Ini asal-usul ungkapan Gus Dur, "Gitu aja kok repot?"
"Ini ungkapan tasawuf yang diyakini betul, makanya enak betul Gus Dur hidupnya, melihat semuanya serba ringan."
Ungkapan "gitu aja kok repot" memang lekat dengan sosok mantan Presiden RI keempat Abdurrahman Wahid alias Gus Dur . Ungkapan itu kerap mengalir spontan dan lancar dari Gus Dur, terutama setiap kali berhadapan dengan masalah. Istilah kian popular ketika cucu pendiri NU Hasyim Asyari itu menjabat presiden, dan kerap mengulang-ulang ungkapan secara spontan di depan wartawan.
Media tentu akan memilih kutipan yang memenuhi kriteria layak berita. Sesuatu yang biasa-biasa saja tak akan dimuat di ruang edit. "Gitu aja kok repot" adalah favorit media ketika mengutip almarhum Gus Dur pada saat menjadi presiden selama 21 bulan pada 1999 hingga 2001.
Meskipun banyak kalimat lain yang lebih bernas. Pilihan istilah itu memenuhi unsur "kontroversial" dalam kriteria layak berita. Buktinya, ungkapan tersebut awet sampai kini, dan seperti sudah melekat pada sosok Gus Dur . Semua orang pasti tahu siapa pemilik ungkapan tersebut.
Menurut Bambang Susanto, orang kepercayaan Gus Dur menjelang akhir-akhir sebelum wafat, pernah suatu ketika Gus Dur diwawancarai reporter salah satu televisi swasta nasional. Dalam sebuah sesi tanya jawab, Gus Dur diminta mengulang ungkapan 'gitu aja kok repot', tapi ditolak.
"Saya tidak tahu mulai kapan ungkapan muncul, kalau tidak salah kan media yang pertama kali menulis. Tapi biasanya ungkapan itu keluar spontan, Gus Dur tidak mau mengulang. Biasanya ada yang menyeting, tapi beliau tidak mau," ujar Bambang yang kini menjabat sebagai Wakil Bendahara Umum PKB itu.
Lalu sebenarnya sejak kapan Gus Dur menggunakan istilah itu? Sampai kini memang tidak ada catatan resmi dan pasti. Sebagai sebuah ungkapan, dulu mungkin istilah itu dianggap biasa.
Topik pilihan: PKB | Humor Gus Dur
Seperti dikatakan salah satu ajudan Gus Dur , Munib Huda Muhammad. Munib nyantri di Ciganjur sejak awal 1998. Sebagai santri, dia terus mendampingi Gus Dur hingga meninggal pada akhir 2010. Dia pula yang menjadi orang kepercayaan Gus Dur saat menjabat sebagai presiden selama 21 bulan.
Menurut Munib, ungkapan "gitu aja kok repot" sebenarnya sudah sering dilontarkan Gus Dur jauh sebelum menjabat presiden. Sepengetahuannya, Gus Dur kerap memakai istilah itu dalam pidato-pidatonya, ketika bertemu seseorang, atau dalam forum-forum diskusi.
"Sejak awal 1998 sudah ada (ungkapan itu). Dalam pidato-pidato sering, pas ketemu orang juga. Terus kan berkembang, dan ramai ketika dikutip media massa yang perhatian pada istilah itu. Tidak disetting, itu keluar spontan dari beliau," ujarnya.
Lalu apa arti ungkapan "gitu aja kok repot"? Munib menjelaskan, ungkapan itu merupakan bentuk kepasrahan tingkat tinggi kepada Allah SWT. "Artinya, emang semua ini yang ngatur kita apa? yang ngatur kan Alloh. Jadi ini ungkapan tasawuf yang diyakini betul, makanya enak betul Gus Dur hidupnya, melihat semuanya serba ringan."
Sementara itu, putri Gus Dur , Zanuba Arifah Chafsoh alias Yenny Wahid , menyebut ungkapan itu berasal dari ilmu fikih, yakni dari kosakata arab "Yasir Wa La Tuasir" yang artinya permudah dan jangan dipersulit.
Oleh karena itu, sambung Yenny, ayahnya tidak pernah mempersulit segala urusan. Semua orang yang mengalami kesulitan dan datang ke Gus Dur akan selalu dibantu. Gus Dur tidak pernah memandang latar belakang, suku, ras, agama, dan golongan.
-
Siapa yang disebut Gus Dur sebagai wali? Di mata Gus Dur sendiri, Kiai Faqih adalah seorang wali. “Namun, kewalian beliau bukan lewat thariqat atau tasawuf, justru karena kedalaman ilmu fiqhnya,” kata Gus Dur
-
Bagaimana Gus Dur mengubah namanya? Nama asli beliau, Abdurrahman Ad-Dakhil, diberikan oleh ayahnya, KH. Wahid Hasyim, dengan harapan agar Gus Dur kelak memiliki keberanian seperti Abdurrahman Ad-Dakhil, pemimpin pertama dinasti Umayyah di Andalusia. Namun, nama Ad-Dakhil kemudian diganti dengan "Wahid," yang diambil dari nama ayahnya.
-
Apa saja yang dilakukan Gus Dur untuk menunjukkan toleransi dalam kehidupan berbangsa? Pasalnya beliau selama hidup selalu menanamkan nilai-nilai toleransi dalam kehidupan berbangsa.
-
Mengapa Gus Dur disebut sebagai Bapak Pluralisme? Kedekatan Gus Dur dengan masyarakat minoritas dan orang-orang terpinggirkan, membuatnya dikenal sebagai sosok yang plural dan menghargai semua perbedaan. Hal ini yang kemudian Gus Dur dijuluki sebagai Bapak Pluralisme Indonesia.
-
Di mana Gua Suran berada? Di Kecamatan Jatinom, Klaten, terdapat sebuah gua yang oleh penduduk setempat dinamakan Gua Suran.
-
Kapan Curug Bibijilan buka? Curug Bibijilan buka setiap hari mulai pukul 08.00 – 16.00 WIB.
Baca juga:
Guyonan Gus Dur: Antara kampus dan bioskop
Ini cara Gus Dur ubah keangkeran Istana Merdeka
Artis-artis kontroversial ini pernah dibela Gus Dur
'Jug ijag ijug', humor Gus Dur naik kereta
Isu dan kasus-kasus ini pernah goyang pemerintahan Gus Dur