DPR sebut anggaran dibagi-bagi penyebab alutsista TNI tak terurus
Banyak pihak yang beranggapan jika anggaran TNI sebesar Rp 106 triliun itu besar sekali untuk beli alutsista.
Wakil Ketua Komisi I DPR, Tantowi Yahya mengatakan, potret suram bagi kondisi alutsista TNI yang ada selama ini salah satunya disebabkan minimnya anggaran yang teralokasi. Dia menyebut, dana yang ada saat ini untuk dialokasikan bagi kebutuhan alutsista TNI, nyatanya masih belum memadai.
Hal itu disebabkan alokasi pendanaan di internal TNI menjadi sedemikian minim akibat dibagi-bagi lagi ke dalam lima pos. Sehingga, masing-masing alokasi bagi setiap pos itu memang sangat terbatas pendanaannya.
"Banyak pihak yang beranggapan jika anggaran TNI sebesar Rp 106 triliun itu besar sekali untuk beli alutsista. Padahal jumlah demikian itu harus dibagi lagi ke lima pos, yaitu ke Kemenhan, Mabes TNI, dan ketiga matra yang ada, yaitu AD, AL dan AU," ujar Tantowi dalam sebuah diskusi di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (4/7).
Tantowi menyebut, setelah anggaran sebesar Rp 106 triliun itu dibagi-bagi lagi kepada lima pos di internal TNI, masing-masing matra yang ada hanya mendapat alokasi pendanaan yang harus cukup untuk memenuhi sejumlah kebutuhan, seperti kebutuhan prajurit, pembelian serta perawatan alutsista, dan lain sebagainya.
Hal inilah yang disinyalir menjadi penyebab betapa suramnya kondisi alutsista yang ada di tubuh TNI. Sehingga sejumlah keterbatasan yang ada sampai saat ini menjadi hal yang harus segera dibenahi, baik oleh internal TNI sendiri, maupun oleh para pemangku kebijakan.
"Kelihatannya dana Rp 106 triliun memang besar, tapi setelah dibagi-bagi lagi ke Kemenhan, Mabes TNI serta AD, AL dan AU, jumlah itu tadi ya jadi tidak utuh. Lalu berapa persentasi yang digunakan untuk masing-masing matra? Kisarannya antara 30-40 persen. Jadi hanya sekitar Rp 40 triliun," ujar Tantowi.
"Itu saja tidak utuh untuk belanja alutsista, karena ternyata jumlah segitu juga termasuk anggaran pemeliharaan, dari alutsista yang sudah ada. Baru pada beberapa tahun terakhir saja aspek pemeliharaan itu mempunyai nomenklatur sendiri. Jadi inilah kira-kira potret suram, yang menyebabkan sejumlah kecelakaan pesawat kerap terjadi," pungkasnya.