FK Unair Tolak Dokter Asing, Menkes Singgung 12.000 Bayi Kelainan Jantung Perlu Dioperasi
Budi mengingatkan, saat ini ada 12.000 bayi yang mengalami kelainan jantung bawaan dan mendapatkan tindakan cepat lewat operasi.
Dekan FK Unair Budi Santoso menolak rencana pemerintah mendatangkan dokter asing. Dia beralasan, pihaknya bisa memenuhi kebutuhan dokter dalam negeri.
- Berlinang Air Mata, Wanita Asal Batam Ini Sedih Anaknya yang Idap Kanker Tidak Sempat Diberkati Paus
- Dekan FK Unair Dicopot Usai Tolak Dokter Asing, Mahfud: Jangan Sampai Ada Orang Lempar Batu Sembunyi Tangan
- Dekan FK Unair Dicopot Usai Tolak Dokter Asing, Begini Kata Kemenkes
- Bayi Batuk Tak Perlu Langsung Dibawa ke Dokter, Mengapa?
FK Unair Tolak Dokter Asing, Menkes Singgung 12.000 Bayi Kelainan Jantung Perlu Dioperasi
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menanggapi pernyataan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK Unair) yang menolak masuknya dokter asing ke Indonesia.
Budi mengingatkan, saat ini ada 12.000 bayi yang mengalami kelainan jantung bawaan dan mendapatkan tindakan cepat lewat operasi.
Sementara, kemampuan dokter di Indonesia untuk melakukan operasi jantung baru berkisar 6.000 pasien per tahun.
“Kalau nggak (dioperasi) meninggalnya tinggi dan sampai sekarang kapasitas kita melakukan operasi itu 6.000 per tahun. Jadi 6.000 bayi tidak tertangani,” kata Budi di Istana Kepresidenan, Selasa (2/7).
Bekas Wakil Menteri BUMN ini meyakini, kedatangan dokter asing bisa menyelamatkan 6.000 bayi yang tidak tertangani itu.
Dia membantah rencana mendatangan dokter asing merendahkan kemampuang dokter dalam negeri.
“Isunya bukan juga merendahkan kemampuan dokter-dokter kita, enggak. Dokter-dokter kita mampu. Masalahnya nggak cukup dan lebih dari 6.000 bayi setiap tahun mengalami risiko kehilangan nyawa,” ujar dia.
Sebelumnya, Dekan FK Unair Budi Santoso menolak rencana pemerintah mendatangkan dokter asing. Dia beralasan, pihaknya bisa memenuhi kebutuhan dokter dalam negeri.
“Saya pikir semua dokter Indonesia tidak rela dokter asing kerja di sini dan kita mampu memenuhinya dan mampu jadi dokter tuan rumah,” kata Budi Santoso, Kamis (27/6).
Budi Santoso menekankan, saat ini
banyak rumah sakit vertikal di kota-kota besar di Indonesia yang memiliki dokter spesialis mumpuni. Kualitas mereka bahkan tidak kalah dengan dokter asing.
“Agak aneh. Ada RS Sanglah Denpasar, RS Wahidin Makassar, di kota besar lainnya, seperti Jogja, Bandung, Semarang. Masa mereka kekurangan dokter spesialis? Kami tidak setuju dengan dokter asing,” tegas dia.