Jejak Jalur Rempah Ragam Kuliner Tradisional Banten dan Jakarta
Kemendikbud Ristek bekerja sama dengan TNI AL menggelar Muhibah Budaya Jalur Rempah.
Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi bekerja sama dengan TNI AL menggelar Muhibah Budaya Jalur Rempah.
- Mencicipi Pengkang, Jajanan Tradisional Khas Kalimantan Barat Mirip Lemper yang Berisi Udang Ebi
- Melihat Uniknya Buleng Khas Jakarta, Tradisi Campuran Budaya Betawi, Sunda dan Jawa
- Mencicipi Burayot, Kudapan Tradisional Khas Garut yang Terbuat dari Tepung Beras
- Mengenal Jamu Seruni Putih, Resep Turun Temurun yang Menolak Punah
Jejak Jalur Rempah Ragam Kuliner Tradisional Banten dan Jakarta
Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi bekerja sama dengan TNI AL menggelar Muhibah Budaya Jalur Rempah.
Kegiatan itu dilaksanakan sebagai upaya utama untuk menjadikan jalur rempah sebagai warisan budaya dunia, mengingat begitu banyaknya simpul Sejarah yang lahir dari jalur rempah.
Berlayar bersama dengan KRI Dewaruci, sang legenda yang menjadi saksi bisu perjalanan kekayaan budaya di ranah Internasional, peserta yang berkesempatan bergabung dalam perhelatan Istimewa ini, berkegiatan untuk mengenali secara mendalam titik-titik penting yang dilalui oleh Jalur Rempah.
Tak hanya sekedar singgah di titik yang dilalui, tetapi juga mempelajari dan melihat secara langsung kekayaan alam dan budaya yang mengiringi perjalanan rempah sebagai komoditas penting di seluruh dunia.
Berkesempatan untuk mengenali titik jalur rempah Belitung Timur-Dumai yang menjadi jalur perjalanan bagi peserta etape pertama, saya menemukan bahwa begitu luasnya dan begitu kaya budaya yang termasuk di dalamnya bangunan, kuliner, kawasan peninggalan hingga ragam rupa yang merupakan hasil dari jejak perjalanan rempah.
Rempah-rempah yang sudah menjadi primadona sejak berabad-abad yang lalu berhasil menjadikan Nusantara sebagai kawasan yang selalu ramai dikujungi oleh bangsa-bangsa asing. Banyak sekali titik awal tersebarnya rempah hingga menjadi primadona dunia, di antaranya Banten dan Jakarta.
Kawasan Jakarta memang kerap menjadi salah satu kota favorit yang dikunjungi banyak warga daerah sekitar, khususnya di masa libur sekolah. Kawasan dengan beragam fasilitas dan wahana seru, seperti menjanjikan memori indah bagi setiap insan yang datang berkunjung.
Dan ternyata, tak hanya pada masa kini saja Kota Jakarta menjadi salah satu tujuan destinasi, tetapi sejak ratusan tahun lalu, Kota yang identik dengan jajanan Kerak Telor ini sudah menjadi salah satu kawasan yang selalu ramai didatangi para pelancong dunia.
"Memiliki salah satu Pelabuhan yang bersejarah yaitu Pelabuhan Sunda Kelapa, menjadikan Kota Jakarta sebagai kota yang tak luput dari kisah perjalanan kehebatan maritim dan rempah-rempah. Dibangun sejak 1527, Pelabuhan Sunda Kelapa menjadi saksi bisu betapa berharganya salah satu kekayaan alam Nusantara, yaitu rempah-rempah," ujar Staf Edukator Museum Bahari Jakarta, Nur Hidayati Fauziah.
Berbondong-bondong datang dengan membawa pasukan yang sigap dengan kapal dan peti-peti yang siap memborong, beramai-ramai berhenti di Pelabuhan Sunda Kelapa untuk kemudian menuju kawasan perbelanjaan rempah-rempah yang begitu megah dan terkenal yang saat ini dikenal sebagai Museum Bahari.
Dibangun secara bertahap pada 1652 yang kemudian dikembangkan pembangunannya pada 1718, 1719, 1773 dan 1774, kawasan yang saat ini menjadi Museum Bahari menjadi salah satu tujuan utama bagi para bangsawan dalam mendapatkan salah satu komoditas mewah dan berharga pada masa itu.
Berfungsi sebagai Gudang penyimpanan rempah-rempah yang dihasilkan oleh petani lokal sebelum diolah hingga menjadi harta karun yang akan mengembara menuju berbagai penjuru dunia. Berjumlah tiga lantai dengan begitu banyaknya jendela kokoh yang masih eksis hingga saat ini, Museum Bahari menjadi tempat untuk mengumpulkan, menjemur, mengemas hingga pendistribusian rempah-rempah tersebut untuk kemudian dibawa menuju berbagai kawasan nan jauh.
"Tampak kanal yang mengalir tepat di depan bangunan kokoh Museum Bahari, yaitu kanal yang menjadi jalur perlintasan pada pencari rempah-rempah yang berdatangan untuk mendapatkan si harta karun. Bersandar di Pelabuhan Sunda Kelapa, mereka pun menyewa perahu berukuran lebih kecil untuk membawa mereka menuju Gudang rempah," kata Nur Hidayati Fauziah.
Berhenti tepat di kanal yang berada persis di depan Museum Bahari, maka menjadi pertanda dimulainya penemuan harta yang begitu berharga yang menjadi satu anugerah Istimewa bagi Nusantara.
Letaknya yang berdekatan dengan Pelabuhan Sunda Kelapa dan juga fungsi awalnya sebagai Gudang penyimpanan rempah-rempah, menjadikan kawasan Museum Bahari dan Pelabuhan Sunda Kelapa menjadi salah satu titik peninggalan Jalur rempah yang begitu penting hingga saat ini.
Bangunannya yang cantik dan indah dipandang mata, tak hanya sekedar mengisi sisi wisata akan tetapi juga edukasi dan informasi.
Sebagai bangsa yang hebat dengan maritimnya, peranan penting Museum Bahari untuk selalu memperkenalkan kejayaan yang dihasilkan oleh sang harta yang melegenda, yaitu rempah rempah menjadi tantangan tersendiri bagi pengelola untuk selalu memberikan fasilitas yang dapat mengedukasi masyarakat secara luas.
Rempah-rempah yang tak hanya menjadi aksen yang mempercantik dapur di rumah, tetapi khasiatnya yang begitu Istimewa lantas menjadi dasar betapa pentingnya kita untuk selalu melestarikan kisah Sejarah kehebatan perjalanannya.
Sehingga diharapkan ke depannya, beragam upaya dan daya akan selalu dikembangkan demi keberlanjutan edukasi yang membuka wawasan akan betapa hebatnya tanah air dengan segala keindahan dan anugerahnya.