JK sebut Filipina ogah serang Abu Sayyaf takut WNI jadi korban
Proses negosiasi masih dikedepankan.
Menko Polhukam, Luhut Binsar Pandjaitan, menemui Wakil Presiden Jusuf Kalla membahas perkembangan kondisi WNI yang disandera kelompok Abu Sayyaf dan Simposium Nasional tragedi 1965 di Kantor Wapres, siang tadi. Wapres Jusuf Kalla menyatakan pemerintah tetap mengutamakan negosiasi secara kemanusiaan untuk membebaskan sandera.
"Ya kita tetap negosiasi kemanusiaan. Mudah-mudahan dapat dicapai suatu solusi yang baik lah," kata Jusuf Kalla di Kantornya, Jakarta, Rabu (20/5).
Mengenai perusahaan yang siap memberikan tebusan 50 juta peso untuk pembebasan sandera, kata dia, pemerintah belum mengetahui. Dia menegaskan pemerintah tak akan memberikan tebusan pembebasan sandera.
"Saya juga tanya tadi Pak Luhut. Pemerintah kok tidak ada, tidak mendorong dan tidak memahami itu. Saya tidak tahu perusahaan swasta. Tetapi pemerintah selalu negosiasi pembicaraannya dengan pemerintah Filipina lewat jalur pemerintahan. Pemerintah tidak ingin melewati jalur, kalau pengusahanya ada jalur sendiri tentu itu terserah dia lah," kata dia.
Sementara pemerintah Filipina, kata dia tak akan merencanakan penyerangan melalui militer. Sebab, Angkatan Bersenjata Filipina (AFP) tak ingin korban banyak jika ada serangan militer untuk kelompok Abu Sayyaf.
"Filipina sendiri sangat kooperatif. Oleh karena itu pemerintah Filipina tidak merencanakan juga serangan, takut korban banyak. Kita minta itu jangan di daerah-daerah yang diperkirakan sandera itu berada," ujar dia.
Selain itu soal Simposium Nasional tragedi 1965, kata dia pemerintah tak akan meminta maaf. Sebab, korban pertama yang dibunuh tragedi 1965 yaitu Jenderal TNI yang menjadi Pahlawan Revolusi.
"Kalau minta kepada siapa dan oleh siapa karena sekali lagi saya ingin ulangi, korban yang pertama itu justru jenderal kita, lima orang," kata dia.
Menurutnya, data jumlah korban yang dibunuh juga tak akurat. Sebab, pemerintah juga tak menemukan kuburan massal yang diperkirakan dibunuh TNI.
"Kalau ratusan ribu kan pasti banyak kuburan massal itu. Ndak ada yang bisa menunjukkan, berarti kita tidak seperti itu. saya sendiri waktu itu, kalau di Makassar ya bukan di Jawa, seingat saya di makassar cuma satu orang yang korban. dibunuhlah oleh kita tidak tahu siapa, cuma satu orang. di bone kampung saya banyak 25 orang tapi di penjara. berkelahi di penjara," tandasnya.
Baca juga:
RI, Malaysia, dan Filipina bahas patroli bersama tangkal perompak
Luhut: Lobi perusahaan 10 sandera WNI dan Abu Sayyaf mendekati final
Kemlu: Proses pembebasan sandera Abu Sayyaf bisa berbulan-bulan
Aksi penyanderaan kelompok Abu Sayyaf bikin tegang perairan Kaltara
Agar tak dibajak, Jonan minta Filipina kawal kapal Indonesia
Kepala BNPT sebut penanganan Abu Sayyaf harus dibahas tingkat ASEAN
Jokowi minta TNI kawal kapal Indonesia yang melintas di Filipina
-
Kapan Wibowo Wirjodiprodjo meninggal? Di akhir hidupnya, Ari dan Ira Wibowo menceritakan bahwa sang ayah pergi dengan tenang, tanpa rasa sakit, dan dikelilingi oleh keluarga tercinta.
-
Kapan Jenderal Wismoyo menjabat sebagai Kepala Staf TNI AD? Jenderal TNI Wismoyo Arismunandar menjabat Kepala Staf TNI AD dari tahun 1993 sampai 1995.
-
Kapan Djamaluddin Adinegoro lahir? Gunakan Nama Samaran Djamaluddin Adinegoro lahir di Talawi, sebuah kecamatan di Sawahlunto, Sumatra Barat pada 14 Agustus 1904.
-
Kenapa Ridwan Kamil menemui Jusuf Kalla? “Beliau kan orang pintar ya dan penuh dengan pengalaman, arif, bijaksana. Sehingga saya perlu mendapatkan arahan, wejangannya dari beliau,” sambungnya.
-
Kapan Alun-alun Puspa Wangi Indramayu diresmikan? Sebelumnya alun-alun ini diresmikan pada Jumat (9/2) lalu, setelah direnovasi sejak 19 Mei 2021.
-
Kapan Jenderal M Jusuf diangkat menjadi Panglima TNI? Saat memilih Jenderal M Jusuf menjadi Panglima TNI tahun 1978 pun Soeharto mengejutkan banyak pihak.