebut menjadi pelajaran penting bagi para eksportir supaya lebih teliti lagi memperhatikan kualitas produknya. Sebab, saat ini pandemi Covid-19 secara global belum berakhir.
"Kepada eksportir ikan supaya tidak patah semangat dan tetap memperbaiki produk yang akan dipasarkan ke luar negeri," tutupnya.
Baca juga:
Survei ADB: Kesenjangan Keuangan Perdagangan Global Tertinggi Sepanjang Sejarah
Lama Terhenti Akibat Pandemi Covid-19, Manggis Bali Kembali Diekspor ke China
Gubernur Bali Minta Menteri Yasonna Hapus Mafia Impor
Permintaan AS dan China Pulih, Surplus Perdagangan Diprediksi Terus Berlanjut
Tak Terpengaruh Pandemi, Eksportir Ikan Hias Bandung Raup Rp9,2 M di September