Fisik lemah dan badan kurus, 2 anggota Santoso belum diinterogasi
Kedua terduga teroris itu bernama Ibad dan Faqih
Kapolda Sulawesi Tengah (Sulteng), Brigjen Pol Rudy Sufahriadi mengatakan, hingga saat ini dua anggota Mujahidin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Santoso alias Abu Wardah, yang tertangkap Jumat (15/4) lalu belum bisa diinterogasi. Sebab fisik keduanya sangat lemah karena kelaparan selama di hutan.
"Badan mereka kurus sekali karena kekurangan makan selama di hutan. Jadi kita lakukan 'recovery' dulu," kata Rudy Sufahriadi di Palu, Senin (18/4), dikutip dari Antara.
Kedua terduga teroris itu bernama Ibad dan Faqih. Mereka ditangkap di sebuah lahan perkebunan kakao milik warga di Kecamatan Poso Pesisir Utara, Jumat (15/4).
Menurut Rudy, keduanya masuk dalam 29 daftar pencarian orang (DPO) kasus terorisme Poso. Ibad bergabung dengan Santoso pada 2013 dan Faqih pada 2015. Mereka sudah dewasa meski wajah mereka tampak masih seperti anak-anak.
Kepala Bidang Humas Polda Sulteng, AKBP Hari Suprapto menuturkan, kedua DPO kasus terorisme itu usai tertangkap langsung digiring ke Polres Poso untuk pemeriksaan.
Saat hendak diinterogasi, wartawan mendengar suara salah satu dari kedua pelaku itu yang meminta makan dan berjanji akan membongkar semua rahasia setelah makan.
"Kasih makan dulu saya pak, nanti saya akan bongkar semuanya setelah makan," ucap seorang lelaki yang cukup jelas terdengar wartawan di luar ruangan pemeriksaan.
Rudy menegaskan bahwa Operasi Tinombala yang dipimpinnya dengan melibatkan 3.000 personel Polri dan TNI sudah berjalan baik.
"Upaya yang dilakukan untuk menangkap Santoso sudah maksimal. Kapolri sendiri mengapresiasi upaya aparat yang bekerja di lapangan dalam Operasi Tinombala, meski upaya-upaya itu masih perlu lebih ditingkatkan lagi," ujarnya.
Dia menolak menyebutkan upaya peningkatan apa yang akan dilakukan dalam operasi ini, kecuali menyebutkan bahwa dalam memburu Santoso dan pengikutnya, pihaknya selalu mengubah strategi dan taktik.
Rudy yakin bahwa Santoso masih berada di hutan Poso dan kelompoknya sudah terpecah. Keberadaan mereka sudah semakin terdesak dan kekurangan logistik.
"Mudah-mudahan operasi ini bisa segera selesai dengan sukses," harapnya.
Diketahui, Operasi Tinombala yang digelar sejak 9 Januari 2016 sampai saat ini sudah menangkap 14 orang anggota kelompok Santoso, 10 orang dalam keadaan tewas dan empat lainnya hidup.
Baca juga:
Anggota Komisi III DPR minta BNPT beri deadline tangkap Santoso
Polisi pastikan foto teroris Santoso tewas hoax
Kapolri: Kelompok Santoso tadinya gemuk jadi kurus
Mumpung kelaparan, waktunya habisi kelompok Santoso
Kepala BNPT sebut kelompok Santoso lemah karena kelaparan
Jeritan kelaparan anak buah Santoso
Dua anggota Santoso ditangkap, teriak minta makan saat diinterogasi
-
Sejak kapan Soto Podjok Kediri eksis? Terdapat tempat nyoto legendaris di Kota Kediri, Jawa Timur. Kabarnya, warung ini sudah eksis sejak 1926 silam.
-
Apa yang ditampilkan oleh Tari Landok Sampot? Sesuai dengan namanya "Landok Sampot" tarian ini menampilkan gerakan perkelahian antar 2 pemuda dengan senjata berupa sebilah bambu. "Landok" yang berarti Tari, sedang "Sampot" berarti libas atau pecut.
-
Kenapa Mayjen Moestopo membentuk pasukan Terate? Alih-alih menertibkan para pembuat onar di masyarakat, Mayjen Moestopo justru memberdayakan mereka untuk ikut berjuang dalam perang revolusi.
-
Apa yang menjadi rahasia kelezatan Soto Podjok Kediri? Adapun kunci utama kelezatan soto tersebut terletak pada bumbunya yang dibuat secara unik. Rukmini menciptakan bumbu rahasia dari campuran rempah yang dihaluskan dan disatukan lalu didiamkan selama enam bulan. Dalam bumbu yang didiamkan lama, cita rasa rempahnya akan bertambah lezat.
-
Apa itu Terong Raos? Terong raos merupakan olahan terong yang digoreng crispy, kemudian disiram saus pedas manis.
-
Siapa yang menulis kesan terhadap Tirto Adhi Soerjo dalam artikel "Mangkat"? Seorang anak didik Tirto Adhi Soerjo lainnya, Mas Marco Kartodikromo, menulis kesan terhadap gurunya itu melalui artikel bertajuk "Mangkat" yang dimuat di surat kabar Djawi Hisworo edisi 13 Desember 1918.