Eksistensi Keraton Pajang dan Protes Keras Kasunanan Surakarta
Salah satu putri Paku Buwono XII, GKR Wandansari atau yang akrab disapa Gusti Moeng mengaku pernah menyampaikan penolakan tersebut. Adik kandung raja Solo saat ini, Paku Buwono XIII tersebut juga heran, pendiri Kasultanan Keraton Pajang, Suradi, mendapatkan gelar Sultan Prabu Hadiwijaya Khalifatullah IV.
Setelah hebohnya Keraton Agung Sejagat di Purworejo, bermunculan keraton-keraton lain. Kasus adanya keraton baru sebenarnya juga terjadi di pusat kebudayaan dan trah kerajaan Mataram, khususnya Kota Solo.
Sejak tahun 2010, seorang warga mengaku sebagai raja Kasultanan Keraton Pajang. Raja tersebut memang menempati lokasi yang bersebelahan dengan petilasan Keraton Pajang, di Desa Makamhaji, Kartasura, Sukoharjo.
-
Kapan Keraton Surakarta dibangun? Keraton ini didirikan oleh Susuhunan Pakubuwono II sebagai pengganti Keraton Kartasura yang hancur karena adanya peristiwa Geger Pecinan pada tahun 1743.
-
Apa alasan Serangan Umum Surakarta dilakukan? Pertempuran 4 hari 4 malam ini untuk melawan adanya Agresi Militer Belanda II.
-
Kapan Serangan Umum Surakarta terjadi? Serangan yang berlangsung selama 4 hari berturut-turut di Solo ini berhasil menyatukan seluruh elemen masyarakat melawan gempuran pasukan penjajah.
-
Apa tujuan dari Serangan Umum Surakarta? Meski dihujani bom-bom dari udara, para pejuang gerilya terus melakukan perlawanan dan pertempuran tanpa pandang bulu. Mereka tetap konsisten menyerang pos-pos Belanda lalu masuk ke kampung bersama rakyat lainnya.
-
Di mana situs Kerajaan Sriwijaya ditemukan? Pemancing Temukan "Pulau Emas", Situs Kerajaan Sriwijaya Berusia 400 Tahun Situs kerajaan Sriwijaya pada zaman dahulu yang dikenal sebagai Pulau Emas telah ditemukan para pemancing lokal yang melakukan penyelaman malam hari di Sungai Musi, Sumatera Selatan.
-
Kapan Kirab Kebo Bule di Surakarta diadakan? Surakarta memiliki tradisi pada perayaan malam 1 Suro atau bisa disebut malam tahun baru Hijriah.
Munculnya Kasultanan Karaton Pajang di Desa Makamhaji, Kartasura, Sukoharjo pernah mendapat penolakan dari Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Sebab, Kerajaan Pajang yang didirikan Jaka Tingkir sudah runtuh sejak 400 tahun lalu. Saat ini lokasi keraton yang tak jauh dari Keraton Kasunanan Surakarta tersebut tinggal petilasan.
Salah satu putri Paku Buwono XII, GKR Wandansari atau yang akrab disapa Gusti Moeng mengaku pernah menyampaikan penolakan tersebut. Adik kandung raja Solo saat ini, Paku Buwono XIII tersebut juga heran, pendiri Kasultanan Keraton Pajang, Suradi, mendapatkan gelar Sultan Prabu Hadiwijaya Khalifatullah IV.
"Historinya dari mana? Kalau merasa keturunan Sultan Pajang, terus menghidupkan lagi ya tidak bisa. Wong Pajang itu sudah pindah ke Kotagede. Dari Kotagede kemudian turun ke Keraton Kartasura, kemudian ke Keraton Surakarta," kata Gusti Moeng, Jumat (17/1).
Menurut Gusti Moeng, beberapa kerajaan di tanah air tidak bisa berdiri lagi. Diantaranya Majapahit, Demak dan Mataram. Terlebih setelah masa kemerdekaan dan berdirinya NKRI sejak tahun 1945, seluruh kerajaan sudah mendukung pendirian Republik Indonesia.
"Saat ini sudah tidak bisa mendirikan kerajaan lagi. Keraton itu adanya hanya 250 saat BPUPKI, yang ikut mendirikan republik. Sekarang yang masih lengkap 48 kerajaan, tergabung dalam Forum Komunikasi dan Informasi Kerajaan Nusantara (FKIKN)," terangnya.
Tujuan Keraton Pajang
Terpisah, pendiri Kasultanan Keraton Pajang, Suradi berdalih keraton tersebut didaftarkan sebagai yayasan. Tujuannya hanya sekedar untuk melestarikan kebudayaan. Dia mendaftarkan sebagai Yayasan Kasultanan Karaton Pajang pada 2010.
"Tujuan saya hanya ingin nguri-uri (melestarikan) kebudayaan yang ada sejak zaman Pajang dahulu," katanya.
Terkait protes dari Kasunanan Surakarta, ia tak menampiknya. Namun dia berdalih keraton yang dia dirikan tidak mengganggu ketertiban umum.
"Dulu memang pernah ditolak, tapi seiring berjalannya waktu, tidak pernah ada masalah. Yang penting kan kami tidak mengganggu orang lain," ucapnya.
Asal Muasal
Nama Kasultanan Karaton Pajang diambil dari Kerajaan Pajang yang didirikan Jaka Tingkir atau Sultan Hadiwijaya yang diperkirakan telah runtuh lebih dari 400 tahun yang lalu. Lokasi keraton tak jauh dari Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat maupun bekas Keraton Kartasura.
Raja Kasultanan Karaton Pajang bergelar Sultan Prabu Hadiwijaya Khalifatullah IV. Pria tengah baya bernama asli Suradi tersebut mengaku mendapatkan mandat mendirikan Kerajaan Pajang dari Kanjeng Sultan Suryo Alam yang merupakan sultan di Kasultanan Dhimak, Kabupaten Demak.
"Tahun 2009 saya dilantik menjadi Adipati. Kemudian tahun 2010 saya daftarkan kerajaan ini sebagai Yayasan Kasultanan Karaton Pajang," ujar Suradi, saat ditemui wartawan, Kamis (16/1).
Lebih lanjut Suradi menceritakan, usai berhasil mengelola keraton dengan pesat, tahun 2015 gelarnya naik menjadi Sultan. Dan pada tahun lalu ia diberikan gelar Sultan Prabu Hadiwijaya Khalifatullah IV. Suradi mengaku tak khawatir dengan penangkapan raja dan ratu Keraton Agung Sejagat di Purworejo,
"Kerajaan yang kita dirikan ini hanya untuk merawat budaya. Kalau itu (Purworejo) nalarnya tidak dipakai. Tidak ada istilah keraton sejagat. Kan sudah ada kerajaan Arab, kerajaan Inggris, apa mungkin dia bisa menundukkan mereka?" katanya.
Biaya Operasional
Dia menambahkan, selama ini mengeluarkan biaya sendiri untuk operasional keraton. Suradi mengaku selama ini bekerja sebagai kontraktor bangunan. Keraton yang dipimpinnya juga tidak pernah menarik iuran.
"Tidak pernah ada iuran, justru saya yang mengeluarkan uang untuk menyelenggarakan event. Kalau misalnya ada, itu sumbangan seikhlasnya," kilahnya.
Terpisah, Kapolsek Kartasura, AKP Dani Permana Putra menyampaikan, hingga saat ini tidak ada laporan terkait keberadaan Keraton Kasultanan Pajang.
"Selama ini situasi masih landai, tidak ada laporan apapun," tutupnya.
(mdk/noe)