Ikatan Keluarga Besar Papua Surabaya: Tidak Ada Mahasiswa Dipukul Hingga Meninggal
Ketua Ikatan Keluarga Besar Papua Surabaya (IKBPS) Pieter F. Rumaseb menegaskan informasi mengenai adanya mahasiswa yang dipukuli polisi hingga tewas, hoaks.
Ketua Ikatan Keluarga Besar Papua Surabaya (IKBPS) Pieter F. Rumaseb menegaskan warga Papua termasuk para mahasiswa yang ada di Surabaya dalam keadaan baik dan aman. Dia juga menyatakan tidak ada pengusiran terhadap mahasiswa Papua di Surabaya.
"Kami di Surabaya baik, adik mahasiswa hidup dengan damai," ujarnya saat ditemui di Mapolda Jatim di Surabaya, Senin (19/8).
-
Apa yang dilakukan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo di Papua? Pak Kapolri beliau jam 5 sudah berada di Papua, dengan Panglima TNI. Jadi beliau tidak bisa hadir, karena beliau tidak bisa hadir tentunya kita tidak mengikutsertakan para pejabat lainnya. Sehingga murni kita adalah PP Polri pada acara hari ini ya.
-
Gedung Pancasila berada di mana? Tidak semua bangunan lawas bisa lestari hingga sekarang. Sayangnya, sebagian di antaranya dibiarkan tak terawat kendati memiliki nilai sejarah, salah satunya gedung Pancasila yang ada di wilayah Kabupaten Cirebon, Jawa Barat.
-
Di mana Gedung Pakuan, rumah dinas Gubernur Jawa Barat, berada? Rumah besar ini merupakan bangunan Rumah Dinas Gubernur Jawa Barat yang terletak di Jalan Pasir Kaliki, Babakan Ciamis, Kecamatan Sumur Bandung, Kota Bandung.
-
Kapan Desa Panggungharjo dibentuk? Desa Panggungharjo dibentuk berdasarkan maklumat monarki Yogyakarta tahun 1946 yang mengatur tentang tata kalurahan saat itu.
-
Kodok baru apa yang ditemukan di Papua Barat? Spesies baru itu dikenali berbeda berdasarkan ukuran, warna, bentuk tubuh, dan garis-garis di tangannya.
-
Kapan Daerah Istimewa Kalimantan Barat (DIKB) dibentuk? Dilansir dari kanal YouTube Bimo K.A, Daerah Istimewa Kalimantan Barat terbentuk pada tahun 1946.
Dia juga menyanggah ada perlakuan diskriminatif dari aparat penegak hukum kepada mahasiswa Papua. Termasuk saat jajaran Polrestabes Surabaya mengamankan 43 mahasiswa Papua pada Jumat (16/8).
Dia juga menegaskan, informasi mengenai adanya mahasiswa yang dipukuli polisi hingga tewas, hoaks. Menurutnya, pengamanan yang dilakukan polisi sangat baik. Bahkan saat proses pemulangan pun mahasiswa Papua diantarkan dengan baik.
"Kalau ada pemberitaan (mahasiswa) dipukul atau meninggal itu hoaks. Kepolisian bawa ke Polrestabes dengan baik, dipulangkan jam 12 malam juga dalam keadaan baik," ucapnya.
Dia tidak menyangkal adanya ucapan atau tindakan rasisme dari ormas yang mendatangi asrama mahasiswa Papua. Pihaknya menyerahkan sepenuhnya pada aparat penegak hukum.
"Terkait adanya ucapan kata yang mengganggu kenyamanan masyarakat kami di sana (Papua), kami serahkan ke petugas kepolisian dan keamanan. Kalau itu (ucapan berbau rasis) kan sudah bisa dimonitor, di media ada. Kami serahkan ke kepolisian," katanya.
Disinggung insiden perusakan bendera merah putih, Pieter menyerahkan ke aparat kepolisian untuk mencari pelakunya. Dia hanya berharap masyarakat yang ada di Papua dan Papua Barat bisa meredam diri. Dia kembali menegaskan bahwa warga Papua di Surabaya dapat menuntut ilmu dengan aman, tanpa ada masalah.
"Kami berharap semua bisa positive thinking, kepala dingin, menyikapi permasalahan ini. Bila ada info beredar tidak baik maka diharapkan selektif. Hati-hati menyikapi itu. Kepada semua masyarakat, jangan cepat terprovokasi atau terpancing di media sosial," tuturnya.
Sebelumnya, Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengakui jika kerusuhan yang terjadi di Manokwari Papua, dipicu dari hoaks yang sengaja dikembangkan oleh pihak-pihak tertentu. Untuk itu, pihaknya meminta pada semua pihak untuk ikut meredam kesalahpahaman ini.
Kapolri menjelaskan, aksi massa di Papua ini di 'triger' dari adanya kejadian di Jawa Timur, khususnya Surabaya dan Malang. Menurutnya, ada kesalahpahaman yang terjadi saat itu.
"Malam itu sebetulnya hanya peristiwa kecil, yang sebetulnya sudah dilokalisir, dan diselesaikan oleh muspida setempat baik ibu Gubernur, Kapolda maupun Pangdam, sudah dinetralisir tapi kemudian muncul hoaks. Kemarin memang ketriger gara-gara ada kesalapahaman dan membuat kata-kata yang kurang nyaman. Sehingga sahabat-sahabat kita yang ada di Papua merasa terusik dengan bahasa-bahasa seperti itu. Dan ada pihak-pihak yang mengembangkan kejadian yang ada di Surabaya dan Malang," ujarnya, Senin (19/8).
Dia menambahkan, persoalan itu sebenarnya sudah dilokalisir oleh muspida setempat. Namun, ada kesimpangsiuran informasi atau kesalah pahaman, sehingga membuat warga Papua merasa terusik.
"Ada kesimpangsiuran informasi, kemudian mungkin ada yang membuat kata-kata yang kurang nyaman sehingga saudara kita yang ada di Papua mungkin merasa terusik dengan bahasa seperti itu dan ada pihak-pihak yang mengembangkan informasi seperti itu untuk kepentingan mereka sendiri," tambahnya.
Dia menambahkan, munculnya hoaks mengenai kata yang kurang etis dan ada juga hoaks gambar seolah-olah warga dari Papua yang meninggal, menjadi berkembang dan dikembangkan oleh oknum tertentu, sehingga membuat mobilisasi massa membuat kerusuhan.
"Jadi saya minta kepada saudara-saudara kita yang ada di Papua, saya sendiri pernah menjadi bagian dari Papua, dua tahun saya berdinas di sana, sangat memahami kondisi psikologis saudara kita di Papua, jangan mudah terpancing, dengan berita-berita yang tidak benar," tegasnya.
Baca juga:
Kapolres Turun Tangan, Lempar Batu Mahasiswa Papua dan Warga Makassar Mereda
Malam Hari, Mahasiswa Papua Bentrok dengan Warga di Makassar
Polisi Bantah Lakukan Rasisme Terhadap Mahasiswa Papua di Surabaya
VIDEO: Pemerintah Segera Usut Tuntas Rusuh di Papua Barat
Ngabalin: Tidak Boleh Ada Darah dan Air Mata Lagi Mengalir di Tanah Papua
Jokowi Minta Semua Saling Memaafkan Atas Kerusuhan di Papua Barat