Ibu penganiaya siswa SMA 3: Anak saya juga korban
Ibu terdakwa menuding lemahnya pengawasan sekolah membuat kejadian serupa terus terulang.
LS, ibu dari DW, terdakwa kasus penganiayaan hingga tewas adik kelasnya di SMA 3 Setiabudi, Jakarta, dalam kegiatan pecinta alam Sabhawana, mengatakan anaknya juga merupakan korban dari lemahnya pengawasan pihak sekolah. Sebelum kejadian itu terungkap, putranya pernah dianiaya oleh kakak kelasnya.
"Anak saya juga merupakan korban dalam kasus ini, kalau pengawasan dari sekolah berjalan dengan baik, maka kejadian ini tidak akan terjadi," kata LS di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Selasa (11/11).
-
Apa bentuk kekerasan yang terjadi di satuan pendidikan? KPAI menilai segala bentuk kekerasan anak pada satuan pendidikan mengakibatkan kesakitan fisik/psikis, trauma berkepanjangan, hingga kematian. Bahkan lebih ekstrem, anak memilih mengakhiri hidupnya.
-
Kapan kaki seribu sering terlambat sekolah? Soalnya kakinya banyak, jadinya kalau pakai sepatu kelamaan.
-
Apa yang dilakukan dosen muda ini di kelas? Sebelum masuk ke kelas, dosen muda bernama Akbar ini memang sudah berkenalan dengan mahasiswanya yang masih baru. Saat masuk ke kelas, mahasiswanya pun bertanya apakah ia kakak tingkat.
-
Kapan kasus kekerasan antar pelajar meningkat? Data pengaduan yang dilaporkan ke KPAI pada awal 2024 tercatat sudah mencapai 141 kasus
-
Siapa yang diduga melakukan pelecehan di sekolah? Korban diduga telah melakukan pelecehan terhadap para siswi di sekolah.
-
Apa yang diciptakan oleh siswa SDN 3 Kota Tangerang? Sejumlah pelajar di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 3 Kota Tangerang, berinovasi menciptakan cairan abate dari daun jeruk.
Ketika penganiayaan itu berlangsung, tidak ada pembina dari sekolah yang mengawasi jalannya acara esktra kurikuler tersebut. Padahal, lokasinya cukup jauh dari sekolah.
"Padahal lokasinya jauh dari sekolah kan, harusnya ada pengawasan ekstra," ucapnya.
Kegiatan ekstra kurikuler Sabhawana tersebut, telah berlangsung selama 36 tahun, namun baru kali ini ada kejadian hingga menyebabkan korban tewas. Dia pun baru mengetahui putranya juga menjadi korban saat salah seorang siswa SMA 3 dilaporkan tewas.
"Saya juga baru tahu, ternyata dulu anak saya mengalami perlakuan yang sama," bebernya.
Namun, dia tambahkan, putranya tidak pernah bercerita mengenai peristiwa yang dialaminya. Dia menduga karena takut sekolah menutup kegiatan tersebut.
"Mungkin karena dia takut ya, takut dengan cerita, kegiatannya akan di tutup sekolah," lanjutnya.
Karena itu, dia mengatakan, putranya merupakan korban dari sistem yang ada di sekolah tempat ia belajar.
"Dengan ini kami harapkan menjadi pelajaran untuk kita semua," pungkasnya.
(mdk/tyo)